Fungsi Penyerapan Aspirasi Masyarakat oleh DPD RI

Peranserta lebih dihargai sebagai suatu layanan dasar dan bagian integral dari local governance. Dalam citizen-centred government, peranserta masyarakat merupakan alat bagi good governance. 63 Antoft dan Novack juga mengungkapkan berbagai bentuk peranserta dalam pengertian lebih sempit yang bisa dilakukan oleh komunitas untuk memperjuangkan kepentingan dan kebutuhannya. Bentuknya bisa berlangsung secara simultan untuk memberikan kesempatan bagi penduduk menikmati akses peranserta yang lebih besar karena tidak semua penduduk pada waktu yang bersamaan, di tempat yang sama, dengan kepentingan yang sama dapat berperanserta secara langsung dan bersama- sama. Ada kendala waktu, tenaga, dan sumber daya lainnya yang membatasi peranserta masyarakat ini. Bentuk-bentuk peranserta tersebut meliputi : electoral participation, lobbying, getting on council agenda, special purpose bodies, dan special purpose participation.

IV.3.2. Fungsi Penyerapan Aspirasi Masyarakat oleh DPD RI

Sebagai alas artikulasi kepentingan daerah maka penyerapan aspirasi merupakan kegiatan anggota DPD RI yang paling penting. Dalam operasionalisasi pelaksanaannya, penyerapan aspirasi masyarakat ini dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung maupun tak langsung. 1. Penyerapan Aspirasi secara Langsung Penyerapan aspirasi secara langsung dilakukan dalam berbagai kegiatan di daerah melalui dialog tatap muka, seminar, atau lokakarya. Kegiatan yang dilakukan pada saat kunjungan kerja baik pada masa sidang maupun ketika 63 AntoftNovack, Grassroots Democracy: Local Government in the Maritimes, Nova Scotia: Henson College, Dalhousie University, 1998, hal. 81 69 anggota DPD RI memasuki masa reses dengan tujuan untuk menyerap, menghimpun, dan menampung aspirasi masyarakat. 64 Aspirasi masyarakat daerah yang diserap kemudian dipilah ke dalam tingkat prioritas persoalan, mulai dari persoalan yang paling urgen, yang harus segera ditindakianjuti melalui mekanisme konstitusional sampai hal-hal yang kurang urgen. Persoalan-persoalan tersebut juga dikategorikan berdasarkan tugas dan wewenang apakah di tingkatan legislatif ataukah eksekutif. Aspirasi masyarakat pada setiap daerah sangat beragam. Dari keberagaman inilah para wakil rakyat bisa melihat kebutuhan-kebutuhan yang sinergis. Sinergisitas ini bukan saja antar daerah, tetapi juga provinsi, dan pusat. Oleh sebab itu keberagaman inilah yang dijadikan pokok penentu sebuah kebijakan. Bagaimanapun, pemerintah pusat tidak boleh menentukan kebijakan-kebijakan yang sama terhadap daerahprovinsi tanpa melihat kebutuhan masyarakat social needs, kondisi masyarakat social condition, dan nilai masyarakat social value. 2. Penyeraan Aspirasi secara Tidak Langsung Penyerapan aspirasi secara tidak langsung dilakukan melalui konsultasi dengan lembaga pemerintahan lokal DPRDPemda. Dalam hal ini, DPD RI menampung aspirasi-aspirasi yang sudah disalurkan ke DPRD Pemda. Mekanisme ini sebenarnya bisa dilakukan setiap saat dan tidak perlu menunggu reses ataupun kunjungan kerja. Model penyerapan tak langsung ini di samping bisa, lebih efisien juga bisa menguatkan kemitraan di daerah. 64 Kelompok DPD di MPR RI, Untuk Apa DPD RI, Jakarta, 2007 hal 84-89 70 Dalam kaitannya dengan penyerapan aspirasi ini peran seorang wakil daerah dapat dianalogikan ke dalam tiga bentuk, yaitu sebagai ujung tombak, pembuka kran, dan sebagai jembatan penghubung. Pertama, sebagai ujung tombak, anggota DPD RI dituntut selalu terdepan dalam memperjuangkan kepentingan daerah di Pusat. Akses yang lebih dekat dengan pemerintahan pusat telah mengkondisikan mereka, untuk menjadi ujung-ujung tombak dengan kata lain DPD RI dapat diibaratkan panglima atau komandan perang yang posisinya selalu berada pada garda terdepan pasukan. Kedua, sebagai pembuka kran, anggota DPD RI harus membuka sumbatan- sumbatan aspirasi daerah. Jika aspirasi tersebut macet di tingkat pemerintahan daerah atau mogok di tingkat propinsi maka katup-katup aspirasi ini harus segera dibuka agar mengalir ke tempat semestinya. Meskipun tindak lanjut atas aspirasi ini mungkin berjalan lambat, tetapi sekurang-kurangnya aspirasi itu tidak mengendap sehingga dapat berpotensi menimbulkan erupsi atau ledakan yang berbahaya di daerah. Ketiga, anggota DPD RI adalah jembatan penghubung antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintahan provinsi, serta masyarakat lokal. Jika aspirasi terhadang birokrasi atau ada jurang komunikasi memisahkan antar lembaga- lembaga tersebut maka DPD RI adalah jembatan yang menghubungkan satu sama lain. Bagaimanapun jalinan kerja sama yang lancar antara berbagai institusi Pemerintah Provinsi KabupatenKota, DPRD ProvinsiKabupatenKota dan DPD RI dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat lokal adalah prasyarat awal dari kesamaan persepsi yang akan menciptakan sebuah sinergi yang nyata. Kegiatan dialog, seminar, atau lokakarya yang dilakukan oleh DPD RI di samping untuk menyerap aspirasi juga dimaksudkan untuk menyosialisasikan berbagai kegiatan yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh DPD RI serta untuk mendapatkan masukan dari berbagai kalangan masyarakat mengenai efektivitas 71 pelaksanaan tugas dan wewenang DPD R I sekarang dan peran ideal DPD RI di masa yang akan datang; masyarakat dapat memahami peran dan posisi DPD RI dalam peraturan perundang-undangan; dan peningkatan peran DPD RI dalam menjembatani hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang konstruktif dan sinergis. Pemberdayaan DPD RI dan diikuti dengan terbangunnya hubungan yang harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan mendorong sistem bikameral yang kuat di mass yang akan datang, sehingga kepentingan dan aspirasi masyarakat dan daerah dapat terjembatani secara efektif oleh DPD dan mitranya menuju demokrasi dan kesejahteraan yang merata di seluruh daerah dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Diperlukan penguatan peran, tugas, dan kewenangannya terutama untuk memperjuangkan kepentingan daerah dalam rangka perumusan kebijakan nasional.

IV.3.3. Proses Penyaluran Aspirasi