Aparat Penegak Hukum PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

3 Pihak penyidik membuat kesepakatan akan menyelesaikan permasalahan yang ada diantara penyidik Polresta Medan dan Kejari Medan untuk tidak berkembang yang dapat menghambat proses penyidikan kasus korupsi. Memaksimalkan dan menjabarkan hasil MOU yang disepakati KPK, Kepolisian dan KPK tertanggal 29 Maret 2012.

E. Aparat Penegak Hukum

1. Mengagendakan Penyidikan Kasus Tindak Pidana Korupsi Dalam Skala Prioritas

Manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari memerlukan manusia lainnya, karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Hubungan antara satu individu ke individu lainnya disebut interaksi sosial yang rentan menimbulkan pergesekan-pergesekan. Untuk menjaga harmonisasi hubungan diperlukan hukum yang berguna sebagai sarana pengendali sosial social control dan sebagai sarana rekayasa sosial social engeenering. 117 117 Satjipto Rahardjo, Opcit hal 11 Hukum dan kejahatan bagian yang tidak bisa dipisahkan karena hukum diciptakan untuk memerangi kejahatan. Kejahatan harus diperangi oleh aparatur penegak hukum. Pola-pola dalam pemberantasan kejahatan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum disebut “Political Criminal”. Dalam pemberantasan tindak pidana korupsi aparat penegak hukum harus bekerja keras dengan cara dan pola-pola sebagai bagian politik kriminal Universitas Sumatera Utara untuk dapat memberantas atau setidaknya menekan laju perkembangan tindak pidana korupsi di wilayah kerjanya. Penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan hukum law in the books menjadi kenyataan law in action. 118 a Faktor hukum, yang dalam tulisan ini akan dibatasi pada perundang-undangan. Dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan aspek-aspek kepastian hukum, keadilan, dan perlindungan hukum serta tujuan yang hendak dicapai. Aparatur pemerintah penegak hukum dituntut untuk memahami hal tersebut dan mengaplikasikan setiap tindakan dan langkah kebijakannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Penegakan hukum sebagai suatu proses tidak akan berjalan dengan sendirinya secara otomatis melainkan dilaksanakan dengan sarat kreatifitas dan loyalitas. Institusi penegak hukum seperti Kepolisian dan Kejaksaan harus menyadari bahwa ada empat faktor yang akan mempengaruhi proses penegakan hukum. yaitu : b Faktor penegak hukum. c Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum d Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum itu berlaku dan diterapkan 119 Dalam upaya penegakan hukum tindak pidana korupsi untuk mensukseskan kebijakan pemerintah sebagaimana tertera dalam Inpres No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Polresta Medan dan 118 Elwi Danil, Opcit hal 266 119 Ibid Hal 269 Universitas Sumatera Utara Kejari Medan harus memahami faktor–faktor yang mempengaruhi proses penegakan hukum. Pemahaman itu dibutuhkan untuk meminimalisir hambatan yang dapat mempengaruhi proses penegakan hukum dan memaksimalkan peluang yang ada dalam penegakan hukum agar maksimal. Secara de Facto dan de Jure Polresta Medan dan Kejari Medan berhak dan berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi yang berada di wilayah hukum kerjanya. Teknis pelaksanaan tugas tersebut sudah terpatri secara jelas dalam kewenangan dan perannya dalam tugas sehari-hari. Polresta Medan selaku salah satu kesatuan wilayah Polri mempunyai tugas penegakan hukum. Pengalaman yang sudah ada dan eksistensi dalam penanganan perkara pidana selama ini, membuat harapan dan kepercayaan masyarakat di wilayah hukum kota Medan dan sekitarnya tergantung kepada kesatuan Polresta Medan dan Kejari Medan untuk dapat menunjukan eksistensinya dalam pemberantasan tindak pidana korupsi di wilayah kota Medan dan sekitarnya. Pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Polresta Medan dalam tiga tahun masih dianggap belum maksimal. Kurang maksimalnya pemberantasan tindak pidana korupsi melalui penyidikan kasus-kasus tindak pidana korupsi dapat dianggap kurang mendukung