PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KOMITE AUDIT TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014).

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

NURUL JUITA THESARANI 12812144002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Juita Thesarani NIM : 12812144002

Program Studi : Akuntansi Fakultas : Ekonomi

Judul Tugas Akhir : PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KOMITE AUDIT TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 30 Maret 2016 Yang menyatakan,

Nurul Juita Thesarani NIM. 12812144002


(5)

v

(Kahlil Gibran) There are only two ways to live your life. One is as though nothing is miracle. The orther is as though everything is a miracle.

(Albert Einstein)

PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang selalu mendukung dalam segala hal tanpa lelah hingga penulis bisa sampai disini.

2. Keluargaku yang tidak bisa aku sebutkan semuanya, terimakasih atas dukungannya.

3. Almamaterku.

Karya ini penulis bingkiskan untuk:

1. Teman-teman terbaikku Rinda, Deska, Wilfa, Nindha, Sisca yang selalu menemani.

2. Untuk temanku Ardianti Fajriana yang mau direpotkan terus tanpa lelah, terimakasih untuk bantuannya selama ini.

3. Semua teman terbaikku yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu, kalian semua berjasa atas hasil ini.


(6)

vi

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KOMITE

AUDIT TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Oleh:

Nurul Juita Thesarani 12812144002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.

Desain penelitian ini termasuk dalam penelitian kausal komparatif. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. Pemilihan sampel melalui purposive sampling. Terdapat 34 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian sehingga data observasi berjumlah 102. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Struktur Modal, ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 0,312; signifikan 0,756, dan koefisien regresi sebesar 0,010; (2) Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal, ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar -3,263; signifikan 0,002, dan koefisien regresi sebesar -3,436; (3) Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Struktur Modal, ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar -0,821; signifikan 0,414, dan koefisien regresi sebesar -0,372; (4) Komite Audit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Struktur Modal, ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 0,696; signifikan 0,488, dan koefisien regresi sebesar 0,177; (5) Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal, ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 4,222; signifikan 0,003.

Kata kunci : Struktur Modal, Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit


(7)

vii

(Empirical Studies of Manufacturing Companies that Listed on BEI the Period of 2012-2014)

Nurul Juita Thesarani 12812144002

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of Board of Commissioners, Managerial Ownership, Institutional Ownership, and Audit Committee on Capital Structure of manufacturing company that listed on Indonesian Stock Exchange in the period of 2012-2014.

This type of researh used in this study was a causal comparative. The population in this study is manufacturing company that listed on Indonesian Stock Exchange in the period of 2012-2014. The sampling technique using purposive sampling. There are 34 company wich satisfies the criteria of the study sample as so that data observation a total of 102. Analysis technique that used in this research is simple regression analysis and multiple linier regression.

The result of this research shows that (1) The Board of Commissioners have positive and not significant influence toward Capital Structure, indicated by t value of 0,312; significance of 0,756, and a regression ceofficient of 0,010; (2) Managerial Ownership have negative and significant influence toward Capital Structure, indicated by t value of -3,263; significance of 0,002, and regression ceofficient of -3,436; (3) Institutional Ownership have negative and not significant influence toward Capital Structure, indicated by t value of -0,821; significance of 0,414, and regression coefficient of -0,372; (4) Audit Committee have positive and not significant influence toward Capital Structure, indicated by t value of 0,696; significance 0,488, and regression coefficient of -0,177; (5) The Board of Commissioners, Managerial Ownership, Institutional Ownership, and Audit Committee by simultant significance influence toward Capital Structure, indicated by F value of 4,222; significance of 0,003.

Keyword : Capital Structure, Board of Commissioner, Managerial Ownership, Institusional Ownership, Audit Committe


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)”. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan FE UNY yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan penyusunan skripsi.

3. Abdullah Taman, S.E., Akt., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri yogyakarta.

4. Mahendra Adhi Nugroho, S.E., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Abdullah Taman, S.E., Akt., M.Si., dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. 6. Dr. Denies Priantinah, M.Si., dosen narasumber yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.

7. Rr. Indah Mustikawati, M.Si. selaku ketua penguji yang telah banyak membantu.

8. Bapak Ibu Dosen, khususnya Jurusan Akuntansi yang telah memberikan bekal ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

9. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2012 terima kasih untuk semuanya, senang sekali rasanya bisa mengenal kalian.


(9)

ix

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan tugas akhir ini. Akhirnya, harapan peneliti yaitu semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik sangan penulis harapkan.

Yogyakarta, 30 Maret 2016 Penulis,

Nurul Juita Thesarani NIM. 12812144002


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Masalah ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kajian Teoritis ... 14

1. Struktur Modal ... 14

a. Pengertian Struktur Modal ... 14

b. Komponen Struktur Modal ... 16

c. Teori Struktur Modal ... 19

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 23

e. Pengukuran Struktur Modal ... 28

2. Ukuran Dewan Komisaris ... 30

a. Pengertian Dewan Komisaris ... 30

b. Pengukuran Dewan Komisaris ... 31

3. Kepemilikan Manajerial ... 31

a. Pengertian Kepemilikan Manajerial ... 31

b. Pengukuran Kepemilikan Manajerial ... 32

4. Kepemilikan Institusional ... 33

a. Pengertian Kepemilikan Institusional ... 33

b. Pengukuran Kepemilikan Institusional ... 34

5. Komite Audit ... 34

a. Pengertian Komite Audit ... 34

b. Peraturan berkaitan Komite Audit ... 35


(11)

xi

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Definisi Operasional Variabel ... 49

D. Populasi dan Sampel ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Deskripsi Data ... 68

B. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 69

C. Uji Asumsi Klasik ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Multikolonieritas ... 73

3. Uji Heteroskedastisitas ... 74

4. Uji Autokorelasi ... 75

D. Hasil Uji Hipotesis ... 76

E. Pembahasan... 87

F. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perhitungan Sampel Penelitian ... 54

2. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel Penelitian ... 55

3. Hasil Statistik Deskriptif Struktur Modal (DER)... 69

4. Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris (DK)... 70

5. Hasil Statistik Deskriptif Kepemilikan Manajerial (KM)... 70

6. Hasil Statistik Deskriptif Kepemilikan Institusional (KI)... 71

7. Hasil Statistik Deskriptif Komite Audit (KA)... 71

8. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov... 72

9. Hasil Uji Multikolonieritas ... 73

10. Hasil Regresi Ukuran Dewan Komisaris (DK) terhadap Struktur Modal (DER) ... 76

11. Hasil Regresi Kepemilikan Manajerial (KM) terhadap Struktur Modal (DER) ... 78

12. Hasil Regresi Kepemilikan Institusional (KI) terhadap Struktur Modal (DER) ... 80

13. Hasil Regresi Komite Audit (KA) terhadap Struktur Modal (DER) ... 82

14. Hasil Regresi Ukuran Dewan Komisaris (DK), Kepemilikan Manajerial (KM), Kepemilikan Institusional (KI) dan Komite Audit (KA) terhadap Struktur Modal (DER) secara Simultan ... 85


