16
hanya 0,4 penderita yang mengetahui dirinya menderita hipertensi. Orang yang sudah menyadari hipertensi pada dirinya hanya melakukan sedikit tindakan untuk
mengontrolnya, dimana hanya 27 pasien hipertensi yang mengontrol tekanan darahnya secara rutin Rahayu, 2012.
Berdasarkan data World Health Organization 2010, angka kesadaran dunia terhadap penyakit hipertensi masih cukup rendah dan dilaporkan setengah
dari penderita hipertensi yang diketahui hanya seperempatnya 25 yang mendapat pengobatan, sedangkan penderita hipertensi yang terobati dengan baik
hanya 12,5. Prevalensi hipertensi di pulau Jawa adalah 41,9. Prevalensi paling rendah di provinsi Banten 36,6 dan yang paling tinggi di provinsi daerah
Istimewa Yogyakarta 47,7 Setiawan, 2004. Hasil Riskesdas tahun 2010 menyatakan kasus hipertensi di Provinsi DIY mencapai 35,8 diatas rata-rata
seluruh Indonesia yang mencapai 31,7 Dinas Kesehatan Daerah Yogyakarta, 2013.
F. Pengukuran Tekanan Darah
Pada saat penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, peralatan kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting baik di rumah sakit
maupun dipusat kesehatan lainnya. Semua alat kesehatan harus terkalibrasi, tujuannya untuk meningkatkan keamanan dan keakuratan hasil pengukuran
Handayani dan Sartika, 2013. Kebijakan yang berisi pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yaitu Peraturan Pemerintah PP No.72 Tahun 1998 tentang pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan Depkes RI, 2007.
17
Alat kesehatan yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah Spygmomanometer. Spygmomanometer memiliki beberapa tipe diantaranya
sphygmomanometer manual sphygmomanometer merkuri dan aneroid dan sphgymomanometers digital Turner, Speechly and Bignell, 2007. Pada metode
merkuri menggunakan 2 buah alat, yaitu sebuah sphygmomanometer dan sebuah stetoskop. Pengukuran dilakukan dengan cara mengikat lengan dengan cuff yang
tersedia pada sphygmomanometer dan mendengar suara aliran darah pada pembuluh arteri lengan dengan menggunakan stetoskop Pickering et al., 2005.
Penggunaan sphygmomanometer aneroid sama dengan merkuri akan tetapi dengan menggunakan meteran atau gauge bukan air raksa. Alat ini kurang akurat dibanding
sphygmomanometer merkuri, namun kekurangan metode sphygmomanometer manual yaitu harus digunakan oleh perawat atau dokter yang terlatih karena
menggunakan stetoskop. Pada metode sphgymomanometers digital penggunaanya mirip dengan
metode sphgymomanometers manual namun untuk mendeteksi denyutan pembuluh darah bukan stetoskop tetapi sebuah sensor tekanan pada cuff Turner et al., 2007.
Keuntungan menggunakan metode ini yaitu tidak ada peralatan seperti stetoskop perlu dipasangkan diatas pembuluh arteri, sehingga peletakan cuff tidak terlalu
krusial Pickering et al., 2005.
G. Landasan Teori
Hipertensi merupakan suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten 14090mmHg. Penderita tidak akan mengetahui dirinya terkena
18
hipertensi, jika tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah, sehingga dikenal dengan istilah “the silent killer”. Salah satu teori yang mendukung penelitian yaitu
teori the Rule of Halves. Teori the Rule of Halves biasanya digunakan dalam penelitian bidang hipertensi. Teori ini menyatakan setengah dari pasien hipertensi
tidak diketahui oleh pelayanan kesehatan belum terdiagnosis, setengah dari orang- orang yang sadar menderita hipertensi tidak melakukan terapi pengobatan.
Hipertensi umumnya dipengaruhi oleh faktor usia dan jenis kelamin, namun dapat juga dipengaruhi beberapa faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan. Faktor sosio-ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, sehingga akan berpengaruh pada risiko hipertensi. Keluarga yang sosial-
ekonominya rendah akan kesulitan untuk mencapai akses informasi dan kesehatan yang optimal Supartini, 2004.
Akses informasi yang sedikit tentang risiko hipertensi akan mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat terhadap risiko hipertensi. Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap risiko hipertensi akan berpengaruh pada terapi hipertensi. Sebaliknya dengan penghasilan keluarga yang meningkat, maka kemampuan dalam
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat Notoatmodjo, 2003. Jenis pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan respon stres yang diperoleh seseorang selama jam kerjanya Muhammadun, 2010.
Dukuh Krodan memiliki tingkat perekonomian yang cukup tinggi, karena sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai wiraswasta. Penelitian yang
dilakukan di dukuh Krodan berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi. Penelitian
19
diharapkan menunjukkan hasil yang dapat digunakan untuk melihat perbedaan faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipetensi
di dukuh Krodan, Maguwoharji, Sleman, Yogyakarta.
H. Hipotesis