3. Menentukan Besar langkah
k
α
Setelah dapat ditentukan arah langkah
k y
d
yang memperbaiki nilai sa- saran maka selanjutnya akan ditentukan sejauh mana arah ini bergerak menuju
tiitk optimum. Diberikan vektor awal
k
y dan
k y
d
adalah suatu arah layak yang memperbaiki nilai fungsi sasaran. Untuk menentukan vektor berikutnya yaitu
k y
k k
k
d y
y
α
+ =
+
1
besar langkah
k
α dapat diperoleh dengan mencari penyelesaian dari masalah Minimumkan:
k y
k k
f d
y
α
+
dengan kendala:
b d
y A
= +
k y
k k
k
α
≥ +
k y
k k
d y
α ≥
k
α Perhatikan bahwa:
b y
A =
k k
dan
d A
=
k k
Maka
b d
y A
= +
k y
k k
k
α dipenuhi untuk setiap
≥
k
α Dalam kendala tak negatif diperoleh bahwa
≥ +
k y
k k
d y
α 3.50
Dengan demikian untuk
≥
i k
y
d
maka batas maksimum
k
α agar persamaan 3.50 tetap terpenuhi adalah
∞ =
maks k
α .
Dan untuk
i k
y
d
maka batas maksimum
k
α agar persamaan 3.50 tetap terpenuhi didapat dari bentuk
i k
y k
i k
i k
y k
k i
d y
d y
− ≥
⇔ ≥
+
α α
sehingga batas maksimumnya merupakan minimum dari
i k
y k
i
d y
−
, untuk
n i
, ,
2 ,
1 K
= .
Dari sifat 3.3, maka
i k
y i
k y
k i
d d
y 1
− =
−
.
Sehingga untuk menentukan suatu besar langkah yang maksimum dan agar per- samaan 3.50 tetap terpenuhi maka dipilih
1
α , yaitu dipilih
99 .
=
α se-
hingga
i k
y i
k y
k
d d
1 −
= −
= α
α α
Jadi
⎪⎭ ⎪
⎬ ⎫
⎪⎩ ⎪
⎨ ⎧
− =
99 .
min
i k
y i
k y
i k
d d
α 3.51
Dengan demikian masalah di atas dapat diubah menjadi masalah pencarian besar langkah
Minimumkan:
k y
k k
f d
y
α
+
dengan kendala:
maks
α α ≤
≤ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan ⎪
⎪ ⎩
⎪ ⎪
⎨ ⎧
∞ ⎪⎭
⎪ ⎬
⎫ ⎪⎩
⎪ ⎨
⎧ −
= ;
99 .
min
k y
i k
y k
d d
α jika
jika ≥
k k
d d
Langkah selanjutnya
adalah memetakan penyelesaian baru
1
+ k
y kembali
ke ruang penyelesaian awal, agar didapat suatu perpindahan penyelesaian
1
+ k
x un-
tuk soal A. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan transformasi invers
1
− k
T , yakni
1 1
1
+ −
+
=
k k
k
T y
x .
