Teori Victimologi Landasan Teoritis

17 Menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya berjudul Ilmu Hukum, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia HAM yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 12 Perlindungan hukum memberikan jaminan setiap orang untuk memperoleh hak-haknya untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi, dimana perlindungan hukum berfungsi juga untuk memberikan keadilan serta dapat menjadi sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.

3. Teori Victimologi

Victimologi dapat dirumuskan sebagai suatu studi yang mempelajari masalah korban, penimbul korban, serta akibat-akibat dari penimbulan korban, yang merupakan suatu masalah manusia sebagai suatu kenyataan sosial. 13 Pentingnya perlindungan korban kejahatan memperoleh perhatian serius, dapat dilihat dari dibentuknya Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagai hasil dari The Seventh United Nation Conggres on the aprevention of Crime and the Treatment of Offenders, yang berlangsung di Milan, Italia, September 1985, yang menghasilkan beberapa prinsip dasar tentang korban kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan yang selanjutnya diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 11 Desember 1985 dalam suatu 12 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.54. 13 Arif Gosita I, op.cit, h.7. 18 deklarasi yang dinamakan Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power. 14 Dalam salah satu rekomendasinya disebutkan : “Offenders or third parties responsible for their behaviour should, where appropriate, make fair restitution to victims, their families or dependants. Such restitution should include the return of property or payment for the harm or loss suffered, reimbursement of expenses incurred as a result of the victimization, the provision of service and the restoration of rights ”. 15 Terjemahan bebas penulis : Pelaku atau mereka yang bertanggung jawab atas suatu perbuatan melawan hukum, harus memberi restitusi kepada korban. Restitusi terebut berupa pengembalian hak milik atau mengganti kerugian yang diderita korban, kerugian biaya atas kelalaian yang telah dilakukannya sehingga menimbulkan korban, yang merupakan suatu penetapan Undang-Undang sebagai bentuk pelayanan dan pemenuhan atas hak. Secara teoritis, bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan dapat diberikan dalam berbagai cara, tergantung pada penderitaankerugian yang diderit oleh korban. Misalnya, untuk kerugian yang sifatnya mentalpsikis tentunya bentuk ganti rugi dalam bentuk materiuang tidaklah memadai apabila tidak disertai dengan upaya pemulihan mental korban. 16 Adapun bentuk-bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan yaitu : 1. Acces to justice and fair treatment pemberian kesempatan terlibat dalam sistem peradilan pidana dan peradilan yang wajar menentukan bahwa perlindungan korban harus dilakukan dengan jalan memberikan 14 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisarris Gultom, 2008, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.41. 15 Arif Gosita, 1987, Relevansi Viktimologi dengan Pelayanan Terhadap Para Korban Perkosaan Beberapa Catatan, Ind Hill Co, Jakarta, Selanjutnya disingkat Arif Gosita II, h.77. 16 Didik M. Arief Mansur dan Elisarris Gultom, op.cit, h.166. 19 perhatian respect and recognition terhadap keberadaan mereka dalam sistem peradilan pidana, peradilan pidana dan mekanismenya harus dipastikan dan diperkuat agar dapat memenuhi kebutuhan korban untuk memperoleh penggantian kerugian baik melalui prosedur formal maupun informal secara cepat, wajar, tidak mahal dan mudah dilakukan, serta harus difasilitasi dengan jalan : a Memberikan informasi perkembangan kasusnya; b Memperhatikan keinginan korban terkait dengan kehadirannya di sidang pengadilan, memberikan masukan dalam pengambilan keputusan tanpa menimbuklan prasangka dari terdakwa dan sesuai dengan sistem yang berlaku; c Memberikan bantuan pada korban dalam proses hukum; d Melindungi privasi korban dan memberikan rasa aman pada korban dan keluarganya dan saksi yang mereka perlukan harus terbebas dari intimidasi dan balas dendam; e Menghindari terjadi keterlambatan penyelesaian kasusnya, eksekusi dari keputusan dan menjamin adanya hadiah untuk korban. 2. Restitusi berupa upaya untuk mengganti kerugian dari perilaku kejahatan terhadap korban, dan keluarganya. Restitusi termasuk pengembalian harta benda, membayar biaya pengobatan, mengembalikan biaya-biaya yang harus ditanggung korban sebagai 20 akibat terjadinya korban. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaitkannya dengan pemidanaan pada pelaku kejahatan. 17 3. Kompensasi adalah ganti kerugian dari negara bilamana ganti kerugian tidak diperoleh atau tidak sepenuhnya diperoleh dari pelaku kejahatan. 18 4. Bantuan baik materi, medis, psikologis, maupun bantuan hukum.

4. Teori Perjenjangan Norma