15
finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.
B. Balanced Scorecard
1. Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah serangkaian ukuran yang dirancang untuk
mengkaji kinerja organisasi yang dicetuskan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990 sebagai model baru penilaian kinerja organisasi. Kaplan dan
Norton 2000: 22 menyatakan bahwa kerangka kerja Balanced Scorecard menerjemahkan visi, misi dan strategi organisasi dalam mengukur kinerja
organisasi masa depan, dan memerlukan ukuran kinerja yang komprehensif melalui empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses
internal dan pertumbuhan dan pembelajaran. Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan dalam Setiawati, 2004,
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen pengukuran dan pengendalian secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan
pemahaman kepada manajer tentang performance kinerja. 2. Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor Publik
Penerapan Balanced Scorecard dalam organisasi sektor publik membutuhkan modifikasi, namun modifikasi tersebut tidak berarti harus
berbeda dengan Balanced Scorecard untuk organisasi bisnis. Mahmudi 2005 menjelaskan tentang keempat perspektif dalam Balanced Scorecard
untuk sektor publik sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a. Perspektif Keuangan Penyedia sumberdaya finansial pada sektor publik adalah para
pembayar pajak atau pengguna layanan publik yang membayar atas jasa yang diterimanya sehingga organisasi harus berfokus pada sesuatu
yang diharapkan oleh masyarakat yang membayar tersebut. Mereka mengharapkan uang yang telah dibayarkan digunakan secara efektif
dan efisien. Meskipun organisasi sektor publik tidak mengejar laba,
organisasi perlu memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan atau mengurangi biaya sehingga bisa meningkatkan kemandirian fiskal
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif keuangan misalnya
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pajak, penghematan anggaran dan indikator lain yang terkait keuangan organisasi.
Penilaian kinerja keuangan rumah sakit pemerintah daerah yang berstatus BLUD menurut Permendagri No. 61 Tahun 2007 didasarkan
pada tingkat kemampuan BLUD dalam: 1 Memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang
diberikan rentabilitas. 2 Memenuhi kewajiban jangka pendeknya likuiditas.
3 Memenuhi seluruh kewajibannya solvabilitas. 4 Kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai
pengeluaran cost recovery rate. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Perspektif Pelanggan Tinjauan dari perspektif pelanggan antara sektor publik dan
bisnis pada dasarnya sama yaitu mengetahui bagaimana pelanggan melihat organisasi. Pelanggan sektor publik yang utama adalah
masyarakat pembayar pajak atau masyarakat pengguna layanan publik. Pada perspektif pelanggan, organisasi sektor publik difokuskan untuk
memenuhi kepuasan masyarakat melalui penyediaan barang dan pelayanan publik yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.
Organisasi sektor publik harus mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan membuat ukuran-ukuran
kepuasan tersebut, sebab tujuan organisasi sektor publik secara makro adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kepuasan pelanggan
tersebut akan memicu kesuksesan kinerja lain yaitu kinerja keuangan. Pada organisasi pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit,
pelanggan atau pasien dapat menjadi salah satu sumber pendapatan demi kelangsungan jalannya organisasi dengan membayar sejumlah
uang atas pelayanan yang diterimanya. Akan tetapi, kualitas pelayanan terhadap pelanggan atau pasien harus lebih diprioritaskan karena
menyangkut kelangsungan hidup pasien. Menurut Zeithaml, Parasuraman, dan Berry dalam Riduwan,
2007: 21 terdapat lima dimensi penentu kualitas layanan yang dinamakan konsep Servqual.
18
Lima dimensi tersebut yaitu: 1 Tangibles atau wujud fisik, adalah penampakan fisik dari gedung,
peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers
. 2 Reliability
atau keandalan
adalah kemampuan
untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
3 Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk mendorong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara
ikhlas. 4 Assurance atau kepastianjaminan adalah pengetahuan dan
kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
5 Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers kepada customers.
c. Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif proses bisnis internal pada organisasi publik yaitu
untuk membangun keunggulan organisasi melalui perbaikan proses internal organisasi secara berkelanjutan. Tujuan strategik dalam
perspektif proses bisnis internal ini adalah mendukung perspektif keuangan dan perspektif pelanggan.
