Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisis Multivariat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Aek Nauli adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Siantar Selatan. Kelurahan Aek Nauli memiliki luas wilayah +30.5 Ha dengan batas- batas sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sipinggol - pinggol  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Naga Huta Timur  Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Martimbang  Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Naga Huta Jumlah penduduk Kelurahan Aek Nauli yaitu sebanyak 4.593 jiwa, terdiri dari 2.309 laki – laki dan 2.284 perempuan.

4.2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian mengenai umur responden yang merupakan bagian dari karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.

4.2.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Tabel 4.1. Distribusi Umur Responden

No Umur Jumlah n Persentase 1 2 3 4 5 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun 61 tahun 32 33 10 6 8 36,0 37,1 11,2 6,7 9,0 Total 89 100 Universita Sumatera Utara Tabel 4.1 di atas menunjukkan mayoritas responden berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 33 orang 37,1 dan minoritas berumur 51-60 tahun yaitu sebanyak 6 orang 6,7.

4.2.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Hasil penelitian mengenai pendidikan responden yang merupakan bagian dari karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden No Pendidikan Jumlah n Persentase 1 2 3 4 5 Tidak Tamat SD SD SMP SMA S1 10 31 12 28 8 11,2 34,8 13,5 31,5 9,0 Total 89 100 Tabel 4.2 di atas menunjukkan mayoritas responden dengan pendidikan SD yaitu sebanyak 31 orang 34,8 dan minoritas responden dengan pendidikan S1 yaitu sebanyak 8 orang 9,0.

4.3. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi secara tunggal seluruh variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan, sikap dan pencegahan. Universita Sumatera Utara

4.3.1. Pengetahuan Kepala Keluarga

Pengetahuan Kepala Keluarga didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan jawaban benar atau salah. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Pencegahan Penyakit ISPA No Pengetahuan Jumlah n Persentase 1 2 Baik Kurang 41 48 46,1 53,9 Total 89 100 Tabel 4.3 di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 48 orang 53,9 dibandingkan responden dengan kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 41 orang 46,1.

4.3.2. Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Pengetahuan Kepala Keluarga

Pengetahuan Kepala Keluarga didasarkan pada dasar ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban, benar dan salah. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Kepala Keluarga Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah n n Pengertian penyakit ISPA 86 96,6 3 22,5 Jenis penyakit ISPA 16 18,0 73 82,0 Ruangan layak dihuni agar tidak mudah tertular ISPA 77 86,5 2 13,5 Makanan yang baik bagi penderita ISPA 14 15,7 75 84,3 Gejala-gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA 61 68,5 28 31,5 Penularan penyakit Infeksi saluran pernapasan Akut 24 27,0 65 73,0 Universita Sumatera Utara ISPA Ciri-ciri penyakit ISPA 57 64,0 32 36,0 Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA 64 71,9 25 28,1 Keadaan gizi dan keadaan lingkungan bagi penderita ISPA 21 23,6 68 76,4 Penanganan penyakit ISPA 82 92,1 7 7,9 Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden mengetahui pengertian penyakit ISPA, yaitu sebanyak 86 96,6 responden, dan mayoritas responden tidak mengetahui makanan yang baik bagi penderita ISPA yaitu sebanyak 75 84,3 responden.

