BAB II METODE PENELITIAN
II.1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Penelitian yuridis dilakukan untuk menemukan kerangka yuridis pengaturan
kedudukan dan kewenangan DPD RI dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sedangkan pendekatan sosiologis dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap DPD RI, menemukan persepsi masyarakat atas pengaruh pelaksanaan kewenangan dan fungsi DPD RI serta
memformulasikan pendapat masyarakat untuk mengonstruksikan perwakilan daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
II.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil wawancara tertutup melalui kuisioner.
Data sekunder berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum kedudukan dan kewenangan DPD RI, antara lain :
1.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
3.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
6
Bahan hukum sekunder terdiri dari: 1.
Literatur-literatur 2.
Artikel-artikel yang berasal dari internet dan media cetak Bahan hukum tersier, terdiri dari:
1. Kamus Hukum
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sumber data sekunder diperoleh dari hasil penelusuran pustaka dan dokumentasi di berbagai lembaga atau instansi.
II.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Untuk data sekunder digunakan teknik penelusuran bahan hukum dan dokumentasi
hukum dari berbagai sumber kepustakaan di berbagai lembagainstansi terkait. Sedangkan data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara
mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara, pengamatan terlibat PRA, pendalaman atas kasus-kasus yang dialami langsung oleh responden
serta sangat bertautan dengan permasalahan penelitian. Pedoman wawancara dalam pelaksanaan wawancara mendalam hanyalah
merupakan penuntun awal untuk membuka percakapan dengan para responden. Pendekatan terpenting dari wawancara mendalam ini diletakkan
pada sebuah seni yang mampu mendorong hasrat responden untuk menentukan arah dan isi pembicaraan. Pertanyaan-pertanyaan awal yang bersifat umum
dimaksudkan untuk menstimulasi percakapan yang lebih mendalam, genuine sejati, dan relevan dengan konteks dari mana data itu diperoleh. Oleh karena
itu, peneliti sebagai active listener menjadi pendekatan utama selama kegiatan wawancara. Interupsi selama wawancara sejuah mungkin dihindarkan untuk
memungkinkan para responden memiliki keleluasaan dalam mengeksplorasi tema-tema yang relevan dalam pandangan mereka. Pertanyaan-pertanyaan sela
tambahan dapat saja dilakukan sepanjang itu hanya membuat klarifikasi atau
7
spesifikasi lebih jauh atas pernyataan responden mengenai sesuatu – hal itu pun harus dilakukan secara hari-hati dan efektif.
II.4. Justifikasi Penentuan Responden Penelitian