Sejarah Berdirinya Yayasan Karya Murni
2. SLB-B Karya Murni.
Pada tahun 1963, seorang bapak etnis Tionghoa datang ke Jl. Hayam Wuruk No. 3 Medan, mau bertemu dengan Pimpinan Suster St.
Yosef Medan. Bapak itu tinggal di Jl. Sutomo Medan Toko Matahari. Beliau kebingungan mencari sekolah untuk 2 dua orang anaknya yang
tidak dapat berbicara dan tidak dapat mendengar. Semua sekolah umum yang beliau kunjungi menolak dan tidak mau menerima anak itu. Nama
anak itu Lie Kie An 12 dan Lie Kie Hock 16. Dengan sangat sedih Bapak itu memohon kepada Sr Melchiada Bloom agar menerima kedua
anak itu untuk diajari dan dididik oleh suster-suster. Sr Melchiada Bloom menolak permintaan Bapak itu, karena belum ada tenaga untuk mengajar
dan mendidik anak seperti itu, disamping itu ruangan pun tidak ada. Bapak itu sangat memohon agar Sr Melchiada menyekolahkan suster-suster untuk
pendidikan khusus bisu-tuli agar anaknya dapat diajari oleh suster tersebut. Bapak itu bersedia membantu biaya pendidikan suster yang disekolahkan
dan juga bersedia memberikan dana untuk pembangunan ruangan kelas. Didorong oleh Spiritualitas Kongregasi Suster Santo Yosef yaitu
Kesecitraan, akhirnya Sr Melchiada Bloom mencari tahu dimana ada sekolah yang khusus untuk pendidikan anak bisu-tuli, kemudian suster
tersebut menemukannya di Jl. Mangli No. 10 Wonosobo Jawa Tengah yang dikelola oleh Kongregasi PMY. Dua orang suster yaitu Sr. Marietta
Purba dan Sr. Fransiska Tampubolon, diutus untuk belajar metode mengajar anak bisu-tuli ke sekolah bisu-tuli yang ada di Wonosobo pada
bulan Oktober 1964. Setelah dua suster ini belajar kurang lebih 1 satu tahun, mereka kembali ke Medan dan membuka kelas persiapan.
Dengan dibukanya sekolah bisu-tuli, Sint Oda Stichting diubah menjadi
“Yayasan Karya Murni”, diaktekan pada notaris tanggal 24
Nopember 1965, dengan Nomor Akte 104, alamat Jl. Hayam Wuruk No. 3 Medan. Pendidikan khusus untuk anak bisu-tuli tunarungu disebut SLB-
B Sekolah Luar Biasa bagian B. Karena anak-anak tunanetra dan tunarungu serta yatim-piatu sudah banyak jumlahnya di asrama, maka
didirikan Panti Asuhan Karya Murni dan didaftarkan ke Dinas Sosial 01 Mei 1968. Anak-anak panti juga mendapat subsidi dari Dinas Sosial untuk
biaya makan. Lokasi Jl. Hayam Wuruk No. 3 Medan, yang menjadi tempat
Rumah Induk Suster St. Yosef di Medan dan tempat pendidikan para calon novis dan postulan, dirasa terlalu sempit untuk menampung semua
kegiatan seperti sekolah SLB-A, SLB-B, Panti Asuhan, TK Fajar, SMP Putri Cahaya, SGKP St. Anna dan Asrama Putri St. Theresia. Maka pada
tanggal 01 Nopember 1969 anak-anak bisu-tuli, suster-suster pendidik dan pengasuh pindah ke Jl. Bahagia No. 2 Medan. Dan pada tanggal 19 Juli
1980, anak-anak buta, ekomomi lemah, yatim-piatu, suster-suster pendidik dan pengasuh pindah ke Jl. Karya Wisata No. 6 Medan Johor.