kebijakan pemerintah atas lahirnya Inpres No 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan tindak pidana korupsi. Fakta tersebut akan ditindak lanjuti dengan meng agendakan pemberantasan tindak pidana korupsi dalam skala prioritas kedepan . Rumusan kebijakan tersebut sebagai wujud menindak lanjuti perintah dan arahan Kapolri sebagaimana tertuang dalam suatu pertemuan yang diselenggarakan Universitas Sumatera Utara oleh Bareskrim Mabes Polri dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Pertemuan yang dilaksanakan di Jakarta pada bulan Maret 2005 Kapolri memaparkan dan memberikan perintah kepada seluruh jajaran bahwa melihat kompleksitas permasalahan korupsi di Indonesia. Sesuai paradigma baru Polri lebih mengedepankan pelayanan, perlindungan dan pengayoman masyarakat sedangkan upaya penegakan hukum dilakukan sebagai sarana untuk mewujudkan Kamtibmas, maka arah kebijakan Polri dalam memberantas tindak pidana korupsi di daerah, adalah 120 d. Untuk menghindari bolak baliknya berkas perkara kasus korupsi, maka sejak awal penyidikan sudah dilakukan koordinasi dan komunikasi dengan Jaksa Peneliti; : a. Kegiatan penegakan hukum oleh Polri, dimaksudkan untuk dapat memberi efek detern bagi pelaku dan calon pelaku; b. Penyidikan kasus korupsi, disamping untuk membuktikan perbuatan pelaku, juga untuk semaksimal mungkin dapat mengembalikan kerugian keuangan negara; c. Adanya pertimbangan tingkat penyidikan tindak pidana korupsi, misalnya : kasus yang melibatkan Bupati ditangani oleh Polwil atau Polda; 120 Bagaimana Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat III Pidana Korupsi WCC, Jakarta : Maret 2005 Universitas Sumatera Utara e. Mengintensifkan koordinasi dan komunikasi dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan penyidikan kasus korupsi; f. Meningkatkan kredibilitas anggota Penyidik dengan melaksanakan : 1 Menata kembali sistem-sistem pelayanan Polri, untuk mengeliminir terjadinya pungutan liar; 2 Menumbuhkan budaya malu untuk korupsi; 3 Mengembangkan sistem dan metode pembinaan dan operasional Polri yang faktual dan aktual guna meningkatkan prestasi kerja penyidik dalam mengungkap tindak pidana korupsi; 4 Secara bertahap melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung penyelidikan dan penyidikan kasus korupsi; 5 Melaksanakan akuntabilitas kinerja; 6 Menerapkan reward dan punishment secara konsisten; Arahan pimpinan Polri tersebut sangat jelas menerangkan tentang arahan teknis Institusi Polri menyikapi Inpres No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi oleh Instansi Penegak Hukum. Polri dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang kompleks diminta untuk tetap konsisten dalam melakukan penegakan hukum namun tidak melupakan jati dirinya sesuai paradigma baru Polri, selaku aparatur negara yang dapat memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat. Disamping itu Polri juga diharapkan selain melakukan pemberantasan Universitas Sumatera Utara juga melakukan upaya pencegahan terjadinya korupsi khususnya didalam intitusi sendiri, serta meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan instansi penegak hukum terkait untuk mengoptimalkan upaya pemberantasan dan penyidikan kasus korupsi. Aparat penegak hukum menjadi perhatian yang serius dalam pemberantasan korupsi, dikarenakan Hukum akan tegak dan berwarna ditangan aparat penegak hukum itu sendiri. Hukum diharapkan dapat menempatkan posisi dan peranannya, baik sebagai “á tool of social control”, maupun sebagai “a tool of social engineering”. 121 121 Elwi Danil, Op.cit hal 264 . untuk itu peran penyidik Polresta Medan dan Kejari Medan kedepannya berkomitmen memainkan perannya dalam pemberantasan korupsi. Peran itu dilakukan dengan melakukan penyidikan tindak pidana korupsi secara maksimal di institusi masing-masing dan memposisikannya dalam skala prioritas, sebagai wujud menyikapi Inpres No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi oleh Instansi Penegak Hukum. Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Penyidik