(13)

xiii

2. Normal Probability Plot ... 73 3. Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas ... 74


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Populasi Perusahaan ... 109

2. Daftar Sampel Perusahaan ... 113

3. Data Struktur Modal ... 115

4. Data Ukuran Dewan Komisaris ... 119

5. Data Kepemilikan Manajerial ... 123

6. Data Kepemilikan Institusional ... 127

7. Data Komite Audit ... 131

8. Hasil Analisis Statistik Deskriptif dan Uji Asumsi Klasik... 135


(15)

1

Perkembangan pasar modal Indonesia di sepanjang tahun 2014 menunjukkan pencapaian positif yang disertai dengan tercatatnya sejumlah rekor baru seperti yang terlansir dalam situs resmi yang diterbitkan oleh BEI. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat baik dalam maupun luar negeri semakin tertarik untuk menanamkan modal pada perusahaan di Indonesia. Semakin banyak investor yang menanamkan modal di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di ndonesia bisa dikatakan baik dan relatif stabil. Kepercayaan masyarakat untuk menanamkan modal pada sebuah perusahaan juga harus didukung oleh pihak intern perusahaan dan pemilik saham karena meningkatnya jumlah investor di Indonesia juga akan memajukan perekonimian di Indonesia.

Para calon investor akan lebih tertarik menanamkan modal pada perusahaan dengan kinerja yang baik, sehingga ada perusahaan yang berusaha berbuat curang untuk mengecoh para investor. Seperti kasus skandal manipulasi laporan keuangan Bank Lippo yang terjadi pada tahun 2002-2003 merupakan salah satu gambaran dari ketidakterbukaan perusahaan terhadap investor maupun calon investor. Adanya dugaan keterlibatan manajer dalam perusahaan sangat terlihat karena manipulasi laporan keuangan ini bertujuan agar manajemen (khususnya pemilik lama) ingin menguasai saham mayoritas


(16)

2

bank tersebut. Dengan adanya laporan keuangan yang telah dimanipulasi ini sangat merugikan pihak investor yang menganggap kinerja perusahaan ini berjalan dengan baik ternyata sebaliknya. Manajer yang seharusnya mensejajarkan kepentingan perusahaan dan pemegang saham justru merugikan pemegang saham dan menyesatkan dengan laporan keuangan yang dimanipulasi. Maka dari itu para calon investor perlu memahami pengaruh pihak intern perusahaan dan pemegang saham terhadap penentuan modal perusahaan.

Salah satu sektor tebesar yang ada di Indonesia yaitu sektor manufaktur ini merupakan sektor yang paling aktif dalam memperdagangkan sahamnya pada pasar modal dan pertumbuhan sektor ini terus meningkat di Indonesia. Meningkatnya laju pertumbuhan sektor manufaktur adalah hasil dari permintaan domestik, terutama untuk logam, makanan, bahan kimia, dan suku cadang otomotif. Peluang ini mendorong perusahaan manufaktur saling bersaing untuk mengembangkan produktivitas demi memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan manufaktur harus memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan usahanya. Pemenuhan kebutuhan modal untuk membiayai aktivitas perusahaan dapat berasal dari dana internal dan dana eksternal. Apabila modal sendiri yang berasal dari kekayaan para pemilik perusahaan dirasa belum mencukupi untuk melakukan pengembangan, maka modal dari luar digunakan seperti utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Manajer keuangan harus teliti dalam menentukan keputusan pendanaan


(17)

perusahaan, agar sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Keputusan menentukan Struktur Modal merupakan hal yang penting, karena penentuan Struktur Modal berkaitan dengan timbulnya biaya modal. Biaya modal adalah biaya yang diperlukan untuk mendapatkan modal tersebut. Penentuan Struktur Modal yang optimal membuat perusahaan berjalan dengan efektif dan efisien dengan meminimalkan biaya modal.

Terdapat dua cara dalam pemilihan modal pada perusahaan yang biasa dilakukan, pertama dengan cara melakukan pinjaman dan yang kedua adalah mengeluarkan saham. Dengan cara melakukan pinjaman memang mengeluarkan biaya yang lebih sedikit, namun hal ini akan menimbulkan risiko kewajiban dan pembayaran bunga yang meningkat. Tingkat utang yang relatif tinggi akan menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga, sehingga akan meningkatkan risiko bisnis perusahaan.

Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan utang dalam pembiayaan perusahaan mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Sehingga banyak perusahaan yang memilih mendapatkan modal dengan cara kedua yaitu menerbitkan saham baru untuk mencari investor. Harga saham yang tinggi menunjukkan bahwa kesejahteraan pemilik perusahaan baik dan menunjukkan kinerja perusahaan juga baik. Calon investor akan lebih tertarik


(18)

4

dengan perusahaan yang kinerjanya baik sehingga mereka akan mempercayakan investasi mereka pada perusahaan tersebut. Semakin banyaknya calon investor yang menanamkan modal pada perusahaan maka semakin sedikit pula penggunaan utang pada Struktur Modal perusahaan dan risiko pada perusahaan juga akan semakin kecil.

Perusahaan akan menunjuk manajer untuk menjalankan kegiatan usaha. Salah satu keputusan penting yang dilakukan manajer kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan permodalan atau keputusan pemilihan Struktur Modal yang optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Margaretha dan Ramadhan (2010) yang juga mengatakan bahwa keputusan pendanaan yang baik dari suatu perusahaan dapat dilihat dari Struktur Modal. Struktur Modal yang optimal dari perusahaan akan mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Tujuan dalam pemilihan Struktur Modal perusahaan adalah untuk optimalisasi nilai perusahaan, memaksimumkan kemakmuran investor dan meminimalkan biaya modal.

Dalam hal penentuan Struktur Modal sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan manajer. Adanya pertentangan antara manajer dan pemegang saham inilah yang dikenal dengan masalah keagenan. Hal ini sudah dijelaskan pada teori agensi menurut Horne (1995). Perlu adanya tindakan dari perusahaan agar konflik tersebut tidak mengakibatkan efek buruk bagi perusahaan seperti kehilangan investor. Karena sebagian perusahaan masih lebih memilih pendanaan modal melalui penerbitan saham.