Beberapa tujuan atau sasaran pada perspektif proses bisnis internal misalnya peningkatan proses layanan, perbaikan siklus
layanan, peningkatan kapasitas infrastruktur dan pemutakhiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
teknologi. Pengintegrasian proses layanan pelanggan secara langsung akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan secara tidak langsung
akan berdampak pada kinerja keuangan. Menurut Mahmudi 2010: 145, dalam rangka meningkatkan
kinerja pada perspektif proses bisnis internal, organisasi sektor publik harus mengidentifikasi dan mengukur kompetensi inti organisasi,
mengidentifikasi proses utama pelayanan, mengidentifikasi teknologi utama yang perlu dimiliki dan menentukan ukuran dan target kinerja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja pada perspektif proses bisnis internal dapat ditingkatkan apabila didukung beberapa faktor antara
lain: ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana yang memadai, dan proses pelayanan yang baik.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dalam organisasi
sektor publik difokuskan untuk melakukan perbaikan dan menambah nilai bagi pelanggan dan stakeholder-nya. Sasaran atau tujuan yang
ditetapkan pada perspektif ini akan berpengaruh terhadap perspektif lainnya. Beberapa sasaran atau tujuan untuk perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan ini antara lain peningkatan kemampuan pegawai dan peningkatan motivasi pegawai.
Menurut Kaplan dan Norton 2000: 109, organisasi tidak hanya menekankan investasi peralatan saja tetapi organisasi juga harus
berinvestasi dalam infrastruktur yaitu orang, sistem, dan prosedur jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ingin mencapai pertumbuhan jangka panjang. Tiga kategori utama untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah kemampuan
karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, penguasaan wewenang, dan penjajaran. Oleh sebab itu, selain pemanfaatan sarana,
prasarana, dan teknologi yang tersedia secara optimum, kemampuan dan motivasi yang dimiliki oleh karyawan juga sangat mempengaruhi
kualitas pelayanan. Keith Davis 1985 dalam Hartati, 2012 mengemukakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi.
1 Kemampuan Menurut Keith Davis 1985 dalam Hartati, 2012,
kemampuan pegawai dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keterampilan. Sebagaimana dirumuskan: ability = knowledge +
skill. Secara psikologis, kemampuam pegawai terdiri dari
kemampuan potensi dan kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan pendidikan dan
pengetahuan yang memadai untuk menjalankan pekerjaan terampil dalam mengerjakanan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih
mudah mencapai kinerja prestasi yang diharapkan. 2 Motivasi
Teori motivasi yang dikemukakan Mc.Clelland 1961 dalam Hartati, 2012 menyebutkan bahwa pegawai mempunyai energi
21
potensial. Energi akan dimanfaatkan oleh pegawai karena didorong oleh motif, harapan, dan insentif. Motif adalah suatu perangsang
keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Harapan
adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. Insentif yakni memotivasi bawahan
dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar.
3. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Balanced Scorecard Konsep pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard merupakan
konsep pengukuran kinerja yang tidak menggunakan indikator tunggal dalam menilai suatu organisasi. Pengukuran kinerja yang hanya
memandang dari aspek finansial saja sudah tidak relevan dalam pengambilan keputusan, karena indikator-indikator keuangan dianggap
tidak proaktif terhadap masalah-masalah potensial seperti masalah operasional indikator nonfinansial. Ukuran keuangan dan nonkeuangan
sangat penting dan merupakan satu kesatuan yang saling mendukung serta dapat menilai kinerja organisasi secara keseluruhan.
Rumah sakit sebagai salah satu contoh organisasi publik yang memberikan pelayanan kepada masyarakat sama dengan organisasi sektor
publik lainnya bertujuan untuk memberikan pelayanan optimal dan memberikan kepuasan bagi pengguna jasa mereka. Balanced scorecard
22
dapat digunakan sebagai alat bagi manajemen untuk mengukur kinerja organisasi pelayanan kesehatan Fourika, 2006.
Berbasis pada konsep Balanced Scorecard, indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan rumah sakit sebagai sebuah lembaga usaha
tersusun atas empat perspektif yaitu: pemberdayaan dan pengembangan sumberdaya manusia; proses pelaksanaan kegiatan; kepuasan pengguna,
pemberi subsidi, danatau pemberi donor kemanusiaan; keuangan Trisnantoro, 2005.
a. Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan merupakan cara pelanggan memandang kita
organisasi dan bagaimana kita melihat pelanggan. Menurut Kaplan dan Norton 2000: 59 terdapat lima ukuran utama dalam perspektif ini
yaitu pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan. Ukuran dalam perspektif
pelanggan digunakan untuk mengukur seberapa baik organisasi memenuhi permintaan dan kebutuhan pelanggan, kemudian melakukan
antisipasi mengenai apa yang diperlukan pelanggan di masa mendatang Chow, 1998 dalam Fourika, 2006.
Dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit maka pada perspektif ini, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan antara lain: tindakan yang dilakukan agar pelanggan pasien puas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan,
penyelesaian dan tanggapan yang diberikan jika ada keluhan dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pelanggan, pemenuhan harapan pelanggan. Perspektif ini jika dilakukan dengan baik maka akan mendukung tercapainya kinerja
keuangan. 1 Retensi Pelanggan Customer Retention
Menurut Kaplan
dan Norton
2000: 61
cara untuk
mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dalam segmen pelanggan sasaran diawali dengan mempertahankan pelanggan
yang ada di segmen tersebut. Menurut Handayani 2011 customer retention
mengukur seberapa
besar perusahaan
berhasil mempertahankan pelanggan-pelanggan lama. Pengukuran retensi
pelanggan rumah sakit yaitu dengan membandingkan jumlah pasien lama dengan total pasien. Semakin besar tingkat retensi
pelanggan maka kinerja rumah sakit semakin baik. 2 Akuisisi Pelanggan Customer Acquisition
Menurut Kaplan dan Norton 2000: 61 akuisisi pelanggan dapat diukur dengan banyaknya jumlah pelanggan baru. Menurut
Handayani 2011 akuisisi pelanggan rumah sakit dapat diukur dengan banyaknya jumlah pasien baru. Penghitungan akuisisi
pelanggan yaitu jumlah pasien baru dibagi dengan jumlah total pasien pada tahun tersebut. Semakin besar tingkat akuisisi
menunjukkan kinerja rumah sakit semakin baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3 Kepuasan Pelanggan Menurut Kaplan dan Norton 2000: 61 retensi dan akuisisi
pelanggan ditentukan oleh usaha perusahaan untuk dapat memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan. Ukuran kepuasan
pelanggan memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaan melaksanakan bisnis. Pengukuran terhadap tingkat
kepuasan konsumen dilakukan dengan berbagai teknik antara lain interview, survey
, dan personal view. b. Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Chow 1998 dalam Fourika: 2006 perspektif ini merupakan kemampuan organisasi dalam proses pelayanan untuk
memenuhi harapan pelanggan. Proses ini dapat dievaluasi melalui beberapa indikator seperti survei kepada pasien mengenai proses
administrasi dan pelayanan kesehatan, teknologi yang digunaakan, sikap pegawai, komunikasi dengan pegawai, ketepatan waktu
pelayanan kesehatan dan lain-lain. 1 Proses Inovasi
Menurut Kaplan dan Norton 2000: 84 proses inovasi merupakan proses internal yang sangat penting. Menurut Kaplan dan Norton
2000: 85 proses inovasi terdiri dari dua komponen. Pertama, para manajer melaksanakan penelitian penelitian pasar untuk mengenali
ukuran pasar, bentuk preferensi pelanggan, dan tingkat harga produk dan jasa sasaran. Kedua, proses inovasi juga mencakup
25
membayangkan peluang dan pasar baru bagi produk dan jasa yang dapat dipasok perusahaan. Menurut Handayani 2011 proses
inovasi yang mewakili perspektif proses bisnis internal diukur dengan banyaknya produk baru yang dihasilkan.