Untuk mewujudkan dan mensukseskan kebijakan pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Polresta Medan dan Kejari Medan kedepan dalam rangka penyidikan kasus-kasus tindak pidana korupsi harus meningkatkan peran aktif para personilnya untuk dapat meningkatkan angka kuantitas penanganan kasus dan kualitas kasus korupsi yang ditanganinya. Langkah yang diambil guna merealisasikan impian tersebut dengan melakukan penambahan jumlah personil penyidik dan pembinaan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Polresta Medan dan Kejari Medan dalam menyikapi atas lahirnya Inpres No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi Oleh Instansi Penegak Hukum melakukan langkah- langkah responsif dengan mengambil langkah-langkah seperti : 1 Mengusulkan penambahan personil penyidik yang ditugaskan khusus menangani kasus tindak pidana korupsi pada kesatuan atas. 2 Mengirimkan personil penyidik untuk dididik dan dilatih penanganan kasus tindak pidana korupsi, guna meningkatkan profesionalisme dan kemampuan penyidik dalam penanganan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. 3 Memberikan Reward and Punishment pada personil yang berhasil atau berprestasi dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi. Sebaliknya akan memberikan hukuman pada personil yang dianggap lalai atau tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pemberantasan korupsi. Universitas Sumatera Utara 4 Memberikan petunjuk dan arahan teknis berupa Buku Panduan, Surat-surat, Telegram dari satuan tertinggi yakni Mabes Polri kepada satuan-satuan kewilayahan dibawahnya. Tahap selanjutnya proses pembinaan personil dilakukan melalui Pengkaderan. Proses pengkaderan itu dimulai sejak perekrutan, pembentukan melalui pendidikan, pembinaan karir secara berjenjang dan sumpah saat pengangkatan menjadi anggota Polri, serta peraturan-peraturan yang berlaku yang kesemuanya mengikat dan menuntut semua perilaku dan tingkah laku anggota Polri dalam kehidupan sehari-harinya. Lembaga Kepolisian merupakan lembaga yang harus tetap berdiri tegak sekalipun negara runtuh, pemerintah atau rezim jatuh atau berganti untuk mengamankan masyarakat dari ekses- ekses yang mengancam jiwa, raga dan harta bendanya. 122 122 Bibit Samad Rianto, Opcit hal 37 Secara teknis hal itu dilaksanakan Kejaksaan dan semua institusi atau lembaga pemerintahan. Kultur abdi masyarakat disebutkan melekat padanya, sehingga sebagai aparatur negara yang digaji oleh negara atas pengaabdian dan jasanya terhadap negara. Universitas Sumatera Utara

