2. Manfaat Praktis
Sebagai suatu informasi dan refrensi bagi individu, Instansi Polri yakni Polresta Medan dan Kejaksaan dalam hal ini Kejari Medan, Instansi terkait
lainnya serta mesyarakat luas yang terkait atau berkaitan langsung maupun tidak langsung dari objek yang diteliti dan dapat digunakan sebagai informasi
untuk perbaikan dan pembenahan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Menjadikan Indonesia Negara Good and
Clean Governement.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan hasil-hasil penelitian yang ada diperpustakaan Universitas Sumatera Utara USU Medan khususnya pada Magister Hukum
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai “PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI Studi Penyidikan di Polresta
Medan dan Kejari Medan ” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Tesis ini asli disusun sendiri
dan bukan diambil dari Tesis orang lain. Adapun beberapa Tesis karya mahasiswa yang terkait masalah TP
Korupsi, permasalahan dan bidang kajiannya sangat jauh berbeda, yaitu :
1. Tesis atas nama TOMO, NIM : 077005043, dengan Judul “
Penegakan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dalam
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara BUMN Menurut Perspektif Kekayaan Negara yang dipisahkan.”
2. Tesis atas nama LEO JIMMI AGUSTINUS, NIM : 057005035,
dengan Judul “ Penerapan pasal 8 Undang-undang No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia.” 3.
Tesis atas nama SRI LASTUTI, NIM : 992105018, dengan Judul “ Peranan Kejaksaan Dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana
Korupsi di Kejaksaan Negeri Medan.” 4.
Tesis atas nama RUMIDA SIANTURI, NIM : 077005105, dengan Judul “ Peran dan Kewenangan Polri dalam Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.”
Menghindari terjadinya duplikasi penelitian, maka pengumpulan data dan pemeriksaan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Peneliti tentang
“PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI Studi Penyidikan Di Polresta Medan dan Kejari Medan ” belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya
dilingkungan Universitas Sumatera Utara, jadi penelitian ini dapat dikatakan asli, bebas dari plagiat dan secara pribadi penulis bertanggungjawab menurut
hukum bila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat unsur plagiat dalam penyusunan Tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Terori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Hukum dibuat untuk dilaksanakan. Hukum tidak dapat lagi disebut hukum, apabila hukum itu tidak pernah dilaksanakan
13
Berdasarkan pemikiran dan pendapat ahli Friedman, dalam sistem hukum atau tepatnya pada struktur hukum, peran penegak hukum berada ditengah-
tengah dan dapat dikatakan sebagai hal yang mempengaruhi dan memberi . Oleh karena itu, hukum
dapat disebut konsisten dengan pengertian hukum sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan. Teori Hukum secara teoritis mempunyai fungsi yaitu
menerangkan atau menjelaskan, dapat menilai dan memprediksi serta dapat memberikan konstribusi pengaruh hukum positif. Misalnya dapat menjelaskan
ketentuan yang berlaku, dapat menilai suatu peraturan atau perbuatan hukum yang terjadi, serta dapat memprediksi bagaimana atau apa yang terjadi
manakala hukum tersebut dilanggar atau hukum tersebut tidak ditegakan oleh para penegak hukumnya.
Teori Hukum diatas disusun dengan memperhatikan Fakta-fakta dan filsafat hukum seperti Menurut Lawrence Friedman bahwa hukum harus
memuat Structure, Substansi dan Culture manakala menginginkan hukum itu dapat berjalan optimal sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pembuat
hukum itu.
13
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung : Alumni, 1979 , hal 21
Universitas Sumatera Utara
warna dalam proses penegakan hukum. Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah organisasi kompleks dimana struktur, substansi
dan kultur berinteraksi. Untuk menjelaskan latar belakang dan efek dari setiap bagiannya diperlukan dari banyak elemen sistem tersebut.
14
Output hukum adalah apa yang dihasilkan oleh sistem hukum sebagai respon atau tuntutan sosial. Berdasarkan teori Subs sistem yang menempatkan
aparat penegak hukum sebagai bagian dari Legal Sistem. Hukum dibagi atas klassifikasi sifat dan bentuknya. Dari pembagian Hukum Publik suatu sistem
negara terdapat Hukum Pidana yang mengatur hajat hidup orang banyak.
