Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor resiko dapat dianggap sebagai strategi untuk mengurangi kesakitan insiden pneumonia, termasuk disini ialah :
a. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi, defisiensi vitamin A. b. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah.
c. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman PLP yang menangani masalah polusi di dalam maupun di luar rumah Depkes RI, 1992.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan ISPA Clements, 2009 antara lain :
1. Menjauhkan tangan untuk menyentuh mata, hidung, dan mulut. 2. Melakukan vaksinasi atau imunisasi.
3. Menutup mulut ketika batuk atau bersin. 4. Menghindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
5. Istirahat yang cukup. 6. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko berbagai macam penyakit
termasuk penyakit ISPA
2.8. Landasan Teori
Perilaku merupakan suatu respon individu akibat adanya pengaruh sebelumnya. Perilaku terbentuk akibat adanya penyebab yang melatarbelakanginya. Perilaku
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007 didefinisikan sebagai suatu reaksi individu terhadap rangsangan.
Universita Sumatera Utara
Perilaku individu terbentuk dengan melibatkan serangkaian proses yang ada pada dirinya. Pada teori perilaku dalam keperawatan komunitas, pembentukan
perilaku dapat dilakukan dengan memanipulasi stimulus. Stimulus tersebut dapat dimanipulasi dengan cara memberikan positif reinforcement atau punishment kepada
individu sehingga stimulus tersebut akan diinternalisasi dan menghasilkan perilaku yang diharapkan Allender, 2001.
Green 1980 yang dikutip dalam Notoatdmojo, 2007 menganalisis perilaku manusia dalam hal kesehatan yang dapat dilihat pada Gambar 2.1, menyatakan
bahwa dalam mencapai kualitas hidup yang baik quality of life dapat dicapai melalui peningkatan derajat kesehatan, faktor perilaku dan gaya hidup behaviour and
lifestyle serta lingkungan environment. Paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan adalah faktor perilaku dan gaya hidup serta lingkungan.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja L.Green
Sumber : Green, Health Promotion Planning and Education and Environment Approach Institute of Health Promotion Research University of Brithist Colombia 1980;44.
Pendidikan Kesehatan
Kebijakan Regulasi
Organisasi Faktor Faktor
Produksi
Faktor Faktor Penguat
Faktor Faktor Pendukung
Perilaku
Lingkungan Masalah
Kesehatan Kualitas
Hidup
Universita Sumatera Utara
Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku
akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan hanya meniru tokoh idolanya Notoatdmojo, 2003.
Green 1980 mengembangkan teori yang menyatakan bahwa individu, masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu: faktor perilaku dan non perilaku.
Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok, yaitu : faktor yang memudahkan predisposing factor, faktor yang memungkinkan enabling factor, faktor yang
memperkuat reinforcing factor Notoatdmojo, 2003. Faktor predisposisi yaitu berupa jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status
pekerjaan, pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin meliputi sosio ekonomi, dana, sarana dan sebagainya. Faktor penguat berupa penyuluhan, tenaga penyuluhan,
diskusi kelompok terarah Notoatmodjo, 2003. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang organisme
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut; 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan health maintenence.
yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.
2. Perilaku pencarian pengobatan health seeking behavior.
Universita Sumatera Utara
yaitu usaha atau tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Perilaku ini mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke
pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. 3. Perilaku kesehatan lingkungan.
yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungannya, baik fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatan individu,
keluarga maupun masyarakat Notoatmodjo, 2007. Dalam proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku antara lain umur dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
luar individu antara lain berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah perlakuan dalam pelatihan seperti ceramah, tanya jawab, alat peraga, bermain
peran, dinamika kelompok Notoatmodjo, 2007. Perilaku individu tentang pencegahan penyakit ISPA pada dasarnya adalah hasil
dari interaksi sekelompok stimulus. Terdapat beberapa kelompok stimulus yang dikelompokkan dalam beberapa faktor yang memengaruhi perilaku pencegahan
penyakit ISPA. Green dalam Notoatmodjo 2007, mengungkapkan perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor
predisposisi yang berupa pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penyakit ISPA. Sedangkan faktor pendukung mengacu pada daya dukung lingkungan secara fisik
meliputi ketersediaan alatlingkungan dan sarana untuk menunjang pencegahan penyakit ISPA. Faktor yang terakhir, faktor pendorong, yaitu daya dukung sumber
Universita Sumatera Utara
daya manusia di sekitar individu yang selalu melakukan pengawasan terhadap pencegahan penyakit ISPA seperti tenaga kesehatan.
2.9. Kerangka Konsep