14
3. IFRS International Financial Reporting Standars
Menurut Situmorang 2013 International Financial Reporting Standards IFRS, merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi
yang memberikan penekanan pada penilaian revaluation profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi
ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan
para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di
semua negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di
Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga
laporan keuangan disajikan dengan basis “true and fair” IFRS
framework paragraph 46. Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat
perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia global market.
Menurut Aristiya 2014, IFRS memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. IFRS menggunakan “Principles Base “ sehingga lebih menekankan
pada inteprestasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
15
b. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan
evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
c. Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar
akuntansi. d.
Menggunakan fair value dalam penilaian. e.
Mengharuskan pengungkapan disclosure yang lebih banyak.
4. Konservatisme di Indonesia
Di Indonesia penerapan konservatisme pada perusahaan manufaktur sudah ada sejak lama. Hal tersebut dikarenakan Standar
Akuntansi Keuangan SAK memberi kebebasan perusahaan dalam menerapkan metode akuntansi yang digunakan. Menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia IAI SAK menyebutkan ada beberapa metode yang menerapkan prinsip konservatisme :
a. PSAK No.19 Revisi 2000 tentang Biaya Riset dan
Pengembangan. Apabila biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai aset maka akuntansi yang
diterapkan cenderung konservatif. Jika biaya yang terjadi diakui sebagai beban, maka laba yang dihasilkan di dalam laporan
keuangan menjadi kecil. Sebaliknya, bila biaya yang terjadi diakui sebagai aset, maka laba yang dihasilkan besar dan
akuntansi menjadi tidak konservatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. PSAK No. 16 Revisi 2007 tentang biaya depresiasi aset tetap
dan pilihan dalam menghitung biaya depresiasi atau penyusutan. Metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus straight
line method, metode saldo menurun diminishing balancing method, dan metode jumlah unit sum of the unit method.
Semakin pendek umur ekonomis aset maka biaya penyusutan akan semakin tinggi dan perusahaan menjadi konservatif. Di sisi
lain, metode penyusutan saldo menurun memiliki kos yang lebih besar, sehingga angka laba yang tersaji menjadi rendah. Ini berarti
penyusutan saldo menurun diminishing balancing method merupakan metode yang lebih konservatif jika dibandingkan
dengan metode garis lurus straight line method dan metode jumlah unit sum of the unit method.
c. PSAK No.19 Revisi 2009 untuk menentukan perlakuan
akuntansi bagi aset tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus pada standar lainnya. Metode amortisasi untuk
mengalokasikan jumlah aset tidak berwujud yang serupa dengan penyusutan pada aset tetap meliputi: Metode garis lurus, Metode
saldo menurun berganda, dan Metode jumlah unit produksi. Periode amortisasi yang semakin pendek menyebabkan biaya
amortisasi yang semakin besar pada tiap periodenya sehingga berakibat pula pada laba yang menjadi kecil. Dari ketida metode
17
amortisasi tersebut, metode saldo menurun berganda metode yang paling konservatif.
5. Kepemilikan Institusional dan Konservatisme Akuntansi