11
berdasarkan angka laba bersih, sehingga dapat dikatakan bahwa teori keagenan mempunyai implikasi terhadap akuntansi Suwardjono,
2005. Menurut Brillianti 2013 konservatisme dapat dijelaskan dari
perspektif teori keagenan. Dalam teori keagenan terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal. Hal tersebut dapat berakibat pada
munculnya potensi konflik yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen sebagai agen yang mempunyai
tujuan tertentu misalnya untuk mendapatkan bonus akan cenderung menyusun laporan keuangan dengan angka laba yang besar atau yang
biasa disebut manajemen laba. Kondisi seperti itu dapat dicegah dengan menerapkan konservatisme akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan Lafond dan Watts, 2007 dalam Brillianti, 2013.
2. Konservatisme Akuntansi
Suwardjono 2005
menyatakan bahwa
konservatisme akuntansi merupakan tindakan kehati-hatian dengan mengakui biaya
atau rugi yang kemungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun
kemungkinan terjadinya besar. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi dengan metode yang melaporkan laba atau
aktiva yang lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas risiko
12
menurun downside risk dari neraca yang menyajikan aset bersih dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu
Haniati dan Fitriany, 2010.
Definisi resmi dari konservatisme terdapat dalam Glosarium Pernyataan Konsep No.2 FASB tahun 1980 Financial Accounting
Standard Board yang mengartikan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati prudent reaction dalam menghadapi ketidakpastian yang
melekat pada perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis sudah cukup
dipertimbangkan.
Juanda 2007 menyatakan bahwa konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka
laba dan asset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena
konservatisme menganut prinsip menunda pengakuan laba dan mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya laba yang dilaporkan
cenderung rendah understatement.
Konservatisme masih menjadi perdebatan di dalam dunia akuntansi karena konservatisme bisa memiliki manfaat yang baik
untuk perusahaan namun di samping itu juga memiliki efek buruk bagi perusahaan. Beberapa pihak yang mendukung konservatisme adalah
Ahmed et al. 2000 yang mengatakan bahwa konservatisme dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
akuntan penting untuk mengatasi konflik dari manajer dan pemilik akibat kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu
konservatisme akuntansi juga dapat mengurangi earnings management oleh pihak manajemen karena laba yang diakui seminimal mungkin
sehingga pemilik terhindar dari laba yang overstated. Selain itu konsep konservatisme menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena
prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar- besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate Fala, 2007.
Menurut Kam 1995 dan Qiang 2003 dalam Juanda 2007 penolakan terhadap konservatisme disebabkan oleh beberapa aspek
yaitu: 1 Ketidakkonsistenan. Ketika laba yang dilaporkan terlalu rendah pada periode sekarang, maka pada periode berikutnya laba akan
dilaporkan terlalu tinggi; 2 Ketidakteraturan. Kebijakan perusahaan akan mempengaruhi tingkat konservatisme dalam laporan keuangan;
3 Penyembunyian. Investor mengalami kesulitan menentukan dan menemukan jumlah aset yang dilaporkan terlalu rendah; 4
Kontradiktif. Konservatisme akuntansi bertentangan dengan prinsip akuntansi lainnya antara lain prinsip kos, prinsip penandingan, prinsip
konsistensi, dan prinsip pengungkapan; 5 Konservatisme akuntansi tidak sesuai dengan karakteritik kualitatif laporan keuangan antara lain,
relevan, reliabilitas, dan komparabilitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. IFRS International Financial Reporting Standars