Bertindak diluar ketentuan hukum, atau under to law maupun under process; Bertindak sewenang-wenang, atau abuse of power.

2 Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian, yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Polisi berasal dari bahasa Yunani Policia yang arti aparatur pemerintahan kota. Secara harfiah pembentukan atau kehadiran Polisi secara konsideran nya adalah suatu badan yang dibentuk untuk menjaga peraturan atau ketentuan yang dibentuk Pemerintahan Kota atau Negara, agar pemerintahan dan warganya dalam menjalankan kehidupan sahari-hari dapat berjalan aman dan tertib. Proses menjaga peraturan dan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah tidak terlepas dengan pola kerja Penegakan Hukum itu. Proses penegakan hukum itu sendiri harus berdasarkan Asas Legalitas. Dengan azas legalitas yang berdasarkan the rule of law dan supremasi hukum, jajaran aparat penegak hukum tidak dibenarkan :

1. Bertindak diluar ketentuan hukum, atau under to law maupun under process;

2. Bertindak sewenang-wenang, atau abuse of power.

50 50 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua, Jakarta : Sinar Grafika, 2009 hal.36. Universitas Sumatera Utara Hukum harus ditegakan, namun dalam menegakan hukum atau dalam rangka menempatkan Hukum sebagai Panglima atau Supremasi Hukum. Selama hukum belum diposisikan sebagai “panglima”, maka selama itu pula supremasi hukum hanyalah angan-angan dan mimpi indah dari sebuah bangsa yang menyebutkan negaranya sebagai negara hukum. 51 Kejaksaan dan Kepolisian merupakan pranata publik penegak hukum, yang dalam sistem peradilan pidana justru merupakan sumber awal dari suatu proses peradilan. Peran-peran penegak hukum sangat penting dalam mewujudkan hukum in concreto. Untuk mewujudkan hal tersebut semata-mata bukan hanya fenomena pengadilan atau hakim, tetapi termasuk didalam pengertian itu adalah pejabat admintrasi pemberian pelayanan hukum, dan penegak hukum. 52 Sistem Peradilan Pidana SPP pada hakikatnya identik dengan sistem penegakan hukum pidana. Sistem penegakan hukum pada dasarnya merupakan Salah satu cara penegakan hukum yang dilakukan oleh para penegak hukum dimaksud ialah dimulai dengan proses Penyelidikan dan Penyidikan, penuntutan di muka sidang pengadilan dan seterusnya. Kegiatan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan tersebut pada umumnya dilakukan oleh aparatur pejabat negara yang dikenal bernama Polisi. 51 Elwi Danil, Opcit Hal 264 52 Bagir Manan, Pemikiran Negara Berkonstitusi di Indonesia, Makalah Temu Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum se Indonesia, Bandung : FH Unpad, 6 April 1999 , hal 17 Universitas Sumatera Utara sistem kekuasaan kewenangan menegakan hukum. 53 1 Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai pemegang kekuasaan Negara di bidang penegakan hukum, dimana Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai penyelidik dan penyidik terhadap semua jenis tindak pidana. Tugas dan wewenang kepolisian sebagai penegak hukum diatur dalam pasal 13, 14 dan pasal 16 dari UU Nomor 2 Tahun 2002, Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang proses penegakan hukum pidana berwenang sebagai penyidik umum terhadap semua jenis tindak pidana. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa: 2 Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden R.I. Kajian UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat disimpulkan yaitu : 1 Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam perspektif kebijaksanaan kriminal dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. 2 Hakikat sistem Peradilan Pidana SPP merupakan bagian integral dari kebijaksanaan kriminal, yang pada dasarnya merupakan sistem penegakan hukum pidana yang bertujuan untuk penangggulangan kejahatan. Status dan peran Polri dalam perspektif sistem peradilan pidana, sudah jelas, yakni sebagai bagian integral dari sistem peradilan pidana. Secara internasional hal inipun terlihat dalam laporan Kongres PBB ke-5 1975 53 Barda Nawawi Arief, Sistem Peradilan Pidana Terpadu Dalam Kaitannya dengan Pembaharuan Kejaksaan, Jakarta : MediaHukum, 2002, hal 27 Universitas Sumatera Utara mengenai “ the prevention of crime and the trearment of offenders, “ khususnya dalam membicarakan masalah law enforcement agencies,” yang menegaskan bahwa : “ it was recognized that the police were a component of the larger system of criminal justice which operated against criminality.” 54 Kedudukan Polri dalam penanganan perkara-perkara pidana diatur pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP dan Pasal 6, Pasal 7 ayat 2 , Pasal 107 dan Pasal 109 ayat 3 KUHAP. Rumusan yang terdapat dalam pasal itu diatur sangat Jelas Penyidik-penyidik dalam hukum acara pidana yakni berbunyi Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Dalam pelaksanaan Penyidikan di bawah Koordinasi Penyidik Polri dengan memberikan pengawasan, petunjuk dan bantuan Penyidikan. Kedudukan Polri menurut rumusan pasal tersebut Pembahasan mengenai status Polri sebagai komponen subsistem dari Sistem Peradilan Pidana, sudah jelas terlihat dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 dan UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Undang-undang tersebut secara eksplisit dijelaskan tentang kedudukan Polri sebagai Penyelidik dan Penyidik, aparat negara penegak hukum dan merupakan bagian atau komponen dari sistem peradilan pidana. 54 Laporan Kongres PBB ke-5 tahun 1975 sebagaimana dikutip Komisi Kepolisian Nasional, Uji Materi Wewenang Jaksa Sebagai Penyidik, Rubrik Hukum, Rabu, 13 Februari 2008. Universitas Sumatera Utara ditafsirkan oleh beberapa ahli pidana menunjukan posisi Polri dalam proses penyidikan tindak pidana sebagai Penyidik Utama. Dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi harus dilaksanakan melalui Undang-undang Tindak Pidana khusus yaitu Undang-undang No.31 tahun 1999 sebagaimana di ubah dengan Undang-undang No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Secara jelas ditemukan bahwa dalam rumusan Pasal 26 menegaskan bahwa: Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang Pengadilan terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam undang ini. 55 55 Elwi Danil, Op.cit, Hal 95 sama dengan rumusan Pasal 39 Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Penafsiran rumusan pasal diatas dengan jelas tersirat bahwa teknis proses penyidikan, penuntutan, dan pemutusan perkara korupsi oleh pengadilan dilakukan harus berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Atas penafsiran yang tersirat dalam undang-undang itu adalah Polri berwenang melakukan penyidikan tindak pidana korupsi di Indonesia. Polresta Medan sebagai salah satu satuan kewilayahan Polri maka secara otomatis kesatuan kewilayahan ini juga berhak melakukan penyidikan perkara-perkara tindak pidana korupsi di wilayah kerjanya. Universitas Sumatera Utara

2. Kewenangan Kejari Medan