Dari persamaan 3.12, maka didapatkan
1 1
1 1
+ +
− +
= =
k k
k k
k
T y
X y
x
Dari persamaan 3.29, maka didapatkan
1
k y
k k
k k
d y
X x
α
+ =
+ k
y k
k k
k
d X
y X
α
+ =
Dari persamaan 3.13, maka didapatkan
k y
k k
k k
d X
x x
α
+ =
+
1
3.52
k x
k k
k
d x
x
α +
=
+
1
3.53 dengan
k y
k k
x
d X
d
=
3.54 Ini berarti arah perpindahan di ruang penyelesaian awal yaitu
k x
d , dengan
k y
k k
x
d X
d
=
dan besar langkahnya adalah
k
α . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhatikan kembali persamaan 3.52, yaitu
k y
k k
k k
d X
x x
α
+ =
+
1
Dari persamaan 3.49, maka
1
+ k
x ]
[
1 2
c X
AX A
AX A
X I
X x
k k
T k
T k
k k
k −
− −
= α
] [
2 1
2 2
c AX
A AX
A c
X x
k T
k T
k k
k −
− −
= α
] [
2 k
T k
k k
w A
c X
x
− −
= α
3.55 dengan
c AX
A AX
w
2 1
2 k
T k
k −
= 3.56
Perhatikan persamaan 3.55, arah perpindahan di ruang penyelesaian awal dapat juga ditulis
k x
d ]
[
2
k T
k
w A
c X
− −
= 3.57
Perhatikan kembali persamaan 3.49, yaitu
c X
AX A
AX A
X I
d
k k
T k
T k
k y
] [
1 2
−
− −
=
c AX
A AX
A X
c X
2 1
2
k T
k T
k k
−
+ −
=
Dari persamaan 3.56, maka didapatkan
k T
k k
k y
w A
X c
X d
+ −
=
] [
k T
k
w A
c X
− −
= 3.58
atau
k k
k y
r X
d
− =
3.59 dengan
k T
k
w A
c r
− =
3.60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada dua pengamatan penting yang perlu diperhatikan disini:
Pengamatan 1
Misalkan
k k
k y
c P
d
− =
dan
k y
k k
x
d X
d
=
. Misalkan
k
P adalah pemetaan proyeksi,
maka dapat dilihat bahwa
1 k
x k
k T
k T
d x
c x
c
α +
=
+
k y
k k
k T
d X
x c
α
+ =
Dari persamaan 3.8, maka didapatkan
1 +
k T
x c
k y
T k
T k
k T
d X
c x
c
α +
=
k y
T k
k k
T
d c
X x
c
α
+ =
Dari persamaan 3.18 , maka didapatkan
1 +
k T
x c
k y
T k
k k
T
d c
x c
α
+ =
Dari persamaan 3.48, maka didapatkan
1 +
k T
x c
k k
T k
k k
T
c P
c x
c
α
− =
Dari sifat 2.1 , yakni , PP P
= dan
T
P P
= maka didapatkan
1 +
k T
x c
k k
k T
k k
k T
c P
P c
x c
α
− =
k k
T k
T k
k k
T
c P
P c
x c
α
− =
k k
T k
k k
k T
c P
c P
x c
α
− =
k k
T k
k k
k T
c P
c P
x c
− −
− =
α Dari persamaan 2.15, maka
1 +
k T
x c
2 k
y k
k T
d x
c
α
− =
3.61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sehingga jika arah perpindahan
d
≠
k y
ini berarti ada perpindahan yang terjadi dari
k
x ke
1
+
k
x . Sedangkan jika
d
=
k y
ini berarti
1 +
k T
x c
k T
x c
= , maka
k
x
1
+
=
k
x berarti sudah tidak terjadi perpindahan, maka proses iterasi berhenti.
Beberapa teorema yang penting untuk kondisi arah layak
k y
d
diberikan oleh teo- rema berikut:
Teorema 3.1
Misalkan P
k
∈
x . Misalkan
k y
d
pada ruang nol dari
k
A dengan
d
k y
maka nilai fungsi sasaran f masalah program linear dari soal A adalah tak terbatas
unbounded, maka soal A tidak mempunyai penyelesaian optimum.
Bukti:
Diketahui P
k
∈
x maka
n k
R x
∈ dengan
b Ax
=
k
, x
k
Karena
k y
d
pada ruang nol dari
k
A dengan
d
k y
Maka
k y
k k
k
d y
y
α
+ =
+
1
adalah layak untuk soal B, untuk setiap
k
α
Dari persamaan 3.61, yakni
1 +
k T
x c
2 k
y k
k T
d x
c
α
− =
Sehingga untuk
i k
y
d
maka batas maksimum
k
α yang memenuhi
k y
k k
k
d y
y
α
+ =
+
1
adalah ∞
=
maks k
α Maka
1
+
k T
x c
akan mencapai ∞
− atau tak terbatas Maka soal A tidak mempunyai penyelesaian optimum.
▄ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Teorema 3.2
Misalkan P
k
∈
x . Misalkan
k y
d
pada ruang nol
k
A dengan
d
=
k y
maka penyelesaian layak dari soal A adalah penyelesaian optimum.
Bukti:
Diketahui P
k
∈
x maka
n k
R x
∈ dengan
b Ax
=
k
, x
k
Diketahui
k k
k y
c P
d
− =
, dengan
k
P matriks proyeksi pada ruang nol
k
A
Karena
d
=
k y
Maka
k k
k y
c P
d
− =
c A
A A
A I
= −
− =
−
k k
T k
k T
k 1
c c
A A
A A
= −
−
k k
k T
k k
T k
1 k
k k
T k
k T
k
c c
A A
A A
=
−
1
k k
T k
c u
A =
dengan
k k
T k
k k
c A
A A
u
1
−
= Perhatikan bahwa sebenarnya
k k
w u
= , dengan
k k
AX A
= .
Dari persamaan 3.18 dan persamaan 3.21, maka didapatkan
c X
u AX
k k
T k
= Dari persamaan 3.8, maka didapatkan
c X
u AX
T k
k T
k
=
Dari persamaan 2.13, maka didapatkan
k T
k T
k
X c
AX u
=
1 1
− −
=
k k
T k
k T
k
X X
c X
AX u
T T
k
c A
u
= Misalkan
x adalah penyelesaian layak dari
b Ax
=
, maka
x c
Ax u
T T
k
=
x c
b u
T T
k
=
x c
u b
T k
T
=
Dengan menggunakan teorema 2.6, diperoleh x penyelesaian optimum soal
primal. ▄
Pengamatan 2
Jika
k
x adalah vertek, maka persamaan 3.56, yakni c
AX A
AX w
2 1
2 k
T k
k
−
= Dapat disederhanakan menjadi
B T
k
c B
w
1
−
= 3.62
dengan
2 T
k T
A AX
B =
dan c
AX c
2 k
B
= Perhatikan persamaan 3.62, bila kedua ruas dikalikan dengan
T
B maka didapat-
kan
B T
T k
T
c B
B w
B
1
−
=
B k
T
c w
B =
Vektor
k
w disebut sebagai penduga dual dual estimates yang bersesuaian
dengan penyelesaian primal
k
x .
Perhatikan persamaan 3.60, yakni
k T
k
w A
c r
− =
Persamaan 3.60 di atas dapat disederhanakan menjadi
T k
A c
r
− =
B T
c B
1
−
k
r disebut vektor ongkos tereduksi reduced cost vector yang bersesuaian
dengan
k
x . Misalkan
k
x penyelesaian primal . Bila
k
x dikenai transformasi af-
fine-skaling, maka
k k
k k
T x
X x
1
−
= Dari sifat 3.3, yakni
=
k k
T x
e
Maka
e
k k
x X
1
−
= Bila kedua ruas ditransposkan, maka didapatkan
T
e
T k
k 1
x X
−
= Dari persamaan 3.9, maka didapatkan
1
−
=
k T
k T
X x
e
k k
T k
k T
X X
x X
e
1
−
=
T k
k T
x X
e
= Dari persamaan 3.8, maka didapatkan
T k
T k
T
x X
e
=
T k
T k
x e
X =
Bila dikalikan dengan
k
r , maka
T k
e X
k
r
T k
x
=
k
r
Jika ≥
k
r , maka penduga dual
k
w akan menjadi penyelesaian layak dual.
Dan
T k
e X
k
r
T k
x
=
k
r disebut duality gap dari pasangan penyelesaian layak
,
k k
w x
, yakni
k k
T k
T k
T
r X
e w
b x
c
= −
3.63 Perhatikan persamaan 3.63 tersebut, jika
=
k k
T
r X
e dan
r
≥
k
, maka
k T
k T
w b
x c
= , artinya bahwa penyelesaian layak soal primal , yaitu
k
x sama
dengan penyelesaian layak soal dual, yaitu
k
w . Dari teorema 2.6, maka
k
x
adalah penyelesaian optimum soal primal dan
k
w adalah penyelesaian optimum
soal dual.
B. Algoritma Primal Affine-Skaling
Dari uraian pada bagian-bagian sebelumnya, maka algoritma primal af- fine- skaling untuk masalah:
Minimumkan: x
c
T
f =
dengan kendala:
b Ax
=
x
≥
dengan A adalah matriks
n m
×
yang mempunyai rank penuh
m
dan n
m ≤ ,
b
adalah vektor yang panjangnya
m
, x
c, adalah vektor yang panjangnya
n
. Da- pat disusun sebagai berikut:
Langkah 1 : Inisialisasi
Pilih titik-dalam awal
k
x yang memenuhi: