Kewenangan Polresta Medan Dan Kejari Medan Dalam Penyidikan

F. Kewenangan Polresta Medan Dan Kejari Medan Dalam Penyidikan

Tindak Pidana Korupsi Indonesia 1. Kewenangan Polresta Medan Di Indonesia, istilah korupsi mulai dipergunakan dalam produk hukum Indonesia pada tahun 1958 yaitu dalam Peraturan Penguasa Perang Nomor PrpPerpu0131958 tentang Peraturan Pemberantasan Korupsi. Kata Korupsi dan Pemberantasan ialah peraturan penguasa perang pusat saat itu. Pengaturan penguasa perang pusat memakai istilah “pemberantasan korupsi” selain mengenai perumusan delik korupsi juga memuat ketentuan Badan Penilik Harta Benda yang bertugas meneliti dan mendaftar harta benda dari para pejabat 44 . Sejalan dengan bergulirnya waktu dan perubahan-perubahan dalam peraturan perundang-undangan, istilah korupsi ini tetap dipakai dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-udang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pengertian Korupsi, dari kaidah hukum yang bersifat normatif berdasarkan Undang-undang tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 yang dapat disederhanakan adalah “Setiap orang yang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara”. 45 44 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal 12 45 Budiharjo Hardjowiyono, Toolkit Anti Korupsi Bidang Pengadaan Barang dan Jasa Lima Belas Langkah Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Indonesia Procurement Watch, Jakarta: KPK, 2006 hal 1 Universitas Sumatera Utara Dalam hal mengenai pengertian yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, maka secara impilicit maupun eskplisit terkandung pengertian tentang keuangan atau kekayaan milik “pemerintah” atau “swasta”, maupun masyarakat, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Sebagai unsur pokok yang tidak dapat terpisahkan dari pengertian “negara” atau “state” yang berkaitan dengan pengertian “abuse of power” atau penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. 46 Pengertian tindak pidana korupsi tidak bisa cukup diambil hanya berdasarkan pasal-pasal yang ada dalam rumusan undang- undang pemberantasan tindak pidana korupsi, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk jenis tindak pidana korupsi. 47 Kejahatan diperkirakan oleh beberapa ahli akan dapat dilenyapkan atau berkurang dengan sendirinya dengan telah dicapainya berbagai kemajuan dibidang ekonomi. Pendapat beberapa ahli tersebut dalam kenyataannya tidak demikian, Justru kemajuan-kemajuan itu sendiri dapat dikatakan sebagai biang dari perkembangan kejahatan 48 46 Ibid 47 Ibid 48 Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat ; Kajian Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana, Bandung; Sinar Baru, 1983 hal 32. . Dengan dasar Teori –teori tersebut negara selalu berupaya menciptakan hukum dan menegakan hukum untuk melindungi warga negaranya dari ancaman kejahatan . Posisi Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana dimaktub dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Berdasarkan ketentuan konstitusi ini, telah menjadi dasar rambu-rambu Universitas Sumatera Utara dalam penyusunan kelembagaan Negara, baik yang menyangkut tugas, fungsi, dan wewenang kelembagaan atau lembaga-lembaga negara berdasarkan suatu ketentuan undang-undang yang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu lembaga negara yang disusun dan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dan sentral khususnya dalam penegakan hukum dan keamanan dalam negeri adalah Kepolisian. Hal ini dimaklumi karena tugas Kepolisian diseluruh jagad raya ini identik dengan penegakan hukum dan menjaga ketertiban atau keamanan masyarakat. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, ide-ide hukum menjadi kenyataan. 49 49 Esmi Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang : Suryandaru Utama, 2005, hal 83 Penegakan hukum merupakan proses kegiatan atau aktivitas yang salah satunya dijalankan oleh penegak hukum Penyidik Kepolisian, Penyidik PPNS, Jaksa, Hakim dan Lembaga Pemasyarakatan. Proses penegakan hukum oleh penegakan hukum merupakan bagian dari pendelegasian kekuasaan pemerintah. Dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia, menurut UUD 1945 telah diatur kekuasaan pemerintah, yakni Kekuasaan Pemerintahan Negara. Kekuasaan Pemerintah diatur dalam Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 yang intinya ialah : 1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar. Universitas Sumatera Utara 2 Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian, yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Polisi berasal dari bahasa Yunani Policia yang arti aparatur pemerintahan kota. Secara harfiah pembentukan atau kehadiran Polisi secara konsideran nya adalah suatu badan yang dibentuk untuk menjaga peraturan atau ketentuan yang dibentuk Pemerintahan Kota atau Negara, agar pemerintahan dan warganya dalam menjalankan kehidupan sahari-hari dapat berjalan aman dan tertib. Proses menjaga peraturan dan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah tidak terlepas dengan pola kerja Penegakan Hukum itu. Proses penegakan hukum itu sendiri harus berdasarkan Asas Legalitas. Dengan azas legalitas yang berdasarkan the rule of law dan supremasi hukum, jajaran aparat penegak hukum tidak dibenarkan :

1. Bertindak diluar ketentuan hukum, atau under to law maupun under process;

2. Bertindak sewenang-wenang, atau abuse of power.

50 50 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua, Jakarta : Sinar Grafika, 2009 hal.36. Universitas Sumatera Utara Hukum harus ditegakan, namun dalam menegakan hukum atau dalam rangka menempatkan Hukum sebagai Panglima atau Supremasi Hukum. Selama hukum belum diposisikan sebagai “panglima”, maka selama itu pula supremasi hukum hanyalah angan-angan dan mimpi indah dari sebuah bangsa yang menyebutkan negaranya sebagai negara hukum. 51 Kejaksaan dan Kepolisian merupakan pranata publik penegak hukum, yang dalam sistem peradilan pidana justru merupakan sumber awal dari suatu proses peradilan. Peran-peran penegak hukum sangat penting dalam mewujudkan hukum in concreto. Untuk mewujudkan hal tersebut semata-mata bukan hanya fenomena pengadilan atau hakim, tetapi termasuk didalam pengertian itu adalah pejabat admintrasi pemberian pelayanan hukum, dan penegak hukum. 52 Sistem Peradilan Pidana SPP pada hakikatnya identik dengan sistem penegakan hukum pidana. Sistem penegakan hukum pada dasarnya merupakan Salah satu cara penegakan hukum yang dilakukan oleh para penegak hukum dimaksud ialah dimulai dengan proses Penyelidikan dan Penyidikan, penuntutan di muka sidang pengadilan dan seterusnya. Kegiatan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan tersebut pada umumnya dilakukan oleh aparatur pejabat negara yang dikenal bernama Polisi. 51 Elwi Danil, Opcit Hal 264 52 Bagir Manan, Pemikiran Negara Berkonstitusi di Indonesia, Makalah Temu Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum se Indonesia, Bandung : FH Unpad, 6 April 1999 , hal 17 Universitas Sumatera Utara sistem kekuasaan kewenangan menegakan hukum. 53 1 Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai pemegang kekuasaan Negara di bidang penegakan hukum, dimana Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai penyelidik dan penyidik terhadap semua jenis tindak pidana. Tugas dan wewenang kepolisian sebagai penegak hukum diatur dalam pasal 13, 14 dan pasal 16 dari UU Nomor 2 Tahun 2002, Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang proses penegakan hukum pidana berwenang sebagai penyidik umum terhadap semua jenis tindak pidana. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa: 2 Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden R.I. Kajian UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat disimpulkan yaitu : 1 Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam perspektif kebijaksanaan kriminal dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. 2 Hakikat sistem Peradilan Pidana SPP merupakan bagian integral dari kebijaksanaan kriminal, yang pada dasarnya merupakan sistem penegakan hukum pidana yang bertujuan untuk penangggulangan kejahatan. Status dan peran Polri dalam perspektif sistem peradilan pidana, sudah jelas, yakni sebagai bagian integral dari sistem peradilan pidana. Secara internasional hal inipun terlihat dalam laporan Kongres PBB ke-5 1975 53 Barda Nawawi Arief, Sistem Peradilan Pidana Terpadu Dalam Kaitannya dengan Pembaharuan Kejaksaan, Jakarta : MediaHukum, 2002, hal 27 Universitas Sumatera Utara mengenai “ the prevention of crime and the trearment of offenders, “ khususnya dalam membicarakan masalah law enforcement agencies,” yang menegaskan bahwa : “ it was recognized that the police were a component of the larger system of criminal justice which operated against criminality.” 