3. Menyamakan Persepsi Dalam Penyidikan kasus-kasus Tindak Pidana Korupsi

Dalam melaksanakan tugas-tugas sehari hari aparatur pemerintah penegak hukum acap kali ditemukan adanya miss komunikasi yang membawa dampak terganggunya kelancaran dan keberhasilan tugas sistem peradilan pidana. Permasalahan-permasalahan tersebut sebagaimana yang diuraikan dalam pembahasan Bab III biasanya terjadi dikarenakan menyangkut akan kewenangan, ego institusi, permasalahan pribadi dan lainnya. Permasalahan tersebut terjadi disebabkan juga diantara lembaga atau institusi penegak hukum tersebut merupakan sub sistem yang selayaknya interdependen antara satu institusi dengan institusi lainnya. Karena bila masing-masing menyadari bahwa masing-masing institusi itu turut bertanggung jawab akan pelaksanaan penegakan hukum. Artinya tidak ada satu institusi yang melebihi dari institusi lainnya. Masing-masing institusi merupakan bagian dari keseluruhan sistem yang disebut sistem peradilan pidana. Sebagaimana contoh Jaksa tidak bisa mengajukan perkara ke persidangan tanpa BAP dari Kepolisian, Sedangkan Kepolisian tidak bisa “mem- by pass” kan perkara ke pengadilan tanpa melalui Kejaksaan. Selanjutnya Hakim tidak bisa memutus perkara pidana tanpa diajukan perkaranya oleh kejaksaan dan yang terakhir tidak mungkin lembaga Universitas Sumatera Utara pemasyarakatan menerima dan membina narapidana tanpa melalui mekanisme yang sah melalui putusan pengadilan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya benturan sesama penegak hukum, guna mewujudkan optimalnya penegakan hukum sebagaimana yang dicita-citakan oleh pembuat hukum. Untuk itu penegakan hukum pidana dalam penyidikan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penyidik-penyidik Polresta Medan dan Kejari Medan Secara teoritis patut diperhatikan dan diaplikasikan teori berupa tiga bentuk pendekatan dalam sistem peradilan pidana, yaitu : Pendekatan Normatif, Pendekatan Adminstratif, dan pendekatan sosial. 123 Pendekatan administratif memandang keempat aparatur penegak hukum itu sebagai organisasi manajemen yang memiliki mekanisme kerja, baik hubungan yang bersifat horizontal maupun yang bersifat vertikal sesuai dengan struktural organisasi yang berlaku dalam organisasi admintrasi.Sedangkan pendekatan sosial memandang keempat aparatur penegak hukum sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem sosial, sehingga masyarakat secara Pendekatan normatif adalah pendekatan yang memandang keempat aparatur penegak hukum kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatn sebagai institusi pelaksana peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga keempat aparatur tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem penegakan hukum semata-mata. 123 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, Persfektif Eksistensialisme dan Abolisinisme, Bandung, Bina Cipta, 1996, hal 17-18 Universitas Sumatera Utara keseluruhan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan atau ketidak berhasilan dari keempat instansi aparatur penegak hukum itu dalam melaksanakan tugas- tugasnya. Untuk memaksimalkan peran dan hasil kerja para penyidik dalam pemberantasan tindak pidana korupsi kesatuan Polresta Medan dan Kejari Medan kedepannya dapat mengaplikasikan pendekatan teori tersebut. Sebagai langkah nyata kedepannya diharapkan Tidak ada lagi Image atau pandangan yang buruk, tidak ada lagi ego sektoral dalam diri masing-masing institusi, memaksimalkan penjabaran MOU yang ada di jajaran institusi masing-masing. Upaya dan komitmen penyidik di kesatuan Polresta Medan dan Kejari Medan diharapkan dapat mengelminir faktor-faktor yang dijadikan hambatan dalam penegakan hukum pidana korupsi melalui penyidikan kasus korupsi, untuk selanjutnya proses penyidikan tindak pidana korupsi dapat berjalan maksimal.

F. Budaya

1. Mengubah Budaya Korupsi melalui Penyidikan Kasus-kasus Tindak Pidana Korupsi

Permasalahan korupsi telah lama mewarnai berbagai asfek dalam kehidupan masyarakat. Selama beberapa dasawarsa, fenomena itu telah menjadi persoalan nasional yang sulit ditanggulangi. 124 124 Elwi Danil, Opcit. Hal 64 Permasalahan ini sebenarnya telah dikhawatirkan dan dikemukakan oleh Bung Hatta tokoh proklamator kemerdekaan Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia sejak tahun 1960 an. Berbagai penelitian, pengamatan yang dilakukan oleh badan-badan penelitian nasional dan internasional membuat kita semakin pesimis akan perubahan nasib bangsa akibat permasalahan korupsi yang menimpa bangsa Indonesia. Penelitian itu mencakup seluruh Indonesia dimana Kota Medan termasuk didalamnya. Pembahasan pada Bab III memuat Jurnal asing yang mengatakan, bahwa “corruption is way of live in Indonesia”, yang artinya korupsi telah menjadi pandangan dan jalan kehidupan bangsa Indonesia dan penilaian tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia Muhammad Hatta, “Bahwa korupsi cenderung sudah membudaya, atau sudah menjadi bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia menantang aparat penegak hukum untuk dapat mengembalikan citra, harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata internasional. Polresta Medan dan Kejari Medan selaku institusi yang dibebankan memikul tanggung jawab pemberantasan tindak pidana korupsi melalui proses penyidikan harus menyadari dan segera melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kegagalan penegakan hukum dalam pemberantasan kasus tindak pidana korupsi akan memberikan kesan dan penilaian yang kurang baik atas kemampuan sistem hukum dan budaya hukum. 125 125 Elwi Danil, Opcit. Hal 64 Hukum dan sistem peradilan pidana dianggap tidak saja telah gagal melaksanakan fungsi represif dengan membawa pelaku ke pengadilan, melainkan juga tidak berhasil mengendalikan laju peningkatan tindak pidana korupsi. Hukum diharapkan mampu memainkan perannya baik sebagai ” a Universitas Sumatera Utara tool of social control “ maupun sebagai “a tool of social engineering”. Polresta Medan dan Kejari Medan selaku institusi yang dibebankan memikul tanggung jawab pemberantasan tindak pidana korupsi melalui proses penyidikan akan mengubah budaya korupsi di wilayah hukum kerjanya yakni Kota Medan dan sekitarnya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas penanganan kasus tindak pidana korupsi kedepan.

