Terapi Non Farmakologi Hipertensi Terapi Farmakologi Hipertensi

8 kategori tekanan darah tertentu. Klasifikasi hipertensi dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan rekomendasi tindak lanjut yang akan dilakukan. Klasifikasi digunakan untuk mengkaji lebih dalam mengenai jenis hipertensi untuk menentukan jenis penatalaksanaan yang dibutuhkan Rahayu, 2012.

B. Terapi Non Farmakologi Hipertensi

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obatan hipertensi dan perlu juga diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat Sugiharto, 2007. Semua pasien prehipertensi dan hipertensi harus melakukan modifikasi gaya hidup untuk mengurangi keberlanjutan hipertensinya. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan adalah menurunkan tekanan darah secara bertahap. Pasien dengan obesitas harus menurunkan berat badan dengan cara diet. Diet dapat dilakukan dengan buah-buahan dan sayuran, serta makan makanan yang rendah lemak jahat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi Dipiro et al., 2008.

C. Terapi Farmakologi Hipertensi

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah mengurangi hipertensi yang berkaitan dengan mortalitas dan morbiditas. Mortalitas dan morbiditas tersebut berkaitan dengan kerusakan organ taget seperti kejadian kariovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mengurangi risiko dan pemilihan terapi obat yang spesifik dipengaruhi secara signifikan oleh bukti obat yang dapat menunjukkan pengurangan resiko Dipiro et al., 2008. 9 Terapi awal pasien hipertensi grade 1, obat yang diberikan adalah obat dengan golongan diuretik tiazid. Pengobatan yang diberikan secara umum sebaiknya diawali dengan dosis kecil diuretik tiazid dan meningkat secara bertahap. Jika diuretik tidak dapat menurunkan tekanan darah sistolik maka dapat diganti ACE inhibitor dalam dosis rendah kemudian ditingkatkan secara bertahap. Pasien hipertensi grade 2 diberikan obat dengan kombinasi dengan obat lain dengan salah satunya adalah golongan diuretik tiazid. Biasanya diuretik tiazid dengan ACE inhibitor atau ARB atau CCB Dipiro et al, 2008 Gambar 1. Alogaritma Terapi Pengobatan Hipertensi Dipiro et al., 2008 Keterangan gambar: Algoritma untuk pengobatan hipertensi. Kekuatan rekomendasi: A, B, C=baik, sedang, dan bukti masyarakat miskin untuk mendukung rekomendasi masing- masing. ACE=angiotensin-converting enzim; ARB= penghambat reseptor angiotensin; CCB=kalsium kanal blocker; DBP=tekanan darah diastolik; SBP= sistolik tekanan darah. Diuretic thiazid hydroochlorothiazide, chlorthalidone dan bendrofluazide merupakan obat yang disarankan untuk terapi awal hipertensi. Terapi obat awal Hipertensi stage 1 SBP 150-159 atau DBP 90-99mmHg Diuretik jenis tiazid A-1 ACE inhibitor, ARB, CCB, atau kombinasi A-2 Kombinasi 2 obat A-3 Biasanya diuretik tiazid dengan ACE inhibitor, atau ARB atau CCB A-2 Hipertensi stage 2 SPB 160 atau DBP 100mmHg 10 Diuretik tiazid dapat menurunkan volume intravaskular, resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah, dan ditoleransi dengan baik oleh tubuh Aronow et al., 2011. Angiotensin-Converting Enzyme ACE merupakan enzim yang penting dalam sistem renin-angiotensin. Penghambatan pada enzim ini menghasilkan beberapa efek, yaitu vasodilatasi menurunkan resistensi vaskuler sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh obat ini adalah kaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril, transdolapril, perindopril. Obat ini tidak mempengaruhi kadar glukosa darah sehingga tepat digunakan pada pasien diabetes yang mengalami hipertensi Nugroho, 2012. Pada pasien usia lanjut dengan diabetes melitus yang disertai hipertensi, ARB merupakan pengobatan lini pertama dan sebagai alternatif untuk ACEI pada pasien dengan hipertensi dan penyakit jantung yang tidak dapat mentoleransi ACEI Aronow et al., 2011. Calcium Channel Blocker CCB secara klink digunakan dalam terapi hipertensi dan angina pektoris menurunkan beban akhir jantung sehingga menurunkan kebutukan oksigen. Contoh obat golongan ini adalah diltiazem, nifedipin, verapamil, amlodipin, felodipin, nikardipin dan nisoldipin Nugroho, 2012.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82