3. Perkembangan dan Pelebaran Karya
a. Ruteng Flores-NTT
Dalam penyebaran Spiritualitas Kesecitraan dan penghargaan terhadap penyandang cacat, maka pada tanggal 20 Mei 1985, Pimpinan
Kongregasi Suster St. Yosef mengutus 4 orang suster ke Ruteng-Nusa Tenggara Timur, atas permohonan Romo Daem untuk membuka sekolah
anak buta SLB-A, sekolah anak bisu-tuli SLB-B, Panti Asuhan untuk menampung anak-anak buta dan bisu tuli yang datang dari kampung yang
jauh agar pemeliharaan dan pendampingan terhadap mereka terjamin. Lokasi Yayasan Pusat Medan jauh dari Ruteng-NTT, maka dibentuk
Yayasan Karya Murni Cabang Ruteng. Pendidikan SLB-B Karya Murni Cabang Ruteng telah berkembang sedemikian rupa dan tingkat pendidikan
yang dikelola mulai dari TK-SMA. Sedangkan SLB-A hanya sampai tingkat TKLBA-SDLBA saja.
b. Surabaya
Pada tahun 1994, komunitas Surabaya dibuka untuk transit suster dari Medan mau ke Ruteng-NTT atau dari Ruteng-NTT ke Medan,
sekaligus penyebaran spiritualitas kesecitraan. Sekitar 3 tiga tahun suster tinggal pada rumah kontrakan diantara rumah penduduk. Pada awalnya
belum ada karya, dan suster yang tinggal di komunitas ini hanya suster yang studi dan satu orang menjadi guru agama di SD Caritas milik
Keuskupan Surabaya. Kongregasi tidak diizinkan membuka sekolah, karena dekat dengan TK dan SD Caritas. Namun demikian secara pelan-
pelan sambil berjalan dijejaki membuka TPA, walaupun sulit, karena tenaga para suster tidak ada pengalaman merawat bayi maupun anak
Balita. TPA berkembang dan dibuka Play Group.
Pada tanggal 21 Maret 2009, karya Kongregasi Suster Santo Yosef yang berada di Surabaya terdiri dari Tempat Penitiapan Anak, Poliklinik,
PAUD, Play Group, Griya Usia Lanjut, diserahkan Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef pengelolaannya di bawah naungan Yayasan Karya Murni.
c. Jakarta Barat
Pada tahun 2007 Yayasan Seri Amal menjejaki tanah di Jakarta Barat atas undangan Br. Bambang Nugroho FIC. Mungkin baik jika tanah
itu dibeli dan mendirikan bangunan asrama untuk siswa SLB-B Pangudi Luhur yang datang dari luar kota. Pengurus Yayasan Seri Amal dan
Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef menanggapi dengan positif dan membeli tanah tersebut. Penggunaan tanah adalah untuk mendirikan
gedung asrama SLB-B tunarungu bekerjasama dengan bruder FIC yang mengelola SLB-B Pangudi Luhur. Gedung tersebut diresmikan pada
tanggal 09 Juni 2011, oleh Yang Mulia Mgr. Ignasius Suharyo, Uskup Agung Jakarta. Sejak Januari 2012, pengelolaan Graha Murni Luhur
diserahkan oleh Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef kepada Yayasan Karya Murni.
3. Tantangan yang Dihadapi dalam Mengelola Karya Murni.
Dapat dibayangkan bagaimana karya ini dimulai, pastilah banyak kesulitan yang dihadapi, termasuk apa yang dialami oleh Sr. Ildefonsa van
de Watering yang tidak tahu mau berbuat apa kepada Martha Ponikem pada awalnya. Dan setelah itu juga banyak kesulitan yang dialami oleh
para guru, pendamping dan pengasuh termasuk bagaimana mencoba mendekati dan membimbing anak agar dapat menerima kecacatannya.
Seperti tunanetra yang tidak pernah melihat bagaimana keindahan alam disekitarnya, bagaimana wajah ibu-bapaknya dan adik-kakaknya, juga
orang lain di sekitarnya. Demikian juga anak tunarungu yang tidak tahu mengatakan ”mama” atau ”papa”, mereka sama dengan kertas kosong
atau bagaikan bayi yang baru lahir tidak tahu mengatakan apa-apa, walaupun mereka sudah usia sekolah dan bahkan ada yang sudah berumur
13 tahun masuk kelas persiapan, karena mereka tidak pernah mendengar. Mengajarkan kata ”mama”
dan ” papa” saja membutuhkan waktu cukup lama, itupun kadang anak belum bisa jelas mengucapkannya.
