hiperkolesterolemia, haid tidak lancar, flek hitam di muka, jerawat, wasir, dan produksi ASI yang sedikit Dalimartha, 2000.
B. Kurkumin
O O
HO H
3
CO OCH
3
OH
Kurkumin 1,7-Bis-4-hydroxy-3-methoxy-phenyl-hepta-1,6-diene-3,5-dione
Gambar 1. Struktur kurkumin
Kurkumin C
21
H
20
O
6
, titik didih 184-185°C diisolasi pertama kali pada tahun 1815. Pada tahun 1910 Daube telah berhasil menemukan bentuk kristal dari
kurkumin Majeed, Badmaev, Shivakumar, and Rajendran, 1995. Kurkumin merupakan zat warna kuning utama 0,5-6 yang terdapat
dalam beberapa spesies Curcuma seperti Curcuma longa L atau Curcuma domestica Val. Kurkumin beserta turunan demetoksinya yaitu demetoksi
kurkumin dan bis demetoksi kurkumin dikenal dengan nama kurkuminoid Martono, 1996.
Warna larutan kurkumin tidak selalu konstan, terkait dengan degradasi kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna
larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange kemerahan dalam suasana basa. Pada suasana basa, kurkumin akan terdegradasi
menjadi asam ferulat dan feruloylmethane Tonnesen and Karlsen, 1985. Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan adanya cahaya Tonnesen, Vries,
Henegouwen, Gerard, and Karlsen, 1986. Kurkumin adalah senyawa yang sukar larut air dengan kelarutan 0,1 mgml Anonim, 2006, larut dalam etanol dan
aseton. Tonnesen and Karlsen, 1985. Kurkuminoid di dalam rimpang temulawak merupakan campuran dari kurkumin dan demetoksikurkumin Paris and Moyse,
1981. Kurkumin dan analognya mempunyai aktivitas biologi antara lain
sebagai antiinflamasi, antioksidan dan kolagen. Di samping itu kurkumin mempunyai aktivitas biologi spektrum luas yaitu sebagai hipokolesteremik,
antiinflamasi, antireumatik, antibakteri, antihepatotoksik, menurunkan glukosa darah dan hipotensif Tonnesen and Karlsen, 1985.
C. Kromatografi Lapis Tipis KLT Densitometri
Pemakaian kurkumin sebagai bahan obat atau campuran obat harus diberikan dengan dosis yang tepat, untuk itu harus diketahui kadar kurkumin
dalam sediaan yang diberikan. Untuk mengetahui kadar dengan tepat, diperlukan metode analisis yang tepat, mengingat kurkumin dalam sediaan obat atau
makanan umumnya bukan kurkumin murni, namun sebagai kurkuminoid. Apabila kurkumin merupakan zat aktif utama dalam sediaan maka harus dipilih metode
penetapan yang dapat memisahkan kurkumin dari turunan demetoksinya Martono, 1996.
KLT-Densitometri merupakan salah satu metode analisis KLT kuantitatif dengan cara kerja yang sederhana dan cepat. Pada metode ini
diperlukan adsorben dan fase gerak yang murni. Untuk memperoleh hasil yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik lazimnya digunakan adsorben siap pakai yang telah mengalami pra pencucian Gritter, Bobit, dan Schwarting, 1991.
Menurut Hardjono 1985, penetapan suatu kadar dengan metode densitometri dilakukan dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang
dipisahkan dengan cara KLT. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi
secara bersama-sama. Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometri. Pertama, setiap
kali ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi bersama- sama dalam satu lempeng, kemudian Area Under Curve AUC sampel
dibandingkan dengan harga AUC baku. Yang kedua, dengan membuat kurva baku hubungan jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh dengan membuat
totolan zat baku pada KLT dengan bermacam-macam konsentrasi minimal tiga macam konsentrasi. Bercak yang diperoleh dicari nilai AUC nya dengan alat
densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan Y = bX + a, X adalah banyaknya zat yang ditotolkan dan Y adalah AUC Supardjan, 1987.
Alat KLT Scanner memiliki sumber sinar yang dapat digerakkan di atas bercak-bercak pada lempeng KLT atau lempeng KLT dapat digerakkan menyusuri
berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Teknik pengukurannya dapat didasarkan atas sinar yang diserap absorbansi, sinar yang dipantulkan
reflaktansi, atau sinar yang difluoresensikan fluoresensi. Sinar yang datang sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Banyaknya sinar yang diserap
sebanding dengan jumlah zat pada bercak yang terkena sinar tersebut Wardani, 2003.
Penelusuran bercak dapat pula dilakukan secara horisontal maupun vertikal scanning horizontal atau scanning vertical. Penelusuran bercak secara
horisontal dapat dilakukan satu per satu atau apabila bercak yang diperoleh pada pelat segaris, dapat dilakukan penelusuran semua bercak sekaligus Wardani,
2003. Berdasarkan jalannya sinar, penelusuran dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu penelusuran lurus dan zig-zag naik turun. Pada penelusuran lurus, sinar yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ke kanan. Sedangkan pada
penelusuran zig-zag, sinar mengenai bercak berjalan zig-zag dari kiri ke kanan. Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada
panjang gelombang maksimum Wardani, 2003.
D. Maserasi