BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan.
Setelah dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagaimana diuraikan dalam bab- bab sebelumnya, maka sampailah pada kesimpulan, sebagai berikut :
1. Ide dasar pembentukan DPD RI adalah terakomodasinya kepentingan daerah dalam pembentukan perundang-undangan, sehingga fungsi DPD RI dalam bidang legislasi,
pengawasan dan nominasi diselenggarakan secara berimbang dua kamar DPR RI dan DPD RI yang anggotanya dipilih secara langsung. DPD RI akan meningkatkan posisi
tawar daerah dalam memperjuangkan aspirasi daerah secara langsung di tingkat pusat, ini artinya DPD RI disebut sebagai salah satu chambers legislatif, maka secara
implisit diakui bahwa parlemen di Indonesia memiliki dua chambers. Untuk memenuhi fungsi tersebut harus dilakukan perubahan kembali terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, utamanya pada pasal-pasal 20, pasal 21, pasal 22 dan pasal 23.
2. Untuk membangun sistem checks and balances dalam parlemen bikameral, seharusnya DPD RI mempunyai fungsi dan kewenangan yang sama dengan DPR RI sebagai
lembaga legislatif. DPD RI dan DPR RI sama-sama berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang serta saling memiliki hak veto yang dapat membatalkan suatu
rancangan undang-undang yang telah disetujui lembaga lainnya setelah memenuhi persyaratan tertentu. Pembahasan suatu rancangan undang-undang dimulai dari
masing-masing lembaga perwakilan, apabila DPR RI sudah menyetujui suatu
75
rancangan undang-undang di internal DPR RI, selanjutnya DPD RI akan memulainya membahas rancangan undang-undang tersebut di internal DPD RI. Jika
suadah sama-sama setuju, dapat dilakukan pembicaraan segitiga DPR RI- DPD RI dan Presiden RI untuk membahas dan mengambil keputusan bersama mengenai
rancangan undang-undang menjadi undann-undang. Selain itu perlu pula ditingkatkan fungsi dan kewenangan pengawasan DPD RI agar setara dengan DPR RI sebagai
sesama lembaga negara. 3. DPD RI bisa menjadi pintu masuk partipasi masyarakat dalam pembentukan undang-
undang. Sebagai alas artikulasi kepentingan daerah maka penyerapan aspirasi masyarakat merupakan kegiatan anggota DPD RI yang paling penting, baik yang
beruwujud penyerapan aspirasi secara langsung yang berupa dialog tatap muka, seminar atau lokakarya dengan tujuan untuk menyerap, menghimpun dan
menampung aspirasi masyarakat, maupun penyerapan aspirasi secara tidak langsung yang dilakukan melalui konsultasi dengan lembaga pemerintahan lokal
DPRDPemerintah daerah. Sehingga dengan penyerapan aspirasi ini seorang wakil daerah dapat dianalogkan sebagai ujung tombak dalam arti anggota DPDRI dituntut
selalu terdepan dalam mempetrjuangkan kepentingan daerah, sebagai pembuka kran dalam arti anggota DPD RI harus membuka sumbatansumbatan aspirasi daerah, dan
sebagai jembatan penghubung antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Hanya patut disayangkan penyerapan aspirasi DPD RI ini hanya
melalui satu jalur saja yaitu penyerapan aspirasi tidak langsung, sedangkan penyerapan aspirasi langsung jarang dilakukan, akibatnya di mata masyarakat DPD
RI keberadaannya dianggap tidak ada.
76
V.2. Saran-Saran.