Teori Perjenjangan Norma Landasan Teoritis

20 akibat terjadinya korban. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaitkannya dengan pemidanaan pada pelaku kejahatan. 17 3. Kompensasi adalah ganti kerugian dari negara bilamana ganti kerugian tidak diperoleh atau tidak sepenuhnya diperoleh dari pelaku kejahatan. 18 4. Bantuan baik materi, medis, psikologis, maupun bantuan hukum.

4. Teori Perjenjangan Norma

Hans Nawiasky dalam bukunya yang berjudul “Algemeine rechtslehre” mengemukakan bahwa sesuai dengan teori Hans Kelsen maka suatu norma hukum dari negara manapun selalu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang norma yang di bawah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, sampai pada suatu norma yang tertinggi yang disebut norma dasar. 19 Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa selain norma itu berlapis- lapis dan berjenjang, norma hukum dari suatu negara itu juga berkelompok- kelompok, dan pengelompokan norma hukum dalam suatu negara itu terdiri atas empat kelompok besar, yaitu : Kelompok I : Staatsfundamentalnorm norma fundamental negara Kelompok II : Staatgerundgesetz aturan dasar Negaraaturan Pokok Negara 17 Bambang Waluyo, 2011, Viktimologi Perlindungan Korban dan Saksi, Sinar Grafika, Jakarta, h.43. 18 Ibid, h.42. 19 Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-Dasar dan Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta, h.44. 21 Kelompok III : Formell Gesetz undang-undang formal Kelompok IV : Verordnung Autonome Satzung Aturan pelaksana dan aturan otonom. Berdasarkan rumusan Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 dinyatakan tentang jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan yang dirumuskan sebagai berikut : Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah KabupatenKota. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan Staatsfundamentalnorm atau norma fundamental negara. Norma fundamental negara ini merupakan norma hukum tertinggi yang merupakan landasan dasar bagi pengaturan negara itu lebih lanjut. Sifat norma hukumnya masih secara garis besar dan merupakan norma hukum tunggal, dalam arti belum dilekati oleh norma hukum yang berisi sanksi. Batang tubuh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan Staatgerundgesetz atau aturan dasar negaraaturan pokok negara yang merupakan garis-garis besar atau pokok-pokok kebijaksanaan negara untuk menggariskan tata cara membentuk peraturan perundang-undangan yang mengikat umum. Sifat dari norma hukumnya masih bersifat garis besar dan merupakan norma hukum tunggal, belum dilekati oleh norma hukum sanksi. Undang-Undang dikategorikan 22 dalam Formell Gesetz sementara Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, serta Peraturan Daerah digolongkan dalam Verordnung Autonome Satzung.

1.8 Metode Penelitian