2. Meningkatkan Peran serta masyarakat dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi

Korupsi merupakan musuh negara yang sangat ditakuti. Hal tersebut terjadi karena pada pada gilirannya nanti sangat besar terjadinya kemungkinan tindak pidana korupsi itu akan menjadi Hidden Enemy yaitu musuh negara tersembunyi. Hal itu merupakan kenyataan pahit yang tidak dapat disembunyikan lagi. Sebagaimana pendapat Bismar Nasution, yang menyatakan : 126 Tindak pidana korupsi dapat menimbulkan kerugian yang besar di berbagai sektor. Dalam bidang politik, korupsi mengikis demokrasi dan good governance dengan menghancurkan proses formal. Korupsi dalam pemilihan badan legislative mengurangi akuntabilitas dan representasi sebuah pembuatan kebijakan. Korupsi di pengadilan menghambat kepastian hukum dan korupsi didalam adminitrasi pemerintahan mengakibatkan timbulnya pelayanan yang berbeda dan cenderung tidak adil. Secara umum korupsi mengikis kepasitas institusi pemerintahan karena prosedur tddak diperdulikan, sumber daya yang ada dimanipulasi, dan pejabat diangkat atau dipromosikan tidak berdasarkan kemampuannya. Sehingga korupsi mengikis legitimasi pemerintahan, menghambat pembangunan intrastruktur, menimbulkan tekanan keuangan pemerintah dan menghancurkan nilai-nilai demokratis kepercayaan dan toleransi. 126 Bismar Naution, “Mencegah Korupsi dan Keterbukaan”, Majalah Forum KeadilanNo.3, tanggal 9 Januari 2005, hal 68 Universitas Sumatera Utara Untuk mengatasi minimnya kuantitas penanganan kasus tindak pidana yang telah dilakukan oleh penyidik-penyidik di kesatuan Polresta Medan dan Kejari Medan perlu dilakukan analisa dan evaluasi agar kedepan dapat berjalan lebih optimal. Melibatkan peran serta aktif masyarakat dianggap sebagai salah satu solusinya. Menggalakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi sangat relevan dengan semangat reformasi dan otonomi daerah. 127 1 Memberdayakan peran serta masyarakat untuk membantu kinerja penyidik dalam pemberantasan korupsi dengan mendata dan melakukan penggalangan jumlah LSM Anti Korupsi yang ada di wilayah kerjanya. Menciptakan LSM baru dan untuk menambah atau memperluas jaringan selanjutnya. Hongkong merupakan salah satu negara yang dianggap berhasil dalam pemberantasan korupsi di negaranya. Salah satu ciri khas strategi anti korupsi yang dijalankan Hongkong adalah dalam bentuk pengerahan masyarakat sipil secara optimal mendukung aparat penegak hukum dalam pemberantasan korupsi. Dukungan itu diharapkan berupa bantuan moril dan informasi sehingga penyidik dapat melaksanakan tugas penyidikan menjadi lebih optimal. Polresta Medan dan Kejari Medan untuk dapat meningkatkan kinerja penyidikan membuat perencanaan kedepan sebagai berikut : 127 Elwi Danil, Opcit. Hal 187 Universitas Sumatera Utara 2 Mengagendakan kegiatan Sosialisasi anti korupsi, seminar dan loka karya dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat. Membuat dalam kalender kerja tahunan. 3 Membuat terobosan-terobosan anti korupsi dengan memasang sepanduk- sepanduk, stiker dan menyuarakan slogan anti korupsi di beberapa media massa cetak dan elektronik. 4 Melakukan studi banding pada kesatuan-kesatuan wilayah yang telah berhasil dan sukse melakukan tugas pemberantasan korupsi melakukan penyidikan diwilayah kerjanya. Untuk dijadikan bahan refrensi dan masukan untuk perbaikan dalam proses penyidikan kedepan. 