Selain tantangan dan kesulitan yang dialami di atas juga sangat sulit mendapatkan guru yang mau mengajar di sekolah SLB-A dan SLB-
B. Banyak yang melamar, tapi kalau sudah di training selama tiga bulan mundur sendiri karena tidak sanggup menghadapi anak. Sungguh sangat
sulit dan menjadi tantangan besar menjadi guru untuk tunanetra dan tunarungu. Menjadi seorang guru anak tunanetra dan anak turungu sangat
dibutuhkan pengertian, pemahaman, minat dan hati, kesabaran dan cinta untuk menghadapi mereka.
Dari segi pendanaan juga mengalami kesulitan, maka pada waktu dikeluarkannya Undang-undang No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
Yayasan Karya Murni dimerger ke Yayasan Seri Amal tepatnya pada tanggal 12 April 2002, agar pendanaan dapat teratasi. Merger hanya
berlangsung 6 tahun, karena setelah yayasan merger didaftarkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, kedua yayasan ini tidak dapat
dimerger karena maksud dan tujuan kedua yayasan berbeda. Maka pada tanggal 01 Agustus 2008, Yayasan Karya Murni
kembali berdiri sendiri. Walaupun yayasan ini mengalami kesulitan dalam pendanaan namun para suster tetap percaya akan Penyelenggaraan Ilahi,
sehingga para suster yang bekerja di yayasan ini merasa bahwa karya ini adalah proyek Allah. Oleh karena itu dengan keyakinan dan kepercayaan,
kerja keras, jujur, tulus serta murni dalam melaksanakan karya pelayanan di Karya Murni pasti tangan Tuhan akan tetap terbuka untuk menolong.
Dan memang terbukti bahwa banyak yang terbuka dan peduli dengan karya pelayanan ini. Disamping itu para suster juga berupaya untuk
membuat sesuatu yang produktif seperti pertukangan, konveksi, perlilinan dan karya tangan lainnya untuk menambah sumber dana.
4.
Jenis-Jenis Karya Pelayanan Yayasan Karya Murni
a. Pendidikan untuk anak-anak tunarungu dan tunanetra Flores-
Medan b.
Asrama untuk anak tunarungu dan tunanetra Flores-Jakarta dan Medan
c. Panti Asuhan Flores-Medan
d. Panti Werdha,Taman Penitipan Anak, Pendidikan untuk Anak-anak
Usia DiniPAUD Surabaya.
Tabel 4. Keadaan Siswa Warga Binaan YKM Tahun 2011-2013
No Unit Kegiatan
Lk Pr
Jumlah
1 SLB-A Karya Murni Medan
29 30
59 2
SLB-B Karya Murni Medan 86
100 186
3 Panti Asuhan Karya Murni Medan
40 45
85 4
Asrama SLB-B Karya Murni Medan 43
45 88
5 Taman Penitipan Anak Surabaya
37 26
63 6
Pendidikan Anak Usia Dini Surabaya 21
26 47
7 Panti Werdha St.Yosef Surabaya
40 60
100 8
SLB-A Karya Murni Ruteng-Flores 17
19 36
9 SLB-B Karya Murni Ruteng-Flores
56 42
98 10 Panti Asuhan Karya Murni Ruteng
73 62
135 11 Asrama SLB-B Graha Murni Luhur
Jakarta 10
25 35
JUMLAH
932
Sumber: Data YKM
Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai YKM Tahun 2011-2013
No Unit Kegiatan
Guru Pegawai
Jlh
Lk Pr
Lk Pr
1 SLB-A Karya Murni Medan
6 7
1 1
15 2
SLB-B Karya MurniMedan 4
21 1
1 27
3 Panti Asuhan Karya Murni Medan
2 7
9 4
Asrama SLB-B Karya Murni Medan 1
7 8
5 Taman Penitiapan Anak Surabaya
1 5
6 6
Pendidikan Anak Usia Dini Surabaya 4
4 7
Panti Werdha St.Yosef Surabaya 4
26 30
8 SLB-A Karya Murni Ruteng
1 5
8 14
9 SLB-B Karya Murni Ruteng
1 10
12 23
10 Panti Asuhan Karya Murni Ruteng 2
3 5
11 Pelatihan Medan: Meuble, konveksi,lilin 11
7 18
12 Pelatihan Ruteng: Meuble, konveksi, lilin 6
6
JUMLAH
10 34
38 83
165
Sumber: Data YKM