Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

Pada saat cuti ke negeri Belanda, Sr. Ildefonsa pergi ke GRAVE salah satu institut khusus pendidikan anak buta ”De Wijnberg” untuk belajar huruf braille dengan metode pengajaran untuk anak buta. Secara kebetulan suster ini bertemu dengan seorang gadis yang buta, bernama Trees Kim Lan Bong. Gadis itu berasal dari Pulau Bangka dan telah 16 enambelas tahun tinggal di institut itu. Trees Kim Lan Bong menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Sr Ildefonsa sangat senang mendengar berita gembira itu, maka beliau langsung minta izin kepada Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef Belanda agar Trees Kim Lan Bong dapat dibawa kembali ke Jl. Hayam Wuruk 3 Medan-Indonesia. Trees Kim Lan Bong adalah guru yang pertama mengajar anak buta, yang bernama Martha Ponikem. Demikian Tress Kim Lan Bong pada awalnya sangat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi di Medan, ditambah lagi dengan kesulitan bahasa. Namun demikian kesulitan itu dia jalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras demi mengemban tugas mulia ini. Orang buta mengajar orang buta. Unik, namun disitulah terjalin komunikasi dan kontak batin terbangun. Dalam rentang waktu, anak-anak buta semakin bertambah, maka perlu didirikan satu yayasan, khusus mengelola pendidikan anak-anak but a yakni “Sint Oda Stichting”. Sint Oda Stichting diaktekan pada Notaris tanggal 26 Agustus 1953 dengan Nomor Akte 56, Alamat Jl. Hayam Wuruk No. 3 Medan. 2. SLB-B Karya Murni. Pada tahun 1963, seorang bapak etnis Tionghoa datang ke Jl. Hayam Wuruk No. 3 Medan, mau bertemu dengan Pimpinan Suster St. Yosef Medan. Bapak itu tinggal di Jl. Sutomo Medan Toko Matahari. Beliau kebingungan mencari sekolah untuk 2 dua orang anaknya yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mendengar. Semua sekolah umum yang beliau kunjungi menolak dan tidak mau menerima anak itu. Nama anak itu Lie Kie An 12 dan Lie Kie Hock 16. Dengan sangat sedih Bapak itu memohon kepada Sr Melchiada Bloom agar menerima kedua anak itu untuk diajari dan dididik oleh suster-suster. Sr Melchiada Bloom menolak permintaan Bapak itu, karena belum ada tenaga untuk mengajar dan mendidik anak seperti itu, disamping itu ruangan pun tidak ada. Bapak itu sangat memohon agar Sr Melchiada menyekolahkan suster-suster untuk pendidikan khusus bisu-tuli agar anaknya dapat diajari oleh suster tersebut. Bapak itu bersedia membantu biaya pendidikan suster yang disekolahkan dan juga bersedia memberikan dana untuk pembangunan ruangan kelas. Didorong oleh Spiritualitas Kongregasi Suster Santo Yosef yaitu Kesecitraan, akhirnya Sr Melchiada Bloom mencari tahu dimana ada sekolah yang khusus untuk pendidikan anak bisu-tuli, kemudian suster tersebut menemukannya di Jl. Mangli No. 10 Wonosobo Jawa Tengah yang dikelola oleh Kongregasi PMY. Dua orang suster yaitu Sr. Marietta Purba dan Sr. Fransiska Tampubolon, diutus untuk belajar metode mengajar anak bisu-tuli ke sekolah bisu-tuli yang ada di Wonosobo pada