(19)

Walaupun perusahaan mengeluarkan biaya untuk penerbitan saham baru, perusahaan akan tetap memilih hal tersebut karena risiko yang didapatkan dalam penggunaan utang cukup besar. Maka dari itu, perusahaan akan tetap mempertahankan para investor ataupun calon investor untuk menanamkan modal pada perusahaan.

Ada beberapa pihak yang dapat berpengaruh dalam penentuan Struktur Modal perusahaan. Pada penelitian ini akan meneliti pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Struktur Modal perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Rahardjo (2014) mengatakan bahwa Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal perusahaan, tetapi Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Maftukhah pada tahun 2013 menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal dan Kepemilikan Institusional menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

Dewan Komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap perusahaan secara efektif dan memberikan pertanggungjawaban kepada pemegang saham. Anggota dewan komisaris harus bertindak secara transparan, iktikad baik dan telah melakukan due diligence serta dalam cara yang menurut pandangannya


(20)

6

adalah hal yang terbaik bagi perusahaan. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengutamakan kepentingan pemegang saham pendiri dan memastikan perusahaan melakukan kegiatannya. Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan manajer dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) pada tahun 2010 menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, salah satunya adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris dan Komite Audit suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen pada sebuah perusahaan.

Menutur Sujoko dan Soebiantoro (2007) Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajer. Apabila manajer memiliki saham perusahaan (Kepemilikan Manajerial) maka akan berpengaruh terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Kepemilikan Manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham lainnya, sehingga akan bertindak sejalan dengan pemegang saham lainnya. Namun, tingkat Kepemilikan Manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Kepemilikan Manajerial yang tinggi menyebabkan


(21)

manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, atau bisa terjadi adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.

Kepemilikan saham institusional ini merupakan saham yang dimiliki oleh perusahaan lain yang berada di dalam maupun di luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri (Susiana & Herawati: 2007) dalam Maftukhah (2013). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah Kepemilikan Institusional. Adanya Kepemilikan Institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manjemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat.

Menurut Solomon (2004) dalam Sabrina (2010) pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Jika tingkat Kepemilikan Institusional ini tinggi maka akan


(22)

8

menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan kinerja para manajer di perusahaan. Pengawasan yang efektif ini akan membantu para calon investor untuk semakin mempercayai perusahaan untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Dampaknya, perusahaan dengan Kepemilikan Institusional yang tinggi akan memiliki proporsi kewajiban yang rendah.

Komite Audit merupakan organ pendukung dewan komisaris yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Pembentukan Komite Audit harus dilengkapi dengan Piagam Komite Audit yang ditandatangani oleh Komisaris Utama dan Direktur Utama Perseroan Ketua maupun anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Dewan Komisaris. Adanya Komite Audit diharapkan mampu mengontrol dan memonitor keputusan yang dilakukan manajer itu sudah benar yang berarti bahwa keputusan tidak memihak satu pihak, namun mengikat semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan.

Saat ini pemegang saham menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Kusuma (2005), yaitu para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka. Sebaliknya manajer perusahaan bisa saja memiliki tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan pemegang saham. Dengan adanya pengawasan dari perusahaan yang baik memberikan perlindungan efektif kepada para


(23)

pemegang saham dan pihak kreditor, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, pengawasan tersebut juga harus membantu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan berkesinambungan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdafar di BEI Tahun 2012-2014)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Permintaan produk dari perusahaan sektor manufaktur semakin tinggi sehingga perusahaan perlu tambahan modal untuk mengembangkan usahanya. Manajer harus menentukan Struktur Modal yang tepat agar usaha berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Perusahaan yang menentukan Struktur Modalnya dengan menerbitkan saham dianggap kurang memikirkan hak para pemegang sahamnya sehingga mereka cenderung dirugikan.

3. Pada kasus Bank Lippo, pihak intern perusahaan yang seharusnya melindungi hak para pemegang saham justru malah menyesatkan para


(24)

10

pemegang saham dengan menerbitkan laporan keuangan ganda yang dimanipulasi.

C. Pembatasan Masalah

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal, berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh empat variabel yang digunakan yaitu Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit.

Penelitian ini menggunakan objek atas perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2012-2014. Pemilihan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian karena:

1. Adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan informasi yang jelas dibandingkan dengan perusahaan sektor lain, serta perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangannya kepada Bapepam dan dipublikasi.

2. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih banyak dibanding sektor-sektor lain, karena kemampuan analisis dalam suatu sektor diharapkan dapat menghasilkan simpulan yang dapat dibandingkan antara satu perusahaan lainnya.

3. Perusahaan manufaktur mempunyai kriteria pengungkapan yang lebih sederhana dibandingkan dengan perusahaan perbankan.


(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

2. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

3. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

4. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014? 5. Apakah Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, kepemilikan

institusiona, dan Komite Audit berpengaruh secara bersama-sama terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014?

E. Tujuan Penelitian


(26)

12

1. Menguji pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

2. Menguji pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

3. Menguji Kepemilikan Institusional terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 4. Menguji pengaruh Komite Audit terhadap Struktur Modal perusahaan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 5. Menguji pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial,

kepemilikan institusiona, dan Komite Audit secara bersama-sama terhadap Struktur Modal perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Bagi akademis dan mahasiswa, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat menambah kumpulan pustaka yang ada di perpustakaan fakultas ekonomi tentang Struktur Modal, sehingga


(27)

dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta untuk melakukan penelitian secara lebih lanjut lagi.

b. Hasil penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian terdahulu tentang Struktur Modal perusahaan yang ada di Indonesia khususnya sektor industri manufaktur,

2. Manfaat Praktis

Bagi para praktisi penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi para investor, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan

ilmu pengetahuan tentang pentingnya melihat faktor-faktor yang mempengaruhi sektor modal sebelum menanamkan investasi pada perusahaan. Hal ini karena Struktur Modal yang optimal dapat meningkatkan nilai perusahaan, sehingga tingkat pengembalian yang diterima investor lebih tinggi.

b. Bagi pemegang saham, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya keputusan penentuan Struktur Modal dan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal perusahaan.

c. Bagi mayarakat umum penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ekonomi, khususnya manajemen keuangan. Masyarakat yang ingin menginvestasikan dana yang dimilikinya dalam bentuk saham maupun utang dapat menilai kondisi perusahaan melalui pihak intern perusahaan dan pemegang saham.


(28)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis

1. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Sebelum melakukan pengkajian tentang Struktur Modal secara lebih jauh, perlu diketahui bahwa faktor intern penggerak dari perusahaan memiliki peran penting dalam penentuan Struktur Modal pada perusahaan. Keberadaan pihak intern perusahaan ini bisa menjadi alasan meningkatnya kepercayaan para investor maupun calon investor untuk menanamkan modal pada perusahaan sehingga akan mengurangi penggunaan utang dalam Struktur Modal.

Struktur Modal merupakan kombinasi dari berbagai sekuritas berupa kewajiban dan ekuitas dalam struktur pembiayaan jangka panjang perusahaan. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan Struktur Modal merupakan perimbangan jumlah kewajiban jangka pendek yang bersifat permanen, kewajiban jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur Modal yang optimal adalah Struktur Modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

Menurut Husnan (1993: 299) teori Struktur Modal yang optimal adalah suatu struktur dimana biaya riil (marginal real cost) dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama. Struktur Modal


(29)

yang optimal adalah Struktur Modal yang meminimumkan biaya modal perusahaan. Dalam prakteknya, sulit untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dengan biaya modal perusahaan kalau perusahaan merubah Struktur Modalnya.

Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah menetapkan Struktur Modal yang optimal. Struktur Modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara jumlah kewajiban dengan modal sendiri (Bambang Riyanto: 2000). Ini dijadikan sebagai dasar untuk memutuskan berapa jumlah dana yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan investasi dan operasi perusahaan. Struktur Modal yang optimal dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudiyanto pada tahun 2011 menyatakan bahwa rata-rata Struktur Modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai 2008 cenderung turun. Besarnya nilai rata-rata Struktur Modal pertahun dari tahun 2006-2008 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berada di bawah satu. Hal ini menunjukkan penggunaan dana dari utang untuk aktivitas investasinya relatif lebih rendah daripada penggunaan modal sendiri. Apabila nilai Struktur Modal berada di atas satu atau lebih dari satu, maka hal itu berarti perusahaan memiliki jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori Struktur Modal yang optimal,


(30)

16

dimana seharusnya jumlah utang perusahaan tidak boleh lebih besar dari modal sendiri. Sementara itu kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai Struktur Modal tertentu yang besarnya kurang dari satu. Karena jika Struktur Modal lebih besar dari satu berarti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.

b. Komponen Struktur Modal

Berdasarkan definisi Struktur Modal yang telah disebutkan di atas, dapat diambil beberapa komponen Struktur Modal. Komponen yang menjadi penyusunan dalam komposisi Struktur Modal terdiri dari utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal sendiri. 1) Utang Jangka Pendek

Utang jangka pendek adalah utang yang jangka waktu pembayarannya paling lambat satu tahun atau satu periode akuntansi.

a) Utang Wesel

Utang wesel yaitu wesel yang harus dibayarkan kepada pihak lain yang pernah diberikan kepadanya. Biasanya umur utang wesel adalah 30 hari, 60 hari, atau 90 hari.

b) Utang Dagang

Utang dagang adalah utang kepada rekan (suplier) yaitu utang dalam rangka kegiatan perusahaan, atau utang ini terjadi karena membeli barang yang belum dibayar.


(31)

c) Biaya-biaya yang Harus Dibayar

Biaya-biaya yang harus dibayar adalah biaya-biaya yang belum dilunasi dalam periode pembukuan tertentu, misalnya utang gaji, utang upah dan utang-utang biaya lainnya.

2) Utang Jangka Panjang

Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun (Bambang Riyanto, 2000:238). Utang jangka panjang ini pada umunya digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut mencakup jumlah yang besar. Komponen utang jangka panjang terdiri dari: a) Utang Hipotik

Utang hipotik adalah bentuk utang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). b) Obligasi

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.

3) Modal Sendiri


(32)

18

“Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan jangka waktu tertentu lamanya.”

Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun ekstern. Sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan berupa laba ditahan, sedangkan sumber ekstern berasal dari modal pemilik perusahaan.

a) Saham Biasa

Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor. Saham merupakan tanda bukti penyertaan/penyetoran modal pada suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT). Modal saham menduduki urutan sesudah utang dalam hal klaim asset perusahaan. Dari sudut perusahaan, modal saham mencerminkan pihak yang menanggung risiko perusahaan, dan memperoleh imbalan sebagai konsekuensinya. Imbalan tersebut berupa kenaikan harga saham dan deviden yang dibayarkan.

b) Saham Preferen

Saham preferen yaitu saham yang memberikan deviden yang besarnya tetap. Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan perusahaan.


(33)

c) Laba Ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibagikan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh peusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan (appropriated retained earnings). Tetapi apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (unappropriated retained earnings).

Dalam penelitian ini faktor-faktor Struktur Modal yang digunakan adalah banyaknya utang jangka panjang dan utang jangka pendek sesuai dengan perhitungan Struktur Modal menggunakan rumus DER.

c. Teori Struktur Modal

Ada beberapa teori mengenai Struktur Modal antara lain adalah sebagai berikut:

1) Agency Theory

Teori agensi menurut Horne (1995) dan Nurrohim (2008) adalah suatu teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen) dengan pemegang saham (sebagai pemilik). Para pemegang saham berharap supaya agen bertindak atas kepentingan mereka sehingga perusahaan dapat meningkat nilainya, sekaligus memberikan keuntungan kepada


(34)

20

pemegang saham. Untuk melakukan fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan intensif yang memadai dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya, biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham.

Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Mereka juga berpendapat bahwa agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang saham perusahaan (principal) menunjuk pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama principal.

2) Pecking order theory menyatakan bahwa:

a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan, yang berwujud laba ditahan).


(35)

b) Apabila dana dari luar (external financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi koversi), baru kemudian apabila masih belum mencukupi akan menerbitkan saham baru.

Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Perusahaan lebih menyukai penggunaan dana dari modal internal yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada packing order theory adalah internal fund (dana internal), debt (utang) dan equity (modal sendiri). Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar.

Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk utang daripada modal sendiri karena dua alasan (Husnan: 1996), yaitu:

a) Pertimbangan biaya emisi

Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama.


(36)

22

b) Manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun.

