mm. Untuk ukuran 31 mm untuk rotan tipe Eropa. Jenis – jenis rotan yang sering dijumpai adalah rotan Sumbawa, Barang, Tarumpu dan Pahit.
Sejauh ini perabot dari rotan alami lebih banyak dipasarkan ke luar negeri sesuai dengan pesanan. Perabotan berbahan dasar rotan alami banyak diminati
oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri, Karena tahan lama dan bervariasi warna maupun bentuknya.
2.12. Urutan Proses Produksi
Dalam pembuatan kursi rotan ini terdapat beberapa proses antara lain : 1.
Pemotongan Proses ini sebelumnya melakukan pengukuran dahulu kemudian dipotong
sesuai ukuran. Pada proses ini pengukuran dan pemotongan dijadikan satu karena pada satu stasiun kerja yang sama.
2. Penguapan
Setelah melakukan pemotongan sesuai ukuran yang diinginkan maka dilanjutkan dengan proses penguapan menggunakan mesin steam. Pada
proses ini digunakan bahan bakar berupa kayu. Proses ini dilakukan agar bahan baku dapat lebih lentur dan mudah dibentuk.
3. Pencetakan Pembentukan
Pada proses ini menggunakan mesin cetak atau mesin rol. Proses ini dilakukan untuk membentuk pola awal sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Penghalusan
Proses ini dilakukan dengan pengamplasan yaitu menggunakan mesin sanding. Hal ini dilakukan agar serabut-serabut yang menempel pada
produk dapat berkurang. 5.
Assembling Setelah mengalami beberapa proses, maka proses yang harus dilalui adalah
proses assembling. Pada proses ini menggunakan mesin bor duduk. 6.
Finishing Packing Dalam proses ini produk yang sudah jadi dengan syarat lolos dari pihak
quality control yaitu produk sudah sesuai ukuran dan dimensi yang diinginkan, kemudian di packing dalam kardus dan dikirim sesuai
pesanan.
2.13. Penelitian – penelitian Terdahulu
Hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut : 1.
Nama : Ruly Permata Sari
NPM : 0532010205
Judul : Analisis Penjadwalan Produksi Dengan Metode Campbell Dudeck Smith, Palmer, Dan Dannenbring untuk Meminimumkan
Makespan Studi kasus Di PT. Carma Wira Jatim – Pasuruan Hasil Penelitian :
PT. Carma Wira Jatim merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kulit hewan. Produk yang dihasilkan adalah kulit hewan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jenis kulit sapi, kulit kambing, dan kulit domba. Dalam perkembangan selanjutnya perusahaan sering mengalami kesulitan dalam penyelesaian
produk yang tepat sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan kepada pelanggan. Hal ini dikarenakan belum ditemukannya metode penjadwalan
produksi yang tepat karena selama ini perusahaan menggunakan metode FCFS First Come First Server
Dengan adanya masalah tersebut digunakan beberapa metode penjadwalan yaitu, metode penjadwalan Campbell Dudeck Smith CDS, Palmer, dan
Dannenbring. Dari ketiga metode penjadwalan yang digunakan, akan dilakukan perbandingan memilih metode penjadwalan yang memiliki nilai
makespan yang paling minimum dengan harapan perusahaan dapat mengatasi keterlambatan didalam penyelesaian job dan mendapatkan laba yang
maksimal. Berdasarkan ketiga metode penjadwalan yang dilakukan, makespan yang
paling minimum diperoleh dari hasil metode penjadwalan Campbell Dudeck Smith CDS, dan Dannenbring dengan waktu makespan nya sebesar
27504,90 menit 458,41 jam 65 hari 1 hari kerja = 7 jam lebih kecil
dibandingkan dengan metode perusahaan yang digunakan selama ini sebesar 28903,88 menit
481,73 jam 69 hari 1 hari kerja = 7 jam. Sehingga terjadi penghematan waktu pengerjaan produk sebesar 23,32 jam
4 hari 1 hari kerja = 7 jam atau sebesar 4,84 .
