Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik Analisis

25 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4860; - Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2014. 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder penelitian ini antara lain diperoleh dari literature, majalah, makalah maupun hasil-hasil penelitian Hukum yang berkaitan dengan pengaturan perlindungan khusus terhadap anak.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pemenuhan bahan hukum adalah teknik studi kepustakaan study document yang dilakukan terhadap bahan-bahan hukum yang sesuai dengan permasalahan yang ada dengan menggunakan teknik membaca serta mencatat dengan sistem kartu card system sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami. Sistem ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1. Mempergunakan kartu pengarang. Cara ini dilakukan apabila penulis telah mengetahui dengan pasti nama pengarang atau penulis dari bahan pustaka yang diketahuinya. 2. Mempergunakan kartu judul. Hal ini dapat dilakukan apabila penulis tidak mengetahui secara pasti nama pengarang, namum penulis mengetahui judul bahan pustaka yang dicari. 26 3. Mempergunakan kartu subjek. Yang dimaksud dengan kartu subjek adalah pokok bahan atau bidang ilmu yang menjadi isi dari suatu bahan, dari subjek ini penulis tidak perlu mengetahui nama pengarang ataupun judul dari suatu bahan pustaka. 22 Sistem yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah mempergunakan kartu judul karena penulis tidak mengetahui secara pasti nama pengarang, namun penulis mengetahui judul bahan pustaka yang dicari.

e. Teknik Analisis

Bahan hukum maupun informasi penunjang yang telah terkumpulkan berkenaan dengan perlindungan khusus terhadap anak sebagai korban kejahatan selanjutnya dianalisis melalui langkah-langkah deskripsi, sistematisasi dan eksplanasi. Dalam deskripsi dilakukan kegiatan untuk menentukan isi atau makna dari suatu aturan hukum. Pada tahapan ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari aturan-aturan hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak sebagai korban kejahatan seksual baik berupa Undang- Undang maupun Peraturan Daerah. Pada tahap sistematisasi dilakukan pemaparan terhadap hubungan hirarkis antara aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum dalam penelitian ini. Pada tahapan ini juga dilakukan koherensi antara aturan hukum yang berhubungan agar dapat dipahami dengan baik. Selanjutnya pada tahap 22 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13. 27 eksplanasi dilakukan analisis terhadap makna yang terkandung dalam aturan- aturan hukum sehingga keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis. 28

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Korban

Menurut Bambang Waluyo dalam bukunya yang berjudul Victimologi Perlindungan Korban dan Saksi, bahwa yang dimaksud dengan korban adalah “orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainnya”. Disini jelas yang dimaksud “orang yang mendapat penderitaan fisik dan seterusnya” itu adalah korban dari pelanggaran atau tindak pidana. 23 Sedangkan menurut Arif Gosita, menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah “mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepenting an dan hak asasi yang menderita”. 24 Pada tahap perkembangannya, korban kejahatan bukan saja orang perorangan, tetapi meluas dan kompleks. Persepsinya tidak hanya banyaknya jumlah korban orang, namun juga korporasi, institusi, pemerintah, bangsa, dan negara. Mengenai korban perseorangan, institusi, lingkungan hidup, masyarakat, bangsa, dan negara, dapat dijabarkan sebagai berikut : 23 Bambang Waluyo, op.cit, h.9. 24 Ibid.