LATAR BELAKANG MASALAH Usulan mengolah materi pendidikan iman anak dalam kursus persiapan perkawinan dengan katekese model pengalaman hidup.

6 2. Menguraikan alasan pokok perlunya materi pendidikan iman untuk diolah dalam Kursus persiapan perkawinan. 3. Mengurauikan usaha apa yang cocok untuk mengolah materi pendidikan iman anak dalam membantu calon pasangan suami-istri dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang tua.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini, adalah: 1. Dapat mengetahui pentingnya pendidikan iman anak dalam membangun keluarga sebagai komunitas iman. 2. Calon pasangan suami-istri dapat memahami, menghayati dan mewujudkan tugasnnya sebagai orang tua dalam mendidik iman anak. 3. Memberi sumbangan pemikiran melalui katekese model pengalaman hidup untuk mengolah materi PIA dalam KPP dalam membangun keluarga sebagai komunitas iman.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi analitis. Metode analitis adalah suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang dianalis melalui data yang telah diperoleh dari sumber kepustakaan Sugiono , 2009: 29. Dalam 7 skripsi ini penulis mendeskripsikan tentang keluarga kristiani sebagai komunitas iman, pemahaman mendalam mengenai kursus persiapan perkawinan dan secara khusus upaya-upaya untuk mengolah materi PIA dalam KPP melalui katekese model pengalaman hidup.

F. Sistimatika Penulisan

Pada Bab pertama merupakan pendahuluan. Pada bagian ini, penulis memaparkan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistimatika penulisan. Bab kedua, penulis menguraikan materi kursus persiapan perkawinan dan pendidikan iman anak dalam kursus persiapan perkawinan yang meliputi: pengertian kursus persiapan perkawinan dan tujuan kursus persiapan perkawinan Materi kursus persiapan perkawinan, Pentingnya pendidikan iman dan materi- materi pendidikan iman anak yang perlu diolah di dalam kursus persiapan perkawinan. Bab ketiga, penulis menguraikan tentang katekese model pengalaman hidup untuk mengolah materi pendidikan iman dalam kursus persiapan perkawinan, keunggulan katekese model pengalaman hidup, unsur-unsur katekese model pengalaman hidup dan pengembangan langkah-langkah katekese model pengalaman hidup untuk mengolah materi pendidikan iman anak. 8 Bab empat, tema-tema materi pendidikan iman anak yang perlu diolah dalam kursus persiapan perkawinan dan contoh persiapan mengolah materi pendidikan iman anak dalam kursus persiapan perkawinan. Bab lima merupakan penutup seluruh skripsi ini, pada bab ini penulis memaparkan mengenai kesimpulan dan saran.

BAB II MATERI PENDIDIKAN IMAN ANAK

DALAM KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN

A. Keluarga Kristiani sebagai Komunitas Iman 1.

Pengertian keluarga Kristiani sebagai Komunitas Iman Keluarga secara umum terdiri dari suami-istri dan anak-anak mereka yang hidup secara terpisah dari orang lain dan terikat secara khusus. Keluarga menjadi kesatuan sosial terkecil. Keluarga sebagai kesatuan sosial artinya ada hubungan yang terjalin erat antara suami-istri, orangtua dan anak-anak. Begitu eratnya hubungan ini sehingga antara suami-istri tidak dapat dipisahkan. Mereka tidak dapat hidup sendiri, setiap anggota keluarga membutuhkan orang lain. Keluarga sebagai kesatuan sosial sekaligus juga kesatuan pribadi. Dalam keluarga ikatan perkawinan antara pria dan wanita yang menyatukan mereka sebagai pasangan telah menjadi tanda kesatuan Kristus dengan Gereja. Tanda ini tampak dalam relasi timbal balik antara suami dan istri yang menunjukkan hubungan timbal balik antara Kristus dengan GerejaNya. Konferensi Waligereja Indonesia 1996:54, juga menekankan pandangan keluarga sebagai komunitas iman. Keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup setiap anggotanya. Keluarga betanggung jawab atas dirinya sendiri, orang tua terhadap anaknya dan anak-anak terhadap orangtuanya. Dengan rasa tanggung jawab ini, setiap pribadi belajar untuk saling mencintai, mengampuni, dan memahami orang lain. Dengan melaksanakan tugas tersebut, keluarga disebut “Komunitas iman”. 10 Katekismus Gereja Katolik 1995:563 menyatakan bahwa Keluarga Kristiani merupakan satu penampilan dan pelaksanaan khusus dari persekutuan Gereja. Dalam keluarga kristiani ditampilkan persekutuan pribadi-pribadi, satu tanda, citra dan persekutuan Bapa dan Putera dalam Roh Kudus. Keluarga dipanggil, supaya mengambil bagian dalam doa dan kurban kristus. Keluarga kristiani mempunyai suatu tugas mewartakan dan menyebarluaskan Injil. Injil yang menjadi sumber kekuatan dalam keutuhan keluarga. Dimana Injil menjadi sebuah saksi dalam kehidupan berkeluarga. Keluarga kristiani diharapkan mampu menjadi pengikut Yesus Kristus yang sejati dengan mewartakan dan menyebarluaskan Injil dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan bermasyarakat. Keluarga sebagai Komunitas iman mengemban tugas-tugas Gereja. Menurut Konsili Vatikan II, Keluarga sendiri menerima perutusan dari Allah, untuk menjadi sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat. Perutusan itu akan dilaksanakannya, bila melalui iman timbal balik para anggotanya dan doa mereka bersama Allah, keluarga membawa diri bagaikan ruang ibadat Gereja di rumah; bila segenap keluarga ikut serta dalam ibadat liturgi Gereja, akhirnya bila keluarga ikut serta dalam ibadat liturgis Gereja, akhirnya bila keluarga secara nyata menunjukkan kerelaannya untuk menjamu, dan memajukan dan amal-perbuatan baik lainnya untuk melayani semua saudara yang sedang menderita kekurangan AA,art 11. Keluarga turut ambil bagian dalam sakramen suci ekaristi, melaksanakan doa-doa keluarga dan lingkungan, membina dan mengajarkan anak-anak tentang cinta kasih dan terutama memperhatikan saudara-saudara yang miskin dan menderita. Keluarga menjadi sekolah yang pertama bagi kehidupan katolik dimana angota