2 Proses Operasi Ini merupakan tahapan di mana rumah sakit berupaya untuk
memberikan solusi kepada pasien dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien. Menurut Handayani 2011 terdapat beberapa
komponen yang menjadi tolok ukur pada proses operasi, komponen tersebut adalah jumlah kunjungan rawat jalan dan jumlah
kunjungan rawat inap. Tingkat kunjungan rawat jalan dapat dihitung dengan jumlah kunjungan pasien untuk berobat selama
hari buka klinik rumah sakit. Sementara itu, indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kunjungan rawat inap
adalah BOR, ALOS, TOI, BTO, GDR, dan NDR. BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran mengenai tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. ALOS adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Selain memberikan gambaran tingkat efisiensi, ALOS juga memberikan gambaran mutu pelayanan. TOI
adalah rata-rata hari di mana tempat tidur tidak ditempati dari telah terisi ke saat terisi berikutnya. BTO adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam satu satuan waktu tertentu. NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk setiap 1.000 penderita keluar. GDR
adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar. Selain dua tolok ukur tersebut, terdapat tolok ukur lain yang dapat
digunakan yaitu waktu tunggu pasien untuk mendapatkan pelayanan respon time.
c. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Aspek ini melihat kemampuan pegawai, kualitas sistem
informasi, teknologi proses, efek dari penyelarasan organisasi dalam menunjang pencapaian sasaran dan tujuan Robertson, 2002 dalam
Fourika, 2006. Proses ini dapat berhasil dengan baik jika ada pegawai yang mempunyai keahlian memadai dan termotivasi serta didukung
oleh adanya informasi yang akurat dan tepat waktu. Perspektif ini memuat indikator tentang sejumlah manfaat dari pengembangan baru
dan bagaimana hal ini dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan organisasi di masa depan.
Perspektif ini menyatakan bahwa karyawan medik, paramedik, dan karyawan lain merupakan komponen penting rumah sakit yang
harus diberdayakan. Mutu proses pelayanan kesehatan akan meningkat jika karyawan rumah sakit mempunyai komitmen dan terlatih dalam
pekerjaannya Trisnantoro, 2005. Menurut Kaplan dan Norton 2000: 111 pengukuran kinerja dari perspektif pembelajaran dan
27
pertumbuhan menggunakan tiga indikator yaitu retensi karyawan, kepuasan karyawan dan produktivitas pekerja.
1 Kepuasan Karyawan Menurut Kaplan dan Norton 2000: 112 tujuan kepuasan
karyawan menyatakan bahwa moral pekerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting oleh sebagian
besar perusahaan. Pekerja yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan layanan
pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi perlu memiliki pelanggan
yang dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh perusahaan. 2 Retensi Karyawan
Tujuan retensi karyawan adalah untuk mempertahankan selama mungkin para pekerja yang diminati perusahaan Kaplan, 2000:
113. Perusahaan membuat investasi jangka panjang dalam diri para pekerja sehingga setiap kali ada pekerja berhenti yang bukan
atas keinginan perusahaan merupakan suatu kerugian modal intelektual bagi perusahaan. Para pekerja yang bekerja dalam
jangka yang lama dan loyal membawa nilai perusahaan, pengetahuan tentang berbagai proses organisasional, dan
diharapkan sensitivitasnya terhadap kebutuhan para pelanggan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3 Produktivitas Karyawan Menurut Kaplan dan Norton 2000: 113 produktivitas karyawan
adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang
dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Ukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendapatan per
pekerja. Semakin efektifnya pekerja dalam menjual lebih banyak produk dan jasa dengan nilai tambah yang meningkat, pendapatan
per pekerja seharusnya juga meningkat. 4 Rasio Pelatihan Pegawai
Menurut Kaplan dan Norton 2000: 115 tuntutan akan pentingnya pelatihan ulang para pekerja dapat dipandang dalam dua dimensi:
tingkat pelatihan ulang yang dibutuhkan dan persentase tenaga kerja yang membutuhkan pelatihan ulang. Bila pelatihan ulang
rendah, latihan dan pendidikan normal sudah cukup bagi perusahaan untuk mempertahankan kapabilitas pekerja.
