D. Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka permasalahan dibatasi sebagai berikut :
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah jenis kangkung darat varietas Bangkok. 2.
Obyek penelitian Obyek penelitian ini adalah perbedaan media tanam yaitu media tanaman
tanah aluvial+ arang dan media tanah aluvial. 3.
Teknik penanaman Teknik penanaman tanaman kangkung adalah tabulampot penanaman
menggunakan polybag. 4.
Parameter Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman
kangkung dilihat dari tinggi tanaman + cabang, jumlah daun, serta berat basah tanaman yang diukur setelah panen.
E. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah mengetahui jenis media yang cocok untuk tanaman kangkung , memperluas dan mengembangkan ilmu
pengetahuan , khususnya di bidang pertanian dan pembudidayaan , melatih kemampuan peneliti untuk memecahkan masalah dan menuangkan kedalam
karya tulis ilmiah, melatih dan mengembangkan potensi keterampilan proses ilmiah, serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat untuk
dikembangkan lebih lanjut. 2.
Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah memberikan pengetahuan barubagi masyarakat terkait budidaya tanaman kangkung, serta
memberi informasi kepada masyarakat mengenai jenis media yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman kangkung darat.
3.
Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Manfaat penelitian ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan adalah memberikan kontribusi pengetahuan ilmiah khususnya dibidang pertanian.
6
BAB II DASAR TEORI
A. Tanaman Kangkung
Tanaman kangkung merupakan tanaman yang dapat hidup lebih dari setahun. Tanaman yang diduga berasal dari kawasan Asia dan Afrika ini meliputi dua jenis
yang biasa di budidayakan petani, yakni kangkung darat dan kangkung air Haryoto, 2009.
Daerah penyebaran tanaman kangkung pada umumnya terpusat terkosentrasi di beberapa tempat atau negara, antara lain di Malaysia dan sebagaian kecil di
Australia. Dalam perkembangan selanjutnya tanaman ini meluas cukup pesat di Asia Tenggara Rukmana, 1994.
Beberapa negara yang merintis pembudidayaan tanaman kangkung secara intensif dan komersial adalah Taiwan, Thailand, Filipina, dan juga mulai
mendapat perhatian di Indonesia. Di Taiwan pada tahun 1964 terdapat luas areal pertanaman kangkung sekitar 2.342 hektar dengan produksi 20.815 metrik ton.
Daya hasil kangkung di Taiwan ini mencapai antara 40-90 ton per hektar. Pada tahun 1985 terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional 41.953
hektar, namun tahun-tahun berikutnya cenderung menurun, yaitu hanya 32,448 ha 1988, baru mencapai 2,389 tonha 1985, 4,616 tonha 1988, dan 7,660 tonha
1990.