3. Optimalisasi Budaya Displin Aparatur Pemerintah Untuk Meningkatkan hasil Penyidikan Kasus Korupsi Secara substansial Indonesia memiliki seperangkat peraturan perundang- undangan legal substance untuk memberantas korupsi. Disamping substansial negara kita juga memiliki banyak institusi legal structure yang seharusnya juga dapat berdayakan untuk memberantas korupsi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal kesemua perangkat tersebut harus ditopang dengan budaya hukum legal culture untuk memberantas korupsi. Karena budaya hukum itu Universitas Sumatera Utara sendiri adalah “kata kunci” untuk keluar dari berbagai persoalan korupsi yang sedang kita hadapi. 128 Untuk memaksimalkan kerja aparatur negara dalam melaksanakan tugasnya, langkah yang ditempuh harus dimulai dengan membudayakan dan menegakan displin di lingkungan instansi tersebut. Penegakan displin dan menerapkan hukum displin oleh institusi kepolisian ini yang dilaksanakan oleh ANKUM atasan yang berhak menghukum. Sebagai bagian dari unsur pemerintah, aparatur negara Polri dan Kejaksaan dan aparatur pemerintahan lainnya manakala tidak melaksanakan perintah dan kebijakan akan dikenakan sanksi. Khusus Polri manakala melakukan Perbuatan itu juga dapat dituntut melakukan Insubordinasi atau ketidak patuhan atas perintah dari pimpinan atau atasan. Tidak patuh kepada atasan atau penolakan perintah dapat di identikan dengan perbuatan yang bertentangan dengan pengabdian. Perilaku tersebut dalam institusi Polri disebut dengan Disiplin. Perilaku Displin sudah membudaya dan melekat sejak dulu bahkan selama menjadi anggota ABRI. 129 Polresta Medan dan Kejari Medan selaku aparatur penegak hukum tidak boleh lemah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk melakukan penyidikan-penyidikan kasus-kasus tindak pidana korupsi. Penyidikan kasus tindak pidana korupsi itu dilakukan sebagai bagian usaha dari pemerintah . 128 Elwi Danil, Opcit hal 185 129 Bibit Samad Rianto, Opcit hal 82 Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana tertuang dalam Inpres No.5 tahun 2004, tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Aparatur penegak hukum dalam hal ini Penyidik di Polresta Medan dan Kejari Medan manakala dinilai lemah dalam pemberantasan kasus tindak pidana korupsi dapat dituntut melakukan Insubordinasi atau ketidak patuhan atas perintah dari pimpinan atau atasan. Bila hal tersebut terjadi maka tugas dan kewenangan yang melekat pada aparatur pemerintah penegak hukum itu menjadi sia-sia. Untuk itulah diperlukannya peran serta aktif masyarakat guna mendorong, memberikan masukan kepada aparatur penegak hukum sehingga aparatur tersebut berjalan sesuai tujuan hukum yakni keadilan, kepastian hukum atau legalitas dan kemenfaatan. 130 Untuk mengoptimalkan hasil penyidikan dalam upaya penegakan hukum pidana dalam pemberantasan tindak pidana korupsi di Medan, Intitusi Polresta Medan dan Kejari Medan kedepan displin aparatur penegak hukum yang sudah ada dapat lebih ditingkatkan. Aparatur yang berdisplin sudah dapat dipastikan dapat menghasilkan out put yang optimal. Upaya yang akan itu didasarkan pertimbangan dan pemikiran bahwa Budaya Hukum kita selalu dikalahkan oleh kekuatan budaya non hukum lainnya, seperti kekuatan politik, kekuatan uang, dan lain sebagainya. 131 130 HR Abdussalam, Prospek Hukum Pidana Indonesia, Jakarta, Restu Agung, 2006 , hal 18 131 Elwi Danil, Opcit hal 185 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN