PEMBAHASAN Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Penyakit ISPA Pasca Bencana Banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar Menurut Wahid 2007, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya. Menurut Notoatmodjo 2007 p Pengetahuan mempunyai peranan besar dalam perubahan perilaku. Rogers 1995 menjelaskan lebih terinci berbagai variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup: 1 atribut inovasi perceived atrribute of innovation, 2 jenis keputusan inovasi type of innovation decisions, 3 saluran komunikasi communication channels, 4 kondisi sistem sosial nature of social system, dan 5 peran agen perubah change agents. engetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Universita Sumatera Utara Dari pertanyaan yang peneliti ajukan, mayoritas responden mengetahui pengertian penyakit ISPA, yaitu sebanyak 86 96,6 responden, dan mayoritas responden tidak mengetahui makanan yang baik bagi penderita ISPA yaitu sebanyak 75 84,3. Dari hasil jawaban responden tersebut, didapati hasil penelitian tentang variabel pengetahuan responden terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca banjir dengan kategori lebih banyak responden mempunyai kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 48 orang 53,9. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan kepala keluarga terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca banjir dengan nilai p=0,014 p0,05. Dengan melihat pada hasil uji statistik dapat dijelaskan semakin kurang pengetahuan keluarga, maka akan semakin jelek pula dalam pencegahan penyakit ISPA pasca bencana banjir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Muhardi 2005, yang meneliti tentang hubungan karakteristik tingkat pengetahuan dan sikap kepala keluarga dalam praktek pencegahan penyakit ISPA terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Klirong II Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan praktek rho=-0,597. Ada hubungan antara pekerjaan dengan praktek rho=-0,309. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek rho= 0,263. Ada hubungan antara sikap dengan praktek rho= 0,497. Tidak ada hubungan umur dengan praktek Universita Sumatera Utara rho=0,123. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan praktek rho= 0,133. Asumsi peneliti, bahwa banyak faktor yang memengaruhi perilaku seseorang terhadap pencegahan penyakit ISPA, terutama pasca banjir, yaitu pendidikan, pekerjaaan, pengetahuan dan sikap. 5.2. Pengaruh Sikap terhadap Pencegahan Penyakit ISPA Pasca Banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar Cardno dalam Notoatmodjo 2003, membatasi sikap sebagai hal yang memerlukan predisposisi yang nyata dan variabel disposisi lain untuk memberi respons terhadap objek sosial dalam interaksi dengan situasi dan mengarahkan serta memimpin individu dalam bertingkah laku secara terbuka. Newcomb dalam Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, akan tetapi sebagai salah satu predisposisi tindakan untuk perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional. Dari jawaban terhadap pertanyaan yang peneliti ajukan didapati hasil bahwa mayoritas responden sangat setuju jika udara yang lembab dan berdebu, meningkatkan risiko penularan penyakit ISPA pada pasca banjir yaitu sebanyak 42 47,2 responden. Mayoritas responden setuju jika anggota keluarga yang terkena ISPA wajib dikucilkan untuk menghindari penularan 51 57,3 responden. Mayoritas responden tidak setuju jika penggunaan masker pada penderita ISPA, dapat Universita Sumatera Utara menghindari penularan penyakit ISPA 42 47,2 responden. Mayoritas responden sangat tidak setuju jika anak-anak lebih sering terserang penyakit ISPA dibandingkan orang dewasa. 36 40,4 responden. Dari hasil jawaban diatas, menunjukkan variabel sikap responden terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca bencana banjir mayoritas responden mempunyai kategori sikap negatif yaitu sebanyak 54 orang 60,7 dibandingkan responden dengan kategori sikap positif yaitu sebanyak 35 orang 39,3. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan sikap kepala keluarga terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca banjir dengan nilai p=0,042 p0,05. Hasil studi lainnya terdapat korelasi, antara tindakan kesiapsiagaan dengan dampak bencana yang dialami oleh masyarakat karakteristik responden, persepsi risiko dan antar tindakan kesiapsiagaan lainnya. Kesiapsiagaan masyarakat secara individu perlu didukung oleh kebijakan struktural dan non struktural dari pemerintah supaya pengurangan risiko bencana banjir dapat terjadi secara komprehensif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mukhtar 2012, yang meneliti tentang pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di desa perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok, dimana didapati bahwa persentase sikap responden dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir tertinggi pada sikap yang negatif, yaitu 61,8, dibandingkan sikap yang positif, yaitu 38,2. Universita Sumatera Utara Asumsi peneliti, bahwa variabel sikap, yang tidak diikuti dengan tindakan, atau tidak diaktualisasikan dalam bentuk perilaku maka tidak akan memengaruhi pencegahan seseorang terhadap penyakit ISPA, terutama pasca banjir. Universita Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

2 66 76

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

3 57 76

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Amplas Tahun 2005

6 50 96

Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan

17 141 71

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

ANALISIS MODEL EPIDEMI SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA), RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).

1 9 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

0 2 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14