4.3.3. Sikap Kepala Keluarga

Sikap Kepala Keluarga didasarkan pada skala ordinal dari 20 pernyataan dengan alternatif jawaban Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Kepala Keluarga tentang Pencegahan Penyakit ISPA No Pengetahuan Jumlah n Persentase 1 2 Positif Negatif 35 54 39,3 60,7 Total 89 100 Tabel 4.5 di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai kategori sikap negatif yaitu sebanyak 54 orang 60,7 dibandingkan responden dengan kategori sikap positif yaitu sebanyak 35 orang 39,3. Universita Sumatera Utara Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel Sikap Kepala Keluarga Pernyataan Sikap SS S TS STS n n n n ISPA merupakan penyakit infeksi 26 29,2 35 39,3 23 25,8 5 5,6 ISPA merupakan penyakit menular 27 30,3 20 22,5 30 33,7 12 13,5 ISPA merupakan penyakit yang biasa menyerang pasca bencana banjir 34 38,2 16 18,0 25 28,1 14 15,7 Kondisi lingkungan pasca banjir mempermudah penularan penyakit ISPA 21 23,6 17 19,1 30 33,7 21 23,6 Makanan harus mengandung gizi cukup yaitu cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral sebagai salah satu cara untuk mencegah penyakit ISPA 25 28,1 12 13,5 27 30,3 25 28,1 Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas. 5 5,6 43 48,3 9 10,0 32 36,0 Anak-anak lebih sering terserang penyakit ISPA dibandingkan orang dewasa. 34 38.2 10 11,2 9 10,1 36 40,4 Mencuci tangan memakai sabun sebagai salah satu cara pencegahan terhadap penyakit ISPA. 14 15,7 13 14,6 31 34,8 31 34,8 Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. 15 16,9 26 29,2 13 14,6 35 39,3 Anggota keluarga yang terserang ISPA harus segera di bawa berobat ke sarana kesehatan. 14 15,7 27 30,3 19 21,3 29 32,6 Kita wajib menutup mulut apabila batuk atau bersin 21 23,6 21 23,6 15 16,9 32 36,0 Kita harus menghindari untuk berhubungan terlalu dekat dengan penderita penyakit saluran pernafasan akut 21 23,6 13 14,6 22 24,7 33 37,1 ISPA dapat menular melalui udara 26 29,2 11 12,4 23 25,8 29 32,6 Istirahat yang cukup merupakan salah satu penanganan penyakit ISPA 20 22,5 16 18.0 26 29,2 27 30,3 Universita Sumatera Utara Mengonsumsi vitamin pada pasca banjir, merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko terkena penyakit ISPA 24 27,0 9 10,1 33 37,1 23 25,8 Anggota keluarga yang terkena ISPA wajib dikucilkan untuk menghindari penularan 5 5,6 51 57,3 12 13,5 21 23,0 Udara yang lembab dan berdebu, meningkatkan risiko penularan penyakit ISPA pada pasca banjir 42 47,2 13 14,6 13 14,6 21 23,0 Penggunaan masker pada penderita ISPA, dapat menghindari penularan penyakit ISPA 16 18,0 16 18,0 42 47,2 15 16,9 Masker dapat dipinjam dan dipakai oleh siapapun 18 20,2 34 38,2 26 29.2 11 12.4 Masker dapat diperoleh di sarana- sarana kesehatan atau melalui relawan 19 21,3 37 41,6 24 27,0 9 10,1 Tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden sangat setuju jika udara yang lembab dan berdebu, meningkatkan risiko penularan penyakit ISPA pada pasca banjir yaitu sebanyak 42 47,2 responden. Mayoritas responden setuju jika anggota keluarga yang terkena ISPA wajib dikucilkan untuk menghindari penularan 51 57,3 responden. Mayoritas responden tidak setuju jika penggunaan masker pada penderita ISPA, dapat menghindari penularan penyakit ISPA 42 47,2 responden. Mayoritas responden sangat tidak setuju jika anak-anak lebih sering terserang penyakit ISPA dibandingkan orang dewasa. 36 40,4 responden.

4.3.4. Pencegahan Kepala Keluarga terhadap Penyakit ISPA Pasca Banjir

Pencegahan Kepala Keluarga didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban, ada dan tidak ada. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7. Universita Sumatera Utara Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Pencegahan Penyakit ISPA No Pencegahan Jumlah n Persentase 1 2 Ada Tidak Ada 42 47 47,2 52,8 Total 89 100 Tabel 4.7 di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai kategori tidak ada melakukan pencegahan yaitu sebanyak 47 orang 52,8 dibandingkan responden dengan kategori ada melakukan pencegahan yaitu sebanyak 42 orang 47,2. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Pada Variabel Pencegahan Penyakit ISPA Pertanyaan Pencegahan Ada Tidak n n Apakah saudara selalu menjaga kebersihan lingkungan rumah pasca banjir ? 79 88,8 10 11,2 Apakah saudara selalu membuka jendela setiap pagi pasca banjir ? 35 39,3 54 60,7 Apakah saudara segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan bila didapati gejala penyakit ISPA pasca banjir? 41 46,1 48 53,9 Apakah saudara selalu memakai alat pelindung diri masker pada saat membersihkan rumah pasca banjir? 31 34,8 58 65,2 Apakah saudara selalu memakai alat pelindung diri masker pada saat ke luar rumah pasca banjir ? 39 43,8 50 56,2 Apakah saudara selalu menutup mulut pada saat batuk ? 25 28,1 64 71,9 Apakah saudara tetap melakukan imunisasi DPT sesuai jadwal pada anggota keluarga pasca banjir ? 66 53,9 23 25,8 Apakah saudara selalu mencuci tangan habis membersihkan lingkungan rumah memakai sabun ? 48 53,9 41 46,1 Apakah saudara selalu memberikan asupan makanan yang bergizi baik pada anggota keluarga pasca banjir? 52 58,4 37 41,6 Apakah saudara menjaga stamina daya tahan tubuh anggota keluarga pasca banjir ? 65 73,0 24 27,0 Universita Sumatera Utara Tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menjaga kebersihan lingkungan pasca banjir, yaitu sebanyak 79 88,8 responden, dan mayoritas responden tidak selalu menutup mulut pada saat batuk yaitu sebanyak 64 71,9 responden.

4.4. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakan analisis bivariat. Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah Chi Square, masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikategorikan diuji apakah ada hubungan antara variabel independen pengetahuan dan sikap terhadap variabel dependen pencegahan masyarakat. Jika nilai p 0,05 maka Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima.

4.4.1 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap PencegahanPenyakit ISPA Pasca Banjir

Tabel 4.9. Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA Pasca Banjir No Pengetahuan Pencegahan Total Nilai X² Nilai P Ada Tidak Ada n n n 1 2 Baik Kurang 25 17 61,0 35,4 16 31 39,0 64,6 41 48 100 100 5.796 0.014 Jumlah 42 47 89 100 Tabel 4.9. di atas menunjukkan proporsi responden dengan pengetahuan yang baik, mayoritas sebanyak 25 responden 61,0 ada melakukan pencegahan penyakit Universita Sumatera Utara ISPA pasca banjir, dan responden dengan pengetahuan yang kurang mayoritas sebanyak 31 responden 64,6 tidak ada melakukan pencegahan. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan pengetahuan kepala keluarga terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca banjir dengan nilai p=0,014 p0,05.

4.4.2 Hubungan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA Pasca Banjir

Tabel 4.10. Hubungan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA Pasca Banjir No Sikap Pencegahan Total Nilai X² Nilai P Ada Tidak Ada n n n 1 2 Positif Negatif 21 21 60,0 38,9 14 33 40,0 61,1 35 54 100 100 3.798 0.042 Jumlah 42 47 89 100 Tabel 4.10. di atas menunjukkan proporsi responden dengan sikap yang positif, mayoritas sebanyak 21 responden 60,0 ada melakukan pencegahan penyakit ISPA pasca banjir, serta responden dengan sikap yang negatif, mayoritas sebanyak 33 responden 61,1 tidak ada melakukan pencegahan. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan sikap kepala keluarga terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca banjir dengan nilai p=0,042 p0,05.

4.5. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis bivariat yang ditujukan untuk mengetahui variabel paling dominan dari variabel independen yang Universita Sumatera Utara berhubungan atau berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, analisis multivariat yang dilakukan adalah uji regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui kedua variabel independen yaitu pengetahuan p=0,014 dan sikap p=0,042 layak sebagai kandidat untuk dianalisis dalam analisis multivariat karena nilai p0,05. Tabel 4.11. Hasil Analisis Regresi Logistik dengan Tingkat Kepercayaan 95 Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui besar risiko Odds Ratio variabel pengetahuan 2.303 yang berarti bahwa pengetahuan lebih berpengaruh atau berpeluang lebih besar untuk mencegah penyakit ISPA pasca banjir dibandingkan dengan sikap setelah dikontrol variabel pencegahan 95 CI : 0.014. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Wald Df Sig Exp B B Std. Error 1 Constant -1.821 .833 4.778 1 .029 .162 Pengetahuan .834 .517 2.608 1 .106 2.303 Sikap .408 .527 .598 1 .439 1.503 a. Dependent Variable: Pencegahan Universita Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Penyakit ISPA Pasca Bencana Banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar Menurut Wahid 2007, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya. Menurut Notoatmodjo 2007 p Pengetahuan mempunyai peranan besar dalam perubahan perilaku. Rogers 1995 menjelaskan lebih terinci berbagai variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup: 1 atribut inovasi perceived atrribute of innovation, 2 jenis keputusan inovasi type of innovation decisions, 3 saluran komunikasi communication channels, 4 kondisi sistem sosial nature of social system, dan 5 peran agen perubah change agents. engetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Universita Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

2 66 76

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

3 57 76

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Amplas Tahun 2005

6 50 96

Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan

17 141 71

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

ANALISIS MODEL EPIDEMI SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA), RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).

1 9 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

0 2 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14