54 Kedudukan Polri dalam penanganan perkara-perkara pidana diatur pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP dan Pasal 6, Pasal 7 ayat 2 , Pasal 107 dan Pasal 109 ayat 3 KUHAP. Rumusan yang terdapat dalam pasal itu diatur sangat Jelas Penyidik-penyidik dalam hukum acara pidana yakni berbunyi Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Dalam pelaksanaan Penyidikan di bawah Koordinasi Penyidik Polri dengan memberikan pengawasan, petunjuk dan bantuan Penyidikan. Kedudukan Polri menurut rumusan pasal tersebut Pembahasan mengenai status Polri sebagai komponen subsistem dari Sistem Peradilan Pidana, sudah jelas terlihat dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 dan UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Undang-undang tersebut secara eksplisit dijelaskan tentang kedudukan Polri sebagai Penyelidik dan Penyidik, aparat negara penegak hukum dan merupakan bagian atau komponen dari sistem peradilan pidana. 54 Laporan Kongres PBB ke-5 tahun 1975 sebagaimana dikutip Komisi Kepolisian Nasional, Uji Materi Wewenang Jaksa Sebagai Penyidik, Rubrik Hukum, Rabu, 13 Februari 2008. Universitas Sumatera Utara ditafsirkan oleh beberapa ahli pidana menunjukan posisi Polri dalam proses penyidikan tindak pidana sebagai Penyidik Utama. Dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi harus dilaksanakan melalui Undang-undang Tindak Pidana khusus yaitu Undang-undang No.31 tahun 1999 sebagaimana di ubah dengan Undang-undang No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Secara jelas ditemukan bahwa dalam rumusan Pasal 26 menegaskan bahwa: Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang Pengadilan terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam undang ini. 55 55 Elwi Danil, Op.cit, Hal 95 sama dengan rumusan Pasal 39 Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Penafsiran rumusan pasal diatas dengan jelas tersirat bahwa teknis proses penyidikan, penuntutan, dan pemutusan perkara korupsi oleh pengadilan dilakukan harus berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Atas penafsiran yang tersirat dalam undang-undang itu adalah Polri berwenang melakukan penyidikan tindak pidana korupsi di Indonesia. Polresta Medan sebagai salah satu satuan kewilayahan Polri maka secara otomatis kesatuan kewilayahan ini juga berhak melakukan penyidikan perkara-perkara tindak pidana korupsi di wilayah kerjanya. Universitas Sumatera Utara

2. Kewenangan Kejari Medan

Pada waktu HIR atau hukum acara pidana produk atau warisan bangsa Belanda Penyidikan dapat dilakukan oleh banyak instansi, kedudukan Jaksa sebagai Penuntut dapat sekaligus sebagai, Koordinator Penyidikan termasuk didalamnya adalah kasus tindak pidana khusus atau korupsi. Setelah berlakunya KUHAP wewenang Penyidikan dialihkan kepada Polri sebagai Penyidik Utama dan PPNS. Jaksa atau Kejaksaan sesuai KUHAP kembali kepada Jati Dirinya sebagai mana Penuntut Umum. “Dalam hukum acara pidana dikenal adanya suatu badan khusus yang diberikan wewenang untuk melakukan penuntutan pidana ke Pengadilan yang disebut Penuntut Umum”, Di Indonesia di sebut Jaksa. 56 Dalam sistematika hukum pidana di Indonesia, hukum pidana dibagi atas hukum pidana umum dan hukum pidana khusus. Hukum pidana khusus disini artinya dalam arti yang luas yang meliputi baik hukum pidana materielnya maupun hukum pidana formelnya. Wewenang penuntutan ini dipegang oleh Jaksa sebagai monopoli. 57 56 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2008 hal 13. 