Katekse Model Pengalaman Hidup 1.

62 pengalaman hidup adalah sebagai fasilitator. Komunikasi yang terjadi antara pendamping dan peserta, peserta dan peserta adalah komunikasi antar subyek. Dialog antar subyek dalam katekese model pengalaman hidup yang dilaksanakan dalam KPP untuk mengolah materi PIA mendapatkan penekanan yang kuat. Selain antar subyek dialog juga terjadi dengan teks dan dengan keadaan setempat, maka katekese model pengalaman hidup merupakan pendekatan multi arah Groome, 1997: 1. Pendamping disebut sebagai subyek karena pendamping juga ikut terlibat untuk sharing pengalaman hidupnya. Melalui dialog calon pasangan suami-istri sebagai peserta kursus persiapan perkawinan dibantu menemukan pengalaman- pengalaman hidup mereka dan saling berbagi pengalaman. Pengalaman hidup yang disharingkan itu kemudian diolah dalam terang injil. Secara bertahap iman suami-istri semakin berkembang dan menjadi dewasa dan pada akhirnya pasangan suami-istri sampai pada pertobatan yang sempurna, yakni penyerahan diri secara total kepada Allah CT. art. 20.

B. Unsur-unsur Katekese Model Pengalaman Hidup

Katekese model pengalaman hidup dalam prosesnya menekankan segi dialogsharing, komunikasi iman dari peserta yang sederajat. Mereka bersaksi tentang iman mereka, ada unsur-unsur yang harus ada dalam proses katekese, hal itu melalui proses yang terus menerus Huber, 1981: 11. Katekese model pengalaman hidup memiliki beberapa unsur yakni: pengalama hidup, pengalaman iman dalam Kitab Suci dan tradisi Kristiani. 63

1. Pengalaman hidup

Katekese model pengalaman hidup adalah sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian yang berpangkal pada apa yang sungguh dialami. Maka proses ini bertolak dari pengalaman konkrit para peserta. Pengalamanpraktek adalah apa yang terjadi pada hidup peserta. Termasuk dalam pengalaman ini adalah situasi hidup beriman aktual dalam masyarakat itu. Jadi dalam pembinaan para peserta hendaknya dilatih untuk melihat dan mengalami pengalaman hidupnya sendiri. Tanpa kemampuan untuk mendalami pengalaman hidup sendiri, akan sulit baginya untuk mengantar umat mendalami pengalaman hidup dalam keluarga. Peserta diharapkan dalam proses ini ikut aktif dan kreatif dalam mengkomunikasikan pengalaman hidupnya, yang sungguh dialami, sehingga melalui komunikasi pengalaman menyentuh tingkat kesadaran diri sebagai subyek, mendorong dan menyemangati peserta agar terlibat aktif dalam proses.

2. Pengalaman iman dalam Kitab Suci dan tradisi kristiani

Komunikasi iman tidak bisa terlepas dari kesaksian para rasul, yang pertama-tama terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa sampai pada saat ini. Maka dari itu, komunikasi iman juga menyangkut ajaran Gereja sepanjang masa sampai pada saat ini. Maka dari itu, komunikasi iman juga menyangkut ajaran Gereja yang secara resmi diteruskan oleh hierarki. Ajaran Kristiani harus dimengerti secara luas, menyangkut tradisi, spritualitas, liturgi, dan segala praktek hidup Gereja yang menampakkan Kristus. 64 Maka pendamping katekese harus dibekali dengan pemahaman yang memadai tentang Kitab Suci, ajaran Gereja, liturgi, dsbnya. Karena Pendamping katekese harus mampu membawa para peserta sampai pada proses berdasarkan rahmat kekuatan roh kudus dan kesedian keterbukaan peserta, semua dimampukan untuk menanggapi, mengalami perwahyuan Allah, serta mewujudkannya didalam kehidupan sehari-hari Heryatno, 1997: 31.

3. Komunikasi Iman

Dalam katekese peserta berkomunikasi pengalaman biasa, lalu meningkat komunikasi pengalaman iman, dimana peserta memadukan pengalamannya dengan pengalaman iman umat dalam Kitab Suci. Artinya, orang melihat campur tangan Tuhan dalam pengalaman manusiawinya. Untuk itu diperlukan latihan dan pembiasan. Seorang Pendamping katekese harus dilatih juga untuk itu, sehingga ia dapat juga membimbing para peserta kearah itu. Dalam komunikasi iman ini terungkap keprihatinan maupun kegembiraan iman yang merupakan keadaan dan sikap peserta pada saat itu, serta mengungkapkan perwahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas perwahyuan tersebut Sumarno Ds. 2001: 17-18. 65

4. Arah keterlibatan baru

Kelompok murid-murid Kristus adalah kelompok yang dipanggil dan diutus. Maka, katekese sebagai komunikasi iman harus menolong para peserta katekese untuk mengalami panggilan mereka dan menjalankan perutusan mereka. Untuk itu komunikasi iman terarah kepada pembaharuan hidup dan keterlibatan kelompok umat dalam pengembangan masyarakat. Hal ini diungkapkan dalam bentuk perencanaan yang konkrit. Kalau perencanaan itu dijalankan, maka pengalaman dan praktek baru dialami oleh kelompok. Dan dari sini dimulai lagi proses katekis yang baru. Jadi seorang pembina katekese harus dapat memahami, menghayati dan mendampingi umatnya untuk mengikuti panggilan dan perutusan untuk teribat dalam masyarakatnya secara terarah dan terancana.

C. Pengembangan Langkah-langkah Katekese model Pengalaman Hidup untuk Mengolah Materi PIA

Katekese model pengalaman hidup bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta Sumarno, Ds. 2009: 11, yang kemudian situasi hidup itu diterangi oleh pengalaman iman dari Kitab Suci. Proses katekese model pengalaman hidup memiliki langkah-langkah: mengungkapkan pengalaman hidup peserta, pendalaman pengalaman iman, penerapan iman kristiani dalam situasi konkrit dan mengusahakan suatu aksi konkrit. 66

1. Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

Langkah ini, peserta diberi kesempatan untuk mensharingkan pengalaman hidupnya sehari-hari atau melihat apa yang terjadi dalam level hidup harian, misalnya kesulitan atau permasalahan apa yang sedang dialami oleh peserta dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua terutama dalam hal pendidikan atau perkembangan anak dalam keluarga. Pada langkah ini pula, pendamping pula menyajikan cerita-cerita yang mendukung proses pendampingan mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi orang tua kristiani dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik iman. Dengan adanya sarana pendukung, dapat merangsang perserta untuk berani terbuka mengungkapkan pengalaman hidupnya kepada peserta lain.

2. Pendalaman Pengalaman Hidup

Dalam proses ini pendamping membantu peserta untuk mengolah pengalaman hidup peserta yang telah disharingkan dan seterusnya harus berhubungan dengan pendidikan iman anak.memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman hidup para peserta. Para peserta diajak untuk melihat secara mendalam kelebihan dan kekurangan apa yang dilakukan dalam kaitannya dengan usaha untuk meningkatkan pendidikan iman anak dalam keluarga. 67

3. Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Setelah mengungkapkan pengalaman dan pendalaman pengalaman hidup, peserta diajak untuk mendalami ajaran Kitab Suci atau dokumen Gereja yang berhubungan dengan peranan orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga. Setelah pesