10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori ini berkembang menjadi pandangan yang menganggap perusahaan sebagai suatu “kelompok nexus kontrak” melalui
pernyataan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling 1976 bahwa perusahaan-
perusahaan adalah “fisik legal yang bertindak sebagai suatu kelompok nexus untuk seperangkat hubungan kontrak
dengan individu”. Teori ini menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak atau lebih yang salah satu pihak disebut prinsipal
principal yang menyewa pihak lain yang disebut agen agent untuk melakukan jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian
wewenang Jensen dan Meckling, 1976. Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada
agen. Prinsipal memberikan tanggung jawab kepada agen sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung
jawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan
tugas demi kepentingan prinsipal, termasuk dalam pendelegasian otoritas pengambilan keputusan. Kontrak tersebut seringkali dibuat
11
berdasarkan angka laba bersih, sehingga dapat dikatakan bahwa teori keagenan mempunyai implikasi terhadap akuntansi Suwardjono,
2005. Menurut Brillianti 2013 konservatisme dapat dijelaskan dari
perspektif teori keagenan. Dalam teori keagenan terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal. Hal tersebut dapat berakibat pada
munculnya potensi konflik yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen sebagai agen yang mempunyai
tujuan tertentu misalnya untuk mendapatkan bonus akan cenderung menyusun laporan keuangan dengan angka laba yang besar atau yang
biasa disebut manajemen laba. Kondisi seperti itu dapat dicegah dengan menerapkan konservatisme akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan Lafond dan Watts, 2007 dalam Brillianti, 2013.
2. Konservatisme Akuntansi