57 Andi Hamzah, Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Opcit hal 1 beberapa tindak pidana khusus, masih ada wewenang institusi lain diluar Polri yang diberikan peran dan kewenangan melakukan penanganan dan penyidikan. Perkara-perkara yang bersifat khusus diberlakukan aturan khusus pula sebagaimana salah satu azas yang berlaku Universitas Sumatera Utara dalam hukum pidana Lex Spesialist Derogat legi Generalis yang artinya hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum. 58 Suatu kecendrungan yang cukup menonjol didalam setiap undang-undang pidana khusus adalah terdapatnya ketentuan-ketentuan yang mengandung penyimpangan dari asas-asas hukum pidana yang ada dalam hukum pidana kodifikasi. Penyimpangan itu merupakan sebuah karakteristik yang melekat dalam setiap undang-undang pidana khusus. Menurut Loebby Loqman, secara kualitatif perlu diperhatikan, bagaimana agar penyimpangan asas tersebut tidak menjurus kearah penyelewengan asas; melainkan hanya semata-mata merupakan suatu pengecualian asas belaka. 59 Suatu Negara akan mencapai keberhasilan pembangunan nasionalnya secara menyeluruh jika konsep penegakan hukum law enforcement dapat ditegakkan secara tepat dan benar. Hukum dan penegak hukum, merupakan bagian faktor penegakan hukum yang tidak bisa diabaikan, karena jika diabaikan akan menyebabkan tidak tercapainya penegakan hukum yang diharapkan. 60 58 Pasal 63 ayat 2 KUHP 59 Oemar Seno Adji, Tindak Pidana Khusus Korupsi dalam Pembentukan Hukum Pidana Nasional, Dalam PERSAHI, Nomor Perdana, September 1988. 60 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta , Raja Grafindo Persada, 2004 hal 5 Menurut Bagir Manan, penegakan atau menegakan hukum bukan hanya sebagai fungsi dari proses peradilan. Secara keseluruhan, semestinya wajah penegak hukum tidak hanya diukur dari wajah pengadilan, akan tetapi pada seluruh fungsi dan lembaga penegak hukum. Selain pengadilan yang Universitas Sumatera Utara dianggap paling penting dan menentukan, sangatlah perlu untuk juga mengamati lembaga-lembaga penegak hukum didalam dan diluar proses peradilan. Pada proses diluar peradilan seperti keimigrasian, bea cukai, perpajakan, lembaga pemasyarakatan dan lain-lain. 61 a Adanya proses kriminalisasi atas suatu perbuatan tertentu dalam masyarakat. Kewenangan yang ada pada Institusi lain untuk melakukan penyidikan tindak pidana khusus diberikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil Tertentu PPNST di departemen masing-masing, TNI Angkatan Laut dan Kejaksaan Republik Indonesia. Hal tersebut diatur secara jelas teknisnya dalam Undang- undang Tindak Pidana Khusus yang dibuat diluar Undang-undang bersifat umum. Loebby Loqman secara terperinci menjelaskan alasan-alasan bagi terciptanya undang-undang pidana khusus, yaitu : b Undang-undang yang ada dianggap tidak memadai lagi terhadap perubahan norma dan perkembangan tekhnologi dalam suatu masyarakat, sedangkan untuk perubahan undang-undang yang ada dianggap memakan banyak waktu. c Adanya suatu keadaan yang mendesak sehingga perlu diciptakan suatu peraturan khusus untuk segera menanganinya. 61 Bagir Manan, Sistem Peradilan Berwibawa, Jakarta , FH UII Press Yogyakarta, 2005 hal 35 Universitas Sumatera Utara d Adanya suatu perbuatan yang khusus, dimana apabila diperginakan proses yang telah ada akan mengalami kesulitan dalam pembuktiannya. 62 Korupsi merupakan tindak pidana khusus karena sejak dirancangnya undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi disadari bahwa undang- undang tersebut merupakan undang-undang khusus, yaitu undang-undang pidana sekaligus mengatur substansi maupun hukum acara diluar KUHP dan KUHAP. 63 Adanya beberapa Institusi yang mempunyai kewenangan dan melakukan penyidikan tindak pidana korupsi sama sekali tidak mengurangi prinsip diferensasi fungsional yang memberi wewenang tunggal kepada Kepolisian Lahirnya undang-undang tindak pidana khusus seperti Korupsi menyebut secara tegas tentang wewenang Polri dan Jaksa melakukan penyidikan seperti Tindak Pidana lainnya diluar Komisi Pemberantasan Korupsi. Pengecualian dalam proses penyidikan tindak pidana korupsi sama sekali bukan berati mengurangi keabsahan penerapan KUHAP. Hal tersebut didasarkan pemikiran bahwa KUHAP merupakan sebagai hukum acara pidana bagi semua perkara tindak pidana, termasuk tindak pidana khusus sepanjang tindak pidana khusus tersebut tidak mengatur sendiri hukum acaranya secara keseluruhan. 62 Loebby Loqman, Delik Politik di Indonesia, Jakarta, Ind-Hill-Co, 1993, Hal 11-12 63 Loebby Loqman, Beberapa Ikhwal didalam Undang-undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Data Com, 1991 hal 5 Universitas Sumatera Utara Negara Republik Indonesia sebagai instansi yang diberi wewenang penyidikan. Berkaitan dengan itu apa yang diatur pada Pasal 284 ayat 2 KUHAP sebagai pengecualian atas prinsip umum diatas, dikenal adanya maksud sebagai berikut: 1. Untuk menjaga jangan terjadi kevakuman pelaksanaan penyidikan, disebabkan undang-undang tindak pidana khusus sendiri telah melimpahkan wewenang penyidikan kepada jaksa penuntut umum. Hal ini, disebabkan karena Polri saat itu tidak dapat menjangkaunya, sehingga bisa menimbulkan kekosongan hukum dalam penegakan hukum. 2. Pengecualian ini tidak mengurangi arti prinsip-prinsip umum secara permanen dalam ketentuan Pasal 284 ayat 2, yakni: a. Pengecualian tersebut bersifat sementara. b. Hanya mengenai ketentuan-ketentuan khusus acara pidana yang terdapat pada undang-undang pidana khusus. c. Sampai adanya perubahan atau dinyatakan tidak berlaku lagi ketentuan Pasal 284 ayat 2 KUHAP tersebut. Dalam Rumusan-rumusan pasal yang terdapat dalam Tindak Pidana Khusus tersebut disebutkan peran dan kewenangan Penyidikan dan penanganan perkara tindak pidana korupsi diluar Polri yakni Institusi Kejaksaan Republik Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Universitas Sumatera Utara Kewenangan jaksa dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi dipertegas berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia Pasal 30 ayat 4. Adapun tugas dan kewenangan kejaksaan di bidang pidana yaitu: a Melakukan Penuntutan. b Melaksanakan penetapan Hakim dan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat. d Melakukan penyidikan terhadap Tindak Pidana tertentu berdasarkan Undang- Undang. e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam pelaksanaanya dikoordinasikan dengan penyidik. Berdasarkan apa yang tersirat dalam undang-undang itu adalah menerangkan secara jelas tugas dan kewenangan Kejaksaan dalam penanganan perkara-perkara pidana. Dalam perkara pidana khusus termasuk dalam hal ini Korupsi Kejaksaan berwenang melakukan penyidikan tindak pidana korupsi di Indonesia. Kejaksaan Negeri Medan sebagai salah satu satuan kewilayahan Kejaksaan maka secara otomatis kesatuan itu juga berhak melakukan Universitas Sumatera Utara penyidikan perkara-perkara tindak pidana korupsi di wilayah kerjanya di Pengadilan Negeri Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB III HAMBATAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI