Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat Pembuatan granul effervescent

sebagai kurva baku. Selanjutnya dihitung nilai perolehan kembali dan koefisien variasinya dari 3 seri larutan baku yang lain. 2. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak Timbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak temulawak secara seksama kemudian larutkan dalam 5,0 ml etanol. Ulangi sebanyak 6 kali, lakukan pemisahan secara kromatografi lapis tipis diikuti scanning densitometri seperti pada larutan baku. Kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak dihitung berdasarkan kromatogram yang memiliki Rf sama dengan Rf kurkumin baku menggunakan persamaan regresi linier dari kurkumin baku. Selanjutnya dihitung kadar rata-rata dan standar deviasinya SD Martono, 1996

5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak

Khasiat yang diharapkan dalam sediaan granul effervescent ekstrak temulawak ini adalah sebagai penciutan volume kandung empedu. Dosis kurkumin sebagai penciutan volume kandung empedu untuk 1 kali minum adalah sebesar 20 mg Lelo, Rasyid, Zain, 1998. Perhitungan dosis kurkumin berdasarkan kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak yang ditetapkan secara KLT-Densitometri. Dosis ekstrak temulawak dihitung sebagai dosis kurkumin dalam ekstrak.

6. Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat

Pada penelitian ini metode granulasi yang digunakan adalah metode granulasi basah. Bahan aktif yang digunakan adalah ekstrak temulawak dengan dosis 327 mg sekali minum dengan asam tartrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Formula optimum diperoleh berdasarkan penelitian Chrystyani 2005, yang berjudul Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Secara Granulasi Basah Aplikasi Desain Faktorial, didapatkan perbandingan optimum untuk asam tartrat : asam fumarat = 425: 260. Jumlah asam yang digunakan untuk pembuatan sediaan effervescent berkisar antara 25-40 Wehling and Fred, 2004. Asam sejumlah 25 merupakan asam level rendah dan 40 sebagai asam level tinggi. ƒ Jumlah asam level rendah yang digunakan = 500 mg - asam tartrat = 310 mg - asam fumarat=190 mg ƒ Jumlah asam level tinggi yang digunakan = 800 mg - asam tartrat = 496 mg - asam fumarat= 304 mg Perhitungan level rendah dan level tinggi natrium bikarbonat yang digunakan berdasarkan pada jumlah asam yang digunakan melalui perhitungan secara stokiometri. ƒ Jumlah total natrium bikarbonat level rendah= 563 mg ƒ Jumlah total natrium bikarbonat level tinggi = 900 mg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Pembuatan granul effervescent

Tabel II. Formula granul effervescent Bahan Formula 1 a b ab Ekstrak temulawak mg 327 327 327 327 NaHCO 3 mg 563 900 563 900 Asam tartrat mg 310 310 496 496 Asam fumarat mg 190 190 304 304 Laktosa mg 816 816 816 816 Larutan PVP 3 mg 9 9 9 9 Aspartam mg 90 90 90 90 Bobot total granul tiap sajian mg 2304 2641 2604 2941 Berikut tahapan granulasi effervescent masing-masing formula dibuat untuk 100 sajian dengan metode granulasi basah dengan cairan non reaktif: a. granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa. Granul asam dibuat dengan mencampur ekstrak temulawak, sumber asam asam tartrat–asam fumarat, laktosa 616 mg, dan larutan PVP 3 sebagai cairan pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, laktosa 200 mg, aspartam, dan larutan PVP 3 sebagai pengikat. Adonan lembab tersebut kemudian diayak pada ayakan no. 12 hingga terbentuk massa granul, lalu granul dikeringkan. b. granul asam dan basa dikeringkan dalam oven dengan suhu 45 o C selama 3 hari. Setelah kering, granul diayak dengan ayakan ukuran mesh no. 3040. Granul diayak dengan ayakan yang derajat kehalusannya cukup untuk menghindari kemungkinan terjadinya penggumpalan Ansel, 1989. Sebelum diuji sifat fisik nya granul asam dan basa dicampurkan terlebih dahulu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Uji kualitas granul effervescent