Sub Tema 4 : Di Tempat Rekreasi
Hari I. Di Planetarium
A. Jadwal Kegiatan N
o
Kegiatan Belajar Mata Pelajaran
1 2
3 4
5 6
7
Pembukaan: Menyanyi
Inti: Membaca
Menjawab pertanyaan Membuat kalimat
Melengkapi kalimat Menyelesaikan masalah sehari-hari
Penutup Mendengarkan cerita
SBK B. Indonesia
B. Indonesia B. Indonesia
B. Indonesia Matematika
B. Indonesia
B. Teknis Pelaksanaan 1. Menyanyi
Guru mengajak siswa untuk membaca syair lagu “Bintang Kejora.” Guru membimbing siswa untuk menyanyikan lagu “ Bintang Kejora”
Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab sesuai isi lagu.
2. Membaca Guru mengajak siswa untuk membaca teks pendek berjudul
“Planetarium” Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab sesuai isi bacaan.
3. Menjawab pertanyaan Guru menugasi siswa untuk menjawab pertanyaan bacaan secara
lengkap. 4. Membuat kalimat
Guru memberi contoh cara membuat kalimat dengan tulisan yang benar.
Guru menugasi siswa untuk membuat kalimat dengan kata-kata yang tersedia.
5. Melengkapi kalimat Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab untuk menentukan
kata-kata yang sama artinyadalam kalimat. Guru menugasi siswa untuk melengkapi kalimat dengan kata-kata
yang sama artinya dalam kalimat. 6. Menyelesaikan masalah sehari-hari
Guru memberi contoh cara menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pengurangan 3 bilangan.
Guru menugasi siswa untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pengurangan 3 bilangan.
7. Mendengarkan cerita Guru mengajak siswa untuk mendengarkan cerita “Kunang-kunang
Menantang Matahari.”
C. Catatan
Tidak ada catatan
D. Tugas Rumah.
B. Indonesia Buatlah kalimat dengan kata:
1. tamasya : _____________________________________________________________
2. terbit :
_____________________________________________________________ 3. pagi
: _____________________________________________________________
4. planetarium :
_____________________________________________________________ 5. melihat :
_____________________________________________________________
E. Cerita Penutup
Kunang-kunang Menantang Matahari “Aku mengakui bahwa cahayamulah yang terhebat di dunia ini,
sirsa,” kata Niko si Burung Hantu kepada Sirsa si Kunang-kunang. “Semula aku mengira bulanlah yang terhebat, namun aku menyesal
karena cahaya bulan tidak tahan lama. Terkadang bersinar merah, namun sering padam, tidak seperti cahaya darimu,” jelas Niko.
“Tetapi menurut Pipit, cahaya mataharilah yang terhebat,” kata Sirsa. Niko sedikit kaget dan berkata, “Siapa matahari itu? Aku sekilas
mendengarnya.” “Aku sendiri tidak tahu di mana ia tinggal,” jawab Sirsa sambil
memperlihatkan cahayanya. “Ketika kutanyakan pada kelelawar, ia justru tersenyum
mengejekku. Berarti Pipitlah yang telah membohongi kita agar kita mau mengakui bahwa cahaya mataharilah yang terhebat,” simpul Niko.
Siang hari segerombolan burung pipit bertengger di pohon asam tempat Niko tinggal. Udara siang begitu panas, mereka mengibas-
ngibaskan sayapnya. “Aduh, panasnya” keluh mereka.
“Aduh, haus sekali Matahari begitu terik,” seru yang lainnya. “Memang cahaya matahari begitu panas, mungkin tak ada lagi
yang menandingi.” “Tidak..., masih ada cahaya yang lebih hebat, si Niko bilang cahaya
kunang-kunang jauh lebih hebat,” seloroh si Pipit tiba-tiba. “Itu karena Niko selalu malas untuk keluar siang hari sehingga tak
pernah melihat matahari,” bantah yang lain. Mereka lalu mendatangi Niko di balik rimbunan dedaunan.
“Niko bangun Kau ingin melihat matahari tidak? Ayo keluar” seru Pipit. “Akan kubuktikan cahaya mataharilah yang terhebat,” tantang Pipit.
Niko malas-malasan untuk bangun karena lelah setelah semalaman mengadakan perjalanan yang cukup jauh.
“Kau boleh perlihatkan matahari itu setelah aku selesai istirahat dan akan kutunjukkan pada si Kunang-kunang itu,” jawab Niko. “Mereka
berjanji untuk mau dibangunkan setiap saat jika diperlukan.” Ketika malam tiba, Niko mendatangi Sirsa untuk mengatakan
bahwa Pipit akan memperlihatkan mataharinya. Namun, Niko tetap percaya bahwa cahaya kunang-kunanglah yang terhebat karena ia tak
pernah melihat matahari itu. Sinarnya tak mampu menembus dinding rumahnya sehingga tetap saja gelap dan dingin.
Mereka lalu menuju rumah Pipit. Dalam perjalanan, Sirsa selalu berseru-seru menantang matahari agar memperlihatkan dirinya.
Pipit terbangun ketika Niko dan Sirsa memanggilnya. Pipit tidak bisa melihat mereka karena masih gelap. Sirsa menari-nari ketika melihat Pipit
muncul tak bersama matahari, berarti selama ini Pipit berbohong. “Ayo cepat tunjukkan matahari itu” bentak Niko yang membuat
Pipit ketakutan. Niko dan Sirsa tertawa kegirangan melihat wajah Pipit pucat pasi dan berjalan sambil merunduk-runduk.
Mereka sepakat untuk menunggu kedatangan matahari bersama- sama. Angin pagi yang begitu dingin dan rasa lelah yang mulai terasa,
membuat mereka pun tertidur. Begitu matahari bersinar terik, Pipit sudah terbangun lalu
membangunkan Niko dan Sirsa. Niko dan Sirsa terbangun dan kaget ketika matanya terbuka, ternyata suasana begitu terang. Mereka berdiri
sempoyongan dan berjalan merunduk-runduk.
Akhirnya, Niko dan Sirsa yang terbiasa hidup di malam hari dan si Pipit yang terbiasa hidup pada siang hari mulai sadar.
Mereka memiliki dunia yang berbeda, apa yang menjadi pengalaman Niko dan Sirsa belum tentu menjadi pengalaman si Pipit. Si
Pipit pun menyadari bahwa pengalaman hidupnya tak bisa dipertentangkan, apalagi dicari mana yang terhebat.
Oleh: Simon Sudarman Seri Kuncup. Kanisius. Yogyakarta 3-14
Hari II. Menonton Film
A. Jadwal Kegiatan N