BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Karya Murni
1. SLB - A Karya Murni
Yayasan Karya Murni lahir dan berkembang dalam perjalanan sejarah. Di inspirasikan dengan kisah seorang gadis yang buta total bernama Martha
Ponikem yang telah berumur 13 tahun. Gadis ini ditemukan oleh Bapak Jan Cobussen militer Belanda di salah satu jalan, kota Martapura
Kabupaten Langkat pada tahun 1950. Karena belaskasihan, Bapak Jan Cobussen membawa Martha Ponikem ke Susteran St. Yosef Jl. Daendles
straat Jl. Hayam Wuruk 3 Medan. Bapak Jan Cobussen meminta agar suster-suster St.Yosef mengasuh dan memberikan pendidikan serta
pengajaran yang layak bagi Martha Ponikem. Sr. Ildefonsa van de Watering, suster yang dikenal berhati emas
terhadap anak-anak cacat, disemangati dengan spiritualitas Kongregasi Suster St Yosef yaitu
”Kesecitraan”, berupaya memberi pendidikan dan
pengajaran yang layak bagi Martha Ponikem. Setelah Sr. Ildefonsa van de Watering mengasuh dan mengajar Martha Ponikem, beliau mengalami
kesulitan, tidak tahu bagaimana cara agar Martha Ponikem dapat membaca dan menulis, supaya hidupnya tidak tergantung selamanya pada orang lain.
Sr Ildefonsa berpikir bahwa Martha Ponikem harus mendapat pendidikan dan pengajaran yang baik walaupun buta, sebagaimana orang yang
melekawas dapat menikmati pendidikan dan pengajaran dengan baik.
Pada saat cuti ke negeri Belanda, Sr. Ildefonsa pergi ke GRAVE salah satu institut khusus pendidikan anak buta ”De Wijnberg” untuk
belajar huruf braille dengan metode pengajaran untuk anak buta. Secara kebetulan suster ini bertemu dengan seorang gadis yang buta, bernama
Trees Kim Lan Bong. Gadis itu berasal dari Pulau Bangka dan telah 16 enambelas tahun tinggal di institut itu. Trees Kim Lan Bong menyatakan
keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Sr Ildefonsa sangat senang mendengar berita gembira itu, maka beliau langsung minta izin kepada
Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef Belanda agar Trees Kim Lan Bong dapat dibawa kembali ke Jl. Hayam Wuruk 3 Medan-Indonesia. Trees Kim
Lan Bong adalah guru yang pertama mengajar anak buta, yang bernama Martha Ponikem.
Demikian Tress Kim Lan Bong pada awalnya sangat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi di Medan, ditambah
lagi dengan kesulitan bahasa. Namun demikian kesulitan itu dia jalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras demi mengemban tugas mulia
ini. Orang buta mengajar orang buta. Unik, namun disitulah terjalin komunikasi dan kontak batin terbangun. Dalam rentang waktu, anak-anak
buta semakin bertambah, maka perlu didirikan satu yayasan, khusus mengelola pendidikan anak-anak but
a yakni “Sint Oda Stichting”. Sint Oda Stichting diaktekan pada Notaris tanggal 26 Agustus 1953
dengan Nomor Akte 56, Alamat Jl. Hayam Wuruk No. 3 Medan.