3) Modligiani dan Miller Theory

Teori Struktur Modal yang dikemukakan oleh Franco Modligani dan Merton Miller mempunyai asumsi sebagai berikut: a) Perusahaan dengan kelas yang sama mempunyai risiko bisnis dimana risiko bisnis tersebut diukur dengan deviasi standar dari laba sebagai bunga dan pajak (SEBIT).

b) Investor mempunyai harapan yang sama atau homogen terhadap laba dan risiko perusahaan serta memiliki ekspektasi yang sama terhadap EBIT di masa mendatang.

c) Surat utang seperti obligasi dan penyertaan dalam bentuk saham diperdagangkan pada pasar yang sempurna. Tahun 1958 Franco Modligiani dan Merton Miller dalam Elim dan Yusfarita (2010), menyatakan bahwa dengan kondisi pasar sempurna (tidak ada pajak), Struktur Modal dari suatu perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena beberapa asumsi tersebut tidak realistik, maka pendapat MM hanya dipandang sebagai permulaan bagi munculnya teori Struktur Modal. Hal realistik yang terjadi antara lain suku bunga


(37)

naik sejalan dengan rasio utang dan kemungkinan terjadinya kepailitan sehingga mengakibatkan adanya biaya bagi pengacara dan biaya-biaya lainnya juga meningkat dengan bertumbuhnya utang.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana dalam sebuah perusahaan. Di dalam melakukan tugas tersebut, manajer keuangan dihadapkan pada suatu variasi pembelanjaan, dalam arti terkadang perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari utang dan kadang-kadang perusahaan juga lebih baik apabila menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri. Oleh karena itu manajer keuangan di dalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara besarnya utang jumlah modal sendiri yang tercermin dalam Struktur Modal perusahaan, perlu diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang memengaruhi Struktur Modal, salah satunya menurut Wijaya dan Hadianto (2008), yaitu:

1) Tingkat pertumbuhan penjualan

Tingkat pertumbuhan penjualan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang sifatnya imateril yang telah ditentukan oleh suatu target. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan


(38)

24

penggunaan utang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan penjualannya tergolong rendah.

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan utang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah (Mayangsari: 2001).

2) Risiko bisnis

Menurut Joni dan Lina (2010), risiko bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika menjalankan kegiatan operasinya, yaitu kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Risiko bisnis dapat terjadi apabila perusahaan memiliki porsi utang yang terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan dinilai perlu untuk menyediakan dana dalam jumlah yang memadai untuk membayar


(39)

utang-utangnya dan beban bunga yang ditanggung perusahaan itu sendiri.

Menurut Sartono (2000), risiko bisnis adalah ketidakpastian dari aliran pendapatan masa depan. Risiko bisnis akan meningkat jika menggunakan utang yang tinggi, hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena semakin besar biaya modal suatu perusahaan akan menyebabkan risiko perusahaan juga besar. Biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan modal (utang, saham istimewa, saham biasa, dan laba ditahan) untuk membayar investasi perusahaan.

3) Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Menurut Wahidahwati (2002), pihak manajerial dalam suatu perusahaan adalah pihak yang aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Berdasarkan teori keagenan, hubungan antar manajemen dengan pemegang saham awam untuk terjadi masalah keagenan. Untuk mengurangi masalah keagenan


(40)

26

tersebut salah satu cara adalah dengan adanya Kepemilikan Manajerial dan kebijakan utang.

Dengan kepemilikan tersebut, manajemen akan merasakan langsung dampak dari setiap keputusannya termasuk dalam menentukan kebijakan utang perusahaan. Semakin tinggi Kepemilikan Manajerial maka semakin tinggi utang yang digunakan. Hal ini terjadi karena kontrol yang besar dari pihak manajerial sehingga menyebabkan mereka mampu melakukan investasi dengan lebih baik dan hal tersebut memerlukan tambahan dana investasi dengan lebih baik sehingga memerlukan dana tambahan melalui utang. Kepemilikan Manajerial itu sendiri dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau persentase saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan manajemen. Persentase tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah modal saham yang dimiliki oleh manajerial.

4) Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, asset, dan modal. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas semakin rendah tingkat penggunaan utang dalam Struktur


(41)

Modal perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan mempunyai profitabilitas tinggi akan mencapai dana internal yang besar. Perusahaan akan menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum mengambil pembiayaan eksternal melalui utang.

Menurut Brigham (2006: 6), ada empat faktor yang memengaruhi keputusan Struktur Modal, yaitu:

1) Risiko Bisnis

Risiko bisnis yaitu risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan utang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka makin rendah rasio utang yang optimal.

2) Posisi Pajak Perusahaan

Yaitu dalam menggunakan utang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya.

3) Fleksibilitas keuangan

Yaitu kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan


(42)

28

dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.

4) Konservatisme atau agresivitas manajemen

Yaitu ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, di mana hal ini tidak memengaruhi Struktur Modal yang optimal, tetapi akan memengaruhi Struktur Modal yang ditargetkan.

e. Pengukuran Struktur Modal

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri. Terdapat beberapa pengukuran dalam bentuk rasio yang dapat digunakan untuk menentukan Struktur Modal, yaitu:

1) Menurut George Foster a) =

b) =

Keterangan:

Long-term liabilities : Utang jangka panjang

Shareholder’s equity: Modal sendiri

Current liabilities : Utang lancar 2) Menurut Smith, Skousen, Stice and Stice


(43)

DER =

DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total

shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.

Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun panjang) sedangkan total ekuitas merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau Struktur Modal dari total pinjaman (utang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total utang (jangka pendek dan panjang) semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Robert: 1977 dalam Kusumajaya: 2011).

b) Number of Times Interest is Earned =

Keterangan:

Income before taxes and : interest expense interest

Pendapatan sebelum bunga dan pajak

Expense : Beban c) Book Value Pershare


(44)

30

Keterangan:

Common stockholder’s equity : Kekayaan pemegang

saham

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perhitungan Struktur Modal dengan rumus Debt-to Equity Ratio (DER).

2. Ukuran Dewan Komisaris a. Pengertian Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jensen: 1983. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006). Ukuran Dewan Komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan manajer dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Fungsi service menyatakan bahwa dewan (komisaris) dapat memberikan konsultasi dan nasihat manajemen (dan direksi). Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk


(45)

mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. b. Pengukuran Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi. Ukuran Dewan Komisaris dihitung dengan menggunakan total jumlah anggota dewan komisaris di perusahaan. Mekanisme (pengendalian) internal dalam perusahaan antara lain struktur kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam hal ini komposisi dewan. Ukuran Dewan Komisaris adalah jumlah dewan komisaris dalam perusahaan. Ukuran Dewan Komisaris dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran Dewan Komisaris = Jumlah anggota dewan komisaris Sumber: Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee (2011:46)

3. Kepemilikan Manajerial

a. Pengertian Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen menurut Sujono dan Soebiantoro (2007). Pendekatan keagenan menganggap struktur Kepemilikan Manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap


(46)

32

sebuah perusahaan. Meningkatkan Kepemilikan Manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya Kepemilikan Manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan para pemegang saham.