15
Sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik adalah hukum pidana. Hukum Pidana merupakan salah satu instrumen hukum yang sangat
urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik sangat penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak
pidana, menjaga stabilitas negara dan bahkan merupakan “Lembaga Moral” yang berperan merehabilitasi para pelaku pidana. Penjabaran nilai tahap akhir
untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
16
Kinerja dari aparat penegak hukum pidana untuk mewujudkan respon dalam upaya pencapaian cita-cita hukum diikat dalam kerangka Criminal
14
Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Bandung : Nusa Media, 2009 , hal 18
15
Moeljatno, Asar-asas Hukum Pidana, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2008 hal 2
16
Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Bandung; Alumni, 1983, hal 129
Universitas Sumatera Utara
Justice system CJS. Pada bagian CJS Teori Sub Sistem memandang keempat aparatur penegak hukum kepolisian, kejaksaan, Pengadilan dan lembaga
pemasyarakatan sebagai institusi pelaksana peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga keempat aparatur tersebut merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem penegakan hukum semata-mata.
17
Pendekatan adminstratif memandang keempat aparatur penegak hukum tersebut sebagai organisme manajemen yang memiliki mekanisme kerja, baik
yang bersifat horizontal maupun yang bersifat vertikal sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku dalam organisasi admintrasi. Keterpaduan dan
keterkaitan antara fungsi dan lembaga itu sebagai mana tergambar dalam pelaksanaan tugas Jaksa tidak akan bisa mengajukan kasus ke pengadilan tanpa
adanya berita acara pemeriksaan BAP dari Kepolisian. Sedangkan kepolisian yang telah mengadakan penyidikan tidak dapat “mem-by pass” kejaksaan untuk
membawa kasus ke pengadilan.
18
Khusus dalam perkara penanganan tindak pidana korupsi peranan penyidikan dilaksanakan juga oleh kejaksaan dan KPK. Proses penanganan
perkara tersebut kesemuanya tersebut tetap terikat dalam kerangka CJS sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana atau yang lebih dikenal dengan Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Kesepakatan didapat atas adanya
17
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana : Persfektif Eksistensialisme dan Abilisionisme, Bandung, Bina Cipta, 1996 hal 17-18
18
Elwi Danil, Opcit Hal 226
Universitas Sumatera Utara
kompromi politik dalam pembahasan rancangan undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi tahun 1999 menyerahkan atau menempatkan kewenangan
penyidikan terhadap tindak pidana korupsi untuk dilakukan sesuai dengan hukum acara yang berlaku.
19
Sebagai suatu sistem, peradilan pidana merupakan hasil interaksi antara peraturan perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah
laku sosial. Proses peradilan pidana dikenal Istilah Criminal Justice System atau
Sistem Peradilan Pidana SPP menunjukkan mekanisme kerja dalam penanggulangan kejahatan dengan mempergunakan dasar “pendekatan sistem”.
Menurut Remington dan Ohlin mengatakan :Criminal Justice System dapat diartikan sebagai pemakaian pendekatan sistem terhadap mekanisme
administrasi peradilan pidana.
20
Pendapat ahli lainnya Hagan membedakan pengertian Criminal Justice Process dan Criminal Justice System. Criminal Justice Process adalah setiap
tahap dari suatu putusan yang menghadapkan seseorang tersangka ke dalam proses yang membawanya pada penentuan pidana. Sedangkan Criminal Justice
Pengertian sistem itu sendiri mengandung implikasi suatu proses interaksi yang dipersiapkan secara rasional dan dengan cara efisien untuk
memberikan hasil tertentu dengan segala keterbatasannya.
19
Ibid hal 228
20
Muchamad Iksan, Dasar-Dasar Kebijakan Hukum Pidana Berperspektif Pancasila.
Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Selasa, 28 Februari 2012
Universitas Sumatera Utara
System adalah interkoneksi antar keputusan dari setiap instansi yang terlibat dalam proses peradilan pidana.
21
2. Landasan Konsepsional
a. Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
.
22
b. Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :
1 Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar aturan tersebut.
2 Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancam.
21
Ibid
22
Pasal 1 ke 2 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 KUHAP
Universitas Sumatera Utara
3 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan itu.