d. Perspektif Keuangan Perspektif finansial pada pengukuran kinerja rumah sakit dapat
diukur dengan melakukan survei terhadap para pimpinan rumah sakit mengenai kinerja keuangannya, penggunaan dana, perolehan
pendapatan, pengeluaran dan kesesuaian dengan anggaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut Trisnantoro 2005 perspektif keuangan merupakan hal penting untuk rumah sakit. Aspek keuangan yang kuat akan
memungkinkan rumah sakit berbuat lebih banyak dalam melaksanakan berbagai misinya. Lebih lanjut, secara berkesinambungan rumah sakit
dengan aspek keuangan mantap akan senantiasa meningkatkan mutu proses pelayanan dengan perbaikan fasilitas medik dan fisik rumah
sakit serta pengembangan sumberdaya manusia. Menurut Herry 2015, jenis rasio keuangan yang sering
digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, antara lain:
1 Rasio likuiditas,
merupakan rasio
yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Menurut Hartati 2012 rasio
likuiditas yang sering digunakan adalah current ratio. Current ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia. Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung current ratio: Current ratio
=
Menurut Syaaf 2000 dalam Hartati, 2012 ukuran baku current ratio
perumahsakitan adalah sebesar 1,75 – 2,75.
30
2 Rasio struktur modal atau rasio solvabilitas atau rasio leverage, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Salah satu rasio yang dipakai dalam mengukur solvabilitas rumah sakit adalah rasio
modal sendiri terhadap total aset. Rasio ini menjelaskan besarnya pembiayaan kekayaan total rumah sakit yang dibiayai dari modal
sendiri. Menurut Syaaf 2000 dalam Hartati, 2012 ukuran baku rasio modal sendiri dengan total aset perumahsakitan sebesar 0,4
– 0,5.
Rasio modal sendiri dengan total aset = 3 Rasio aktivitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki perusahaan atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio ini digunakan oleh rumah sakit untuk menganalisis hubungan antara pendapatan
usahaoperasional dengan investasi dalam berbagai bentuk aktiva, antara lain periode perputaran piutang dan perputaran total aset.
a Periode perputaran piutang usaha collection period merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode atau berapa lama dalam hari rata-rata penagihan
piutang usaha. Menurut Syaaf 2000 dalam Hartati, 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ukuran baku periode perputaran piutang perumahsakitan adalah sebesar 50
– 70 hari. Collection period =
b Perputaran total aset total asset turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan total aset yang
dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Menurut Syaaf 2000 dalam Hartati, 2012 ukuran baku perputaran aset
perumahsakitan sebesar 0,9 – 1,1.
Total asset turnover =
4 Rasio return on investment, mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan baik dengan menggunakan total
aktiva yang dimiliki perusahaan maupun menggunakan dana yang berasal dari pemilik. Rasio ROI yang dipakai untuk mengukur
kinerja keuangan rumah sakit adalah return on asset ROA dan return on equity
ROE. Return on asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Menurut Syaaf 2000 dalam Hartati,
2012 ukuran baku return on asset perumahsakitan sebesar 0,025 –
0,15. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Return on equity merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh
mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif. Rumus penghitungan ROE yaitu:
5 Cost Recovery Rate CRR, merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar kemampuan rumah sakit menutup biayanya tidak
termasuk gaji dan tunjangan PNS dari total pendapatan rumah sakit tidak termasuk subsidi pemerintah. Menurut Hartati 2012
nilai ideal CRR adalah 1 atau 100. CRR
=
Fourika 2006 mengungkapkan keuntungan penggunaan pendekatan Balanced Scorecard pada organisasi pelayanan kesehatan adalah:
a. Memberikan kekuatan
bagi pemimpin
organisasi untuk
mempertimbangkan dan memperhatikan semua ukuran operasional penting ke dalam satu kemasan terintegrasi.
b. Membantu menciptakan penggabungan yang penting bagi pelayanan kesehatan agar dapat dikelola seperti bagian lain pada proses bisnis.
c. Secara signifikan dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian kinerja yang diinginkan.
Keuntungan lain dari penggunaan pendekatan Balanced Scorecard bahwa pendekatan ini bersifat komprehensif menyeluruh dan koheren, tidak
33
hanya mengukur aspek keuangan saja tetapi juga menilai aspek nonkeuangan.
C. Rumah Sakit Pemerintah Daerah sebagai Badan Layanan Umum BLU