Namun tingkat Kepemilikan Manajerial yang terlalu tinggi juga berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan Kepemilikan Manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer. Kepemilikan Manajerial berhasil menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. b. Pengukuran Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham direksi, manajer, komisaris dibagi dengan seluruh saham yang beredar. Kepemilikan Manajerial dihitung dengan membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh direksi, komisaris dan manajer dengan total saham yang beredar. Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Secara


(47)

sistematis perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Amri, 2011):

KM =

Sumber: Analisis Kinerja Keuangan, GCG, dan CSR terhadap Nilai Perusahaan (2011).

4. Kepemilikan Institusional

a. Pengertian Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shein, et. al 2006) dalam Winanda (2009). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah Kepemilikan Institusional. Adanya Kepemilikan Institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan.

Dengan adanya beberapa kelebihan yang dimiliki, investor institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba, dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih profesional dalam mengendalikan


(48)

34

portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena mereka memiliki tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan manajemen laba.

b. Pengukuran Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam presentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Kepemilikan Institusional diukur melalui proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu perusahaan. Kepemilikan Institusional dirumuskan sebagai berikut (Dwi Sukirni: 2012):

KI = 5. Komite Audit

a. Pengertian Komite Audit

Menurut Hiro Tuguiman (1995), pengertian Komite Audit adalah sebagai berikut:

“Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan


(49)

Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”

Komite Audit adalah auditor internal yang dibentuk dewan komisaris, yang bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan pengendalian intern perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur Komite Audit adalah jumlah anggota Komite Audit pada perusahaan sampel. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance jumlah anggota Komite Audit minimal 3 orang. Komite Audit ini merupakan orang yang melakukan pengawasan terhadap perusahaan. Adanya Komite Audit diharapkan mampu mengontrol dan memonitor keputusan yang dilakukan manajer itu sudah benar yang berarti bahwa keputusan tidak memihak satu pihak, namun mengikat semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan.

Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen, independensi Komite Audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integeritasnya. Hal ini perlu disadari karena Komite Audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan Dewan Komisaris dengan Internal Auditor.

b. Peraturan Berkaitan dengan Komite Audit


(50)

36

1) Peraturan Bapepan-LK No. IX.1.5 : Pembentukan dan pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Peraturan ini berisi tentang:

a) Komite Audit minimal terdiri dari 3 orang, dengan rincian minimal 1 orang komisaris independen yang menempati posisis ketua Komite Audit dan minimal 2 orang pihak independen dari luar emiten.

b) Salah seorang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan.

2) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117/M-MBU/2002. Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang berisi tentang:

a) Salah seorang anggota Komite Audit adalah anggota Komisaris yang sekaligus berkedudukan dengan Ketua Komite. Tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu Komisaris dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor.

3) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-134/BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Keputusan ini berisi tentang:


(51)

Laporan tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode laporan keuangan tahunan terakhir.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai dan Struktur Modal telah banyak dilakukan sebelumnya, sehingga hasil dari penelitian sebelumnya dapat dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu mengenai Struktur Modal.

1. Penelitian oleh Ida Maftukhah (2013) dengan judul “Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kinerja Keuangan sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan”. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan kinerja keuangan sebagai penentu Struktur Modal perusahaan. Peneliti mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008, ada sepuluh perusahaan manufaktur yang masuk dalam kriteria penelitian tersebut. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dummy untuk Kepemilikan Manajerial dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER. Variabel pertumbuhan aset dan DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER. Variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER. Sedangkan net sales,


(52)

38

fixed asset ratio dan corporate tax rate berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DER. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 33,4%.

Persamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada beberapa variabel independen yang digunakan yaitu Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional. Data yang diambil untuk sampel juga menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah beberapa variabel independen yang berbeda di mana penelitian yang dilakukan oleh Ida menggunakan variabel kinerja keuangan sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel Ukuran Dewan Komisaris. Selain itu perbedaan juga terletak pada periode sampel yaitu tahun 2004-2008 sedangkan dalam penelitian ini menggunakan periode tahun 2012-2014.

2. Penelitian oleh Faumana Hidayatullah (2013) dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris, dan Jumlah Rapat Dewan Komisaris terhadap Struktur Modal”. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat dewan komisaris terhadap Struktur Modal. Peneliti mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2012.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Dewan Komisaris


(53)

berpengaruh terhadap Struktur Modal. Sedangkan rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal.

Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel dependen yang digunakan, yaitu Struktur Modal. Selain itu ada beberapa variabel independen yang sama yaitu Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Dewan Komisaris. Sampel penelitian yang digunakan juga sama, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak dari sampel penelitian dengan periode yang berbeda yaitu 2012-2014 selama satu tahun, sedangkan dalam penelitian oleh Faumana Hidayatullah hanya satu tahun yaitu periode 2011-2012.

3. Penelitian oleh Sumani dan Lia Rachmawati (2012) dengan judul “Analisis Struktur Modal dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji dan menganalisis, baik secara parsial maupun simultan pengaruh ukuran perusahaan, kebijakan dividen, tingkat profitabilitas, leverage operasi dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap Struktur Modal pada perusahaan manufaktur dan menganalisis keputusan Struktur Modal berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Sampel yang diambil oleh peneliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, kebijakan dividen, tingkat profitabilitas,


(54)

40

leverage operasi, dan tingkat pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal berdasarkan hasil uji F. Melaui hasil uji t, variabel kebijakan dividen, tingkat profitabilitas,dan leverage operasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal, sedangkan variabel ukuran perusahaan dan tingkat pertumbuhan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal.

Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel dependen yang digunakan yaitu Struktur Modal. Selain itu sampel yang digunakan, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan lama periode selama 3 tahun.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, kebijakan dividen, tingkat profitabilitas, leverage operasi, dan tingkat pertumbuhan perusahaan. Periode tahun yang digunakan juga berbeda, yaitu periode 2008-2010.

4. Penelitian oleh Ririn Vitriasari dan Iin Indarti (2010) dengan judul “Pengaruh Stabilitas Penjualan, Struktur Aktiva dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Struktur Modal (Studi Empiris terhadap Perusahaan Real Estate and Property yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2009)”. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh stabilitas penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan terhadap Struktur Modal. Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan properti yang yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.


(55)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stabilitas penjualan, struktur aktiva dan tingkat Pertumbuhan secara simultan tidak memiliki pengaruh positif terhadap Struktur Modal. Tetapi berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa variabel stabilitas penjualan, struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap Struktur Modal.

Persamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel dependen yang digunakan yaitu Struktur Modal. Lama periode yang digunakan oleh peneliti adalah tiga tahun.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yang digunakan yaitu stabilitas penjualan, struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan. Selain itu sampel yang digunakan oleh Ririn Vitriasari dan Iin Indarti adalah perusahaan properti yang terdaftar di BEI.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Struktur Modal

Dewan komisaris memiliki dua fungsi yaitu fungsi service dan fungsi kontrol. Fungsi service menyatakan bahwa dewan komisaris dapat memberikan konsultasi dan nasihat manajemen. Sedangkan fungsi kontrol yang dapat dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat menyelaraskan kepentingan pemegang saham


(56)

42

dan manajer (Jensen : 1993 dalam Young dkk : 2001). Dari kedua fungsi dewan tersebut, terlihat bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan. Dengan fungsi kontrol tersebut, maka dewan komisaris dapat mengontrol tindakan manajer dalam keputusan pendanaan dengan mengeluarkan saham baru, tidak dengan melakukan utang. Dengan melakukan utang maka akan ada pertambahan beban bunga di perusahaan, selanjutnya laba yang dihasilkan akan berkurang dan deviden yang dibayarkan ke pemegang saham akan berkurang juga. Tentunya para pemegang saham akan tidak suka bila deviden yang mereka terima akan berkurang.

2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal

Apabila manajer memiliki saham perusahaan (Kepemilikan Manajerial) maka akan berpengaruh terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Para manajer akan berusaha mengeluarkan kebijakan yang akan mendorong perusahaan untuk mencapai laba yang tinggi dan mengembangkan perusahaan tersebut. Pengembangan perusahaan membutuhkan modal baru. Penggunaan kewajiban atau mengeluarkan saham akan dipilih oleh para manajer. Manfaat lain yang timbul yaitu berkurangnya masalah keagenan. Kepemilikan Manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham lainnya, sehingga akan bertindak selaras dengan pemegang saham lainnya (Sheikh dan Wang : 2012). Selain itu manajer akan merasakan langsung manfaat dan kerugian dari keputusan yang diambil. Pendanaan yang


(57)

bersumber dari kewajiban menjadi tidak menarik bagi para manajer karena akan membebankan risiko yang lebih tinggi bagi dirinya (Sheikh dan Wang : 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Maftukhah (2013) menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajer cenderung menerapkan kebijakan utang yang kecil karena manajemen ikut menanggung biaya modal yang ditanggung oleh perusahaan, sehingga manajemen dalam menjalankan aktivitas operasionalnya lebih menerapkan minimize cost dan maximize value.

3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Struktur Modal

Kepemilikan Institusional dapat mengurangi konflik keagenan karena mampu mengontrol dan mengarahkan manajer untuk membuat kebijakan utang dan deviden yang berpihak pada kepentingan pemegang saham institusional. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer (Jensen: 1986). Pengawasan yang efektif akan membantu para investor dan calon investor mempercayai perusahaan untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Kepemilikan Institusional yang kuat akan mampu mengontrol kebijakan manajemen atas arus kas perusahaan, dan mencegah manajer dalam penggunaan dana yang kurang efisien.


(58)

44

Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Seperti yang diterapkan pada hasil penelitian oleh Fauma Hidayatullah (2013) yang mengatakan bahwa kehadiran investor institusional memberi pengaruh yang signifikan terhadap Struktur Modal perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan investor institusional sebagai pihak yang memonitor agen berperan aktif mengawasi tindakan manajemen dan juga sebagai pihak yang memiliki kepentingan di dalam pengelolaan hutang perusahaan. Jadi semakin besar pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Struktur Modal maka dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan memaksa manajer untuk mengurangi tingkat utang secara optimal.

4. Pengaruh Komite Audit terhadap Struktur Modal

Adanya Komite Audit diharapkan mampu mengontrol dan memonitor keputusan yang dilakukan manajer itu sudah benar yang berarti bahwa keputusan yang diambil oleh manajer tidak memihak satu pihak, namun mengikat semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan. Dengan adanya Komite Audit tersebut maka pengendalian internal perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Komite Audit harus merancang suatu pengendalian yang membatasi manajer untuk memakmurkan dirinya sendiri. Menurut Kajananthan (2012), semakin banyak Komite Audit dalam perusahaan, maka keputusan pendanaan perusahaan akan lebih memilih dengan mengeluarkan saham baru daripada dengan utang. Dengan adanya kehadiran Komite Audit pada


(59)

perusahaan maka akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Dengan semakin banyak Komite Audit di dalam perusahaan, maka diharapkan keputusan di dalam pendanaan perusahaan akan lebih baik. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Komite Audit dalam perusahaan mempengaruhi penentuan Struktur Modal pada perusahaan. Peningkatan kepercayaan pemegang saham atas adanya Komite Audit dalam perusahaan akan mengurangi penggunaan utang dalam Struktur Modal.

5. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit secara bersama-sama terhadap Struktur Modal

Kepemilikan Manajerial yang sebagian sahamnya dimiliki juga oleh dewan komisaris sebagai pengawas tertinggi akan lebih memilih Struktur Modal dengan modal sendiri dibanding dengan melakukan pinjaman kepada kreditor karena jika menggunakan utang maka seluruh perusahaan akan menanggung risiko yang besar. Keberadaan Kepemilikan Institusional yang dapat meningkatkan kontrol manajemen perusahaan akan membuat kepercayaan investor dan calon investor meningkat untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Keberadaan Komite Audit pada sebuah perusahaan akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham untuk menanamkan modalnya pada perusahaan karena mereka yakin bahwa pengawasan dari Komite Audit akan meningkatkan kinerja manajemen. Sehingga Ukuran Dewan


(60)

46

Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal karena akan mengurangi penggunaan utang pada Struktur Modal.

6. Paradigma Penelitian

Dari kerangka berpikir di atas, maka dapat menghasilkan sebuah paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma Penelitian Keterangan :

: Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap Struktur Modal.

: Pengaruh variabel independen secara simultan terhadap Struktur Modal.

H5

H1

H2

H3

H4

Y Struktur Modal X1

Ukuran Dewan Komisaris

X2

Kepemilikan Manajerial X3

Kepemilikan Institusional X4


(61)

7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan teori yang mendasari, hipotesis penelitian ini adalah :

H1 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.

H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.

H3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.

H4 : Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.

H5 :Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional dan Komite Audit secara bersama-sama berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.


(62)

48 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal-komparatif.

“Metode kausal-komparatif digunakan untuk penelitian dengan karakteristik masalah hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian dilakukan dengan pengamatan terhadap akibat yang ada, lalu mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu” (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2009:27).

Ciri-ciri penelitian kausal-komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung dan kemudian mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut.

Peneliti mengambil satu akibat sebagai dependen variabel dan menguji data tersebut dengan menelusuri ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya sebagai variabel independen Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit. Struktur Modal adalah akibat yang disebabkan oleh variabel independen.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder eksternal dalam bentuk laporan keuangan yang diperoleh dari ICAMEL tahun 2012-2014 dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI dari tahun 2012-2014.


(63)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan pengambilan data di BEI Yogyakarta dan mengakses http://www.idx.co.id dan http://www.icamel.id dalam bentuk online dan bisa diakses tanpa ada batasan waktu tertentu. Waktu yang digunakan untuk melakukan peneitian ini direncanakan akan dilakukan sekitar bulan Februari 2016.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah faktor-faktor yang diteliti dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan adalah Struktur Modal. Struktur Modal merupakan perimbangan jumlah kewajiban jangka pendek yang bersifat permanen, kewajiban jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa (Sartono, 2001). Dalam penelitian ini, untuk mengukur Struktur Modal dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). DER ini merupakan besaran persentase total utang perusahaan dibandingkan dengan total ekuitas perusahaan.

Struktur Modal dihitung dengan DER, dengan rumus:

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dalam


(64)

50

penelitian ini adalah Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit.

a. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jensen: 1983). Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006). Ukuran Dewan Komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan manajer dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono: 2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur Kepemilikan Manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan Manajerial akan mengurangi masalah keagenan. Adanya Kepemilikan Manajerial akan mensejajarkan kepentingan


(65)

antara manajemen dan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dan kerugian dari keputusan yang diambil. Pendanaan yang bersumber dari kewajiban menjadi tidak menarik bagi para manajer karena akan menyebabkan risiko yang lebih tinggi bagi dirinya (Sheikh dan Wang: 2012). Secara sistematis perhitungan Kepemilikan Manajerial tersebut dapat dihitung dengan rumus:

KM =

c. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga. Indikator yang digunakan untuk mengukur Kepemilikan Institusional adalah persentase jumlah saham, yang dimiliki pihak institusional dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan Institusional diharapkan mampu meminimalkan konflik keagenan karena manajer diharapkan bisa membuat keputusan utang dan deviden yang berpihak pada kepentingan pemegang saham institusional ini. Perhitungan Kepemilikan Institusional menggunakan rumus sebagai berikut: KI =

d. Komite Audit

Komite Audit adalah auditor internal yang dibentuk dewan komisaris, yang bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan pengendalian intern perusahaan.


(1)

Descriptives

De scriptive Statistics

103 .00 .28 .0483 .07411

103 .30 .98 .6725 .18038

103 2.00 13.00 4.5922 2.50269

103 3.00 4.00 3.1165 .32240

103 .04 4.30 1.0555 .82453

103 KM

KI DK KA DER

Valid N (listwise)


(2)

Lampiran 9

HASIL UJI HIPOTESIS

1.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Struktur Modal

Variable s Entered/Re move db

DKa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: DER b.

Model Summary

.031a .001 -.009 .82821

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), DK

a.

ANOVAb

.067 1 .067 .097 .756a

69.278 101 .686

69.345 102

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), DK a.

Dependent Variable: DER b.

Coefficientsa

1.009 .171 5.892 .000

.010 .033 .031 .312 .756

(Constant) DK Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: DER a.


(3)

2.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal

3.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Struktur Modal

Variable s Entered/Re move db

KMa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: DER b.

Model Summary

.309a .095 .086 .78811

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), KM

a.

ANOVAb

6.613 1 6.613 10.647 .002a

62.732 101 .621

69.345 102

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KM a.

Dependent Variable: DER b.

Coefficientsa

1.222 .093 13.157 .000

-3.436 1.053 -.309 -3.263 .002

(Constant) KM Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: DER a.

Variable s Entered/Re move db

KIa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: DER b.


(4)

4.

Pengaruh Komite Audit terhadap Struktur Modal

Model Summary

.081a .007 -.003 .82585

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), KI

a.

ANOVAb

.460 1 .460 .674 .414a

68.886 101 .682

69.345 102

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KI a.

Dependent Variable: DER b.

Coefficientsa

1.306 .316 4.138 .000

-.372 .453 -.081 -.821 .414

(Constant) KI

Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: DER a.

Variable s Entered/Re move db

KAa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: DER b.

Model Summary

.069a .005 -.005 .82662

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), KA


(5)

5.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional dan Komite Audit terhadap Struktur Modal

ANOVAb

.331 1 .331 .485 .488a

69.014 101 .683

69.345 102

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KA a.

Dependent Variable: DER b.

Coefficientsa

.505 .795 .635 .527

.177 .254 .069 .696 .488

(Constant) KA Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: DER a.

Variable s Entered/Re move db

KA, KI, DK,

KMa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: DER b.

Model Summary

.383a .147 .112 .77692

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), KA, KI, DK, KM

a.

ANOVAb

10.193 4 2.548 4.222 .003a

59.153 98 .604

69.345 102

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KA, KI, DK, KM a.

Dependent Variable: DER b.


(6)

Coefficientsa

2.493 .941 2.649 .009

.017 .034 .051 .497 .620

-4.667 1.180 -.419 -3.954 .000

-1.144 .472 -.250 -2.423 .017

-.167 .272 -.065 -.613 .541

(Constant) DK KM KI KA Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: DER a.

Coefficientsa

2.493 .941 2.649 .009

-4.667 1.180 -.419 -3.954 .000 -.309 -.371 -.369

-1.144 .472 -.250 -2.423 .017 -.081 -.238 -.226

.017 .034 .051 .497 .620 .031 .050 .046

-.167 .272 -.065 -.613 .541 .069 -.062 -.057

(Constant) KM KI DK KA Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part

Correlations

Dependent Variable: DER a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

Pengaruh Corporate Governance Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan : studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta

1 5 76

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

Pengaruh Frekuensi Pertemuan Komite Audit, Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012) -

0 0 13