2. Nama
: Venny Fatimah NPM :
0632010157
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Judul : Analisis Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode
Campbell Dudeck Smith, Palmer, Dannenbring Studi kasus Di UD. Mebel Aluminium - Mojokerto
Hasil Penelitian : UD. Mebel Aluminium merupakan unit dagang yang mempoduksi
furniture yang berlokasi di Mojokerto. Proses produksi yang diterapkan UD. Mebel Aluminium adalah proses produksi repetitif, dimana arah lintasan
produksi antara job satu dengan job lain sama. Sampai saat ini masih belum menerapkan metode penjadwalan sehingga dalam memenuhi permintaan dari
konsumen dirasa kurang efisien karena masih ada beberapa job yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang diinginkan oleh pemesan customer.
Hal ini karena perusahaan selama ini menerapkan sistem penjadwalan FCFS yaitu job yang pertama kali datang yang pertama kali dilayani dan proses
produksi menggunakan mesin yang sama secara bergantian untuk menyelesaikan tiga jenis kursi.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan metode Campbell Dudeck Smith, Palmer, serta Dannenbring. Dengan dilakukannya
penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif – alternatif penjadwalan produksi sehingga bisa meminimumkan total waktu pengerjaan
seluruh produk Makespan dan mendapatkan laba yang maksimal. Berdasarkan ketiga metode penjadwalan yang dilakukan, makespan yang
paling minimum diperoleh dari hasil metode penjadwalan Palmer dengan waktu makespan nya sebesar sebesar 29948,32 menit
499,14 jam 62 hari
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1 hari kerja = 8 jam lebih kecil dibandingkan dengan metode perusahaan yang digunakan selama ini sebesar 30241,15 menit
504,02 jam 63 hari 1 hari kerja = 8 jam. Sehingga terjadi penghematan waktu pengerjaan produk
sebesar 4,88 jam 1 hari 1 hari kerja = 8 jam atau sebesar 0,97 .
3. Nama
: Ricky Dwi Aryanto NPM :
0632010192 Judul
: Analisis Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudeck Smith, Palmer, dan Dannenbring Studi kasus Di
PT. Saint Gobain Abrasives Surabaya. Hasil Penelitian :
PT. Saint Gobain Abrasives merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi belt yang berbahan dasar kertas gosok. Permasalahan yang dihadapi perusahaan
selama ini adalah adanya keterlambatan dalam penyelesaian suatu produk. Yang semula penyelesaian produk selesai empat hari setelah pemesanan, mundur
beberapa hari. Hal ini disebabkan karena perusahaan selama ini menerapkan sistem penjadwalan FCFS yaitu job yang pertama datang yang pertama kali
dilayani. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu sistem
penjadwalan yang baik dengan harapan PT.Saint Gobain Abrasives dapat memenuhi permintaan konsumen secara tepat waktu. Dalam penelitian diusulkan
suatu penjadwalan produksi dengan menggunakan metode Campbell Dudeck Smith, Palmer dan Dannenbring. Dengan harapan diperoleh penjadwalan
produksi yang optimal, atau dihasilkan makespan terkecil.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Diperoleh jadwal yang optimal atau hasil makespan minimum yaitu metode Campbell Dudeck Smith CDS dan Dannenbring memberikan urutan
penjadwalan yang optimal yaitu job3–job1–job2 dengan makespan sebesar 1656,5 menit Apabila dibandingkan dengan kondisi riil yang menggunakan urutan job1–
job2 – job 3 dengan makespan sebesar 1746,6 menit maka metode Campbell Dudeck Smith CDS dan Dannenbring dapat memberikan penjadwalan yang
optimal dengan selisih waktu sebesar 90,1 menit dari kondisi riil. Dengan menggunakan metode Campbell Dudeck Smith CDS dan Dannenbring maka
didapatkan penghematan makespan sebesar 5,16.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB III METODE PENELITIAN
Untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian maka digunakan metode penelitian yang sistematis dan terarah untuk mencapai tujuan penelitian.
Dalam rangkaian penelitian ini terdapat beberapa langkah-langkah penelitian yaitu:
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk penelitian Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengumpulan data di
UD. ANGGUN RAYA
yang merupakan unit dagang yang bergerak dalam bidang furniture yang terletak Jl. Brebek I D No. 23, Waru – Sidoarjo. Waktu
penelitian dilakukan antara bulan Desember 2010 sampai dengan data yang diperlukan cukup.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Untuk pembuatan sistem penjadwalan beserta analisanya, maka diperlukan variabel-variabel yang berkaitan dengan penjadwalan produksi furniture kursi
antara lain, yaitu : 1.
Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variasi perubahan nilai
variabel terikat. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas antara lain meliputi :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.