23
c. Tindak Pidana
Yang dimaksud Tindak pidana dalam penulisan ini adalah perbuatan yang melawan melanggar melanggar hukum. Adapun ukurannya ,
perbuatan melawan hukum yang mana ditentukan sebagai perbuatan pidana, hal itu adalah termasuk kebijakan pemerintah yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Biasanya perbuatan-perbuatan yang mungkin menimbulkan kerugian yang besar dalam masyarakat diberikan sanksi
pidana.
24
d. Korupsi
Tentang penentuan perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan pidana, dilakukan berdasarkan asas Legalitas yakni asas yang
menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sebagai demikian oleh suatu aturan undang-undang. pasal 1 ayat 1KUHP
Pengertian korupsi secara harafiah dapat diartikan dalam Kamus Bahasa Inggris – Indonesia, sebagai “jahat” atau “busuk” John M. Echols dan Hassan
Shadily, 1977:149, sedangkan The Advanced Learner’s Dictionary of Current English Oxford University Press, London 1963, p.218 mengartikan korupsi
23
Moeljatno, Asar-asas Hukum Pidana, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2008 Hal 1
24
Ibid hal 4
Universitas Sumatera Utara
sebagai “penawaranpemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap” corruption is defined as “the offering and accepting of bribes”. Dilihat dari
sudut terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam bahasa latin yang berarti kerusakan atau kebobobrokan, dan dipakai pula untuk
menunjukan sesuatu keadaan atau peristiwa yang busuk. Korupsi sering dikaitkan dengan ketidakjujuran atau kecurangan
seseorang dalam bidang keuangan. Korupsi juga dianggap sebagai perilaku menimpang dari tugas yang normal dalam pemerintahan karena pertimbangan
pribadi keluarga, sahabat pribadi dekat, kebutuhan uang atau pencapaian status atau melanggar peraturan dengan melakukan tindakan yang
memenfaatkan pengaruh pribadi.
25
. Melakukan korupsi berarti melakukan kecurangan atau penyimpangan menyangkut keuangan. Hal itu sebagaimana
dikemukakan oleh Henry Campbell Black yang mengartikan korupsi sebagai “an act done with an with official duty and the rights of other”
26
25
Hamid, Edy Suwandi dan Muhammad Sayuti, Menyingkap Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Indonesia, Yogyakarta , Aditya Media, 1999 hal 23
26
Henry Campbell Black, Black,s Law Dictionary With Pronouncations, St.Paul, Minn: West Publishing Co, 1983 hal.182
Terjemahan
bebas : Suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari
pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Korupsi perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan penipuan”
27
e. Tindak Pidana Korupsi
.
Banyak sekali pembahasan dan pengertian tentang korupsi yang kesemua itu artinya adalah perbuatan kotor,
menjijikan, pengkhianatan dan sebagainya. Yang kesemuanya itu menyangkut dengan keuangan atau perekonomian negara.
Konsep tindak pidana korupsi merupakan gabungan dua kata yang terdiri atas “ tindak pidana “ dan “ korupsi “. Bila kita ikuti dari makna
per kata tindak pidana korupsi adalah perbuatan yang dapat diancam hukum pidana. Bila dilihat dalam pemikiran sempit pemahaman dalam
arti sempit perbuatan memperkaya diri sendiri yang merugikan keuangan negara.
Pemahaman tentang Korupsi tidak sebagaimana pemahaman yang ada dan berkembang dimasyarakat luas. Rumusan hukum pidana tentang
korupsi mencakup aspek yang sangat luas, yang tidak hanya terbatas pada perbuatan memperkaya diri sendiri yang merugikan keuangan negara saja.
Akan tetapi lebih luas dari itu. Menurut Leiken, korupsi adalah penggunaan kekuasaan publik public power untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kemenfaatan politik.
28
27
Mansyur Semma, Opcit hal 23.
28
Azyumardi Azra, “Korupsi dalam Perspektif Good Governence” Jurnal Kriminilogi Indonesia, Vol.2 No.1 FISIP.UI Januari 2002, hal 32
Menurut persfektif
Universitas Sumatera Utara
hukum, defenisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No.31 tahun 1999 yo UU No.20 tahun 2001. Berdasarkan
pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk jenis tindak pidana korupsi.
29
G. Metode Penelitian