Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tekanan terhadap organisasi pemerintah baik pusat dan daerah serta perusahaan milik pemerintah, dan organisasi sektor publik lainnya untuk memperbaiki kinerjanya mendorong dibangunnya sistem manajemen organisasi sektor publik yang berbasis kinerja. Manajemen berbasis kinerja membutuhkan alat yang disebut pengukuran kinerja dan pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan Robertson dalam Mahmudi, 2010: 6. Selama ini pengukuran kinerja hanya dilakukan secara tradisional dan hanya menitikberatkan pada sisi finansial. Perusahaan dengan pencapaian hasil keuangan yang tinggi dianggap sebagai perusahaan yang berhasil. Pengukuran kinerja yang berpedoman pada ukuran-ukuran keuangan atau finansial saja tidak akan dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai kondisi perusahaan sesungguhnya. Selain kurang dapat menyediakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 informasi yang dibutuhkan untuk mengukur dan mengelola semua kompetensi perusahaan, ukuran finansial hanya menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu. Pandangan tradisional terhadap pengukuran kinerja organisasi sering hanya menekankan pada minimalisasi biaya. Sistem pengukuran kinerja modern selain menilai input dan output juga menilai tingkat fleksibilitas organisasi melayani pelanggan. Dalam melakukan pengukuran kinerja pada sektor publik sudah selayaknya meninggalkan pandangan tradisional di atas dan beralih pada pandangan modern, karena semua jasa dan produk yang dihasilkan organisasi sektor publik ditujukan untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat Mahsun, 2006: 30. Oleh sebab itu, Kaplan 2010: 2 memperkenalkan suatu alat untuk pengukuran kinerja perusahaan, yaitu Balanced Scorecard. Kaplan dan Norton 2000: 2 menyatakan Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberikan kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Scorecard mengukur kinerja perusahaan pada empat perspektif yang seimbang balanced: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses pembelajaran serta pertumbuhan. Penggunaan metode Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja organisasi memungkinkan pelaksanaan pengukuran kinerja organisasi dari aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan berdasarkan capaian sasaran yang telah ditetapkan oleh 3 organisasi dengan mengacu pada tujuan, visi, dan misi yang telah dicanangkan. Saat ini, Balanced Scorecard tidak hanya digunakan oleh organisasi bisnis tetapi juga organisasi sektor publik. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum Mahsun, dkk., 2011. Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan competitiveness, sedangkan untuk sektor publik lebih menekankan pada nilai misi dan pencapaian mission, value, effectiveness. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal ini sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan non-finansial Mahmudi 2010: 133. Pengadopsian Balanced Scorecard ke dalam organisasi sektor publik bertujuan untuk meningkatkan kinerja organsisasi sektor publik, karena kasus di beberapa perusahaan besar yang menerapkan Balanced Scorecard menunjukkan bahwa Balanced Scorecard merupakan alat manajemen yang powerful untuk mendongkrak kinerja organisasi Mahmudi 2010: 133. Rerangka Balanced Scorecard tersebut tidak terbatas untuk organisasi bisnis, akan tetapi organisasi sektor publik dapat menggunakannya dengan 4 penempatan tumpuan leverage yang berbeda. Jika dalam organisasi bisnis, tumpuannya adalah pada perspektif keuangan, maka dalam organisasi sektor publik tumpuannya adalah pada perspektif pelanggan karena pelayanan publik merupakan bottom line organisasi Mahmudi, 2010: 143. Salah satu perintis penggunaan instrumen Balanced Scorecard dalam skala besar dilaksanakan oleh Ontario Hospital Association di Kanada. Asosiasi ini memutuskan untuk mengadopsi Balanced Scorecard untuk mengevaluasi kinerja 89 rumah sakit di wilayah tersebut dan hal itu dilaksanakan pertama kali pada tahun 1998. Sejak tahun 2001, Balanced Scorecard telah dikembangkan untuk berbagai jenis pelayanan rumah sakit seperti perawatan, pelayanan darurat dan pelayanan gawat darurat Bisbe, 2012. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit pada umumnya difungsikan untuk melayani masyarakat dan menyediakan sarana kesehatan untuk masyarakat, bukan semata-mata mencari laba. Dalam rangka menjalankan fungsinya perlu sebuah sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses perencanaan strategik, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Suatu rencana strategik disebut baik jika perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 praktis ke dalam program-program operasional yang berorientasi kepada economic-equity-quality . Hal ini berarti pengelolaan rumah sakit dilakukan secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan masyarakat dengan memberikan pelayanan berkualitas. Rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing sehingga strategi dan kinerja rumah sakit berorientasi pada pelanggan pasien. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran dengan Balanced Scorecard yang diharapkan dapat menjawab tuntutan dan tantangan zaman Utama, 2013. Rumah sakit yang baik tentu saja memberikan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, bukan atas dasar untuk meningkatkan pemasukan keuangan rumah sakit atau penghasilan karyawan Bose dan Keith dalam Handayani, 2011. Perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi kesehatan saat ini karena adanya tekanan untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas pelayanan serta mengikuti petunjuk-petunjuk dan peraturan-peraturan yang ketat, telah memaksa profesional di bidang pelayanan kesehatan menguji ulang tentang bagaimana cara mereka mengevaluasi kinerja dari organisasi pelayanan itu Gasperz dalam Handayani, 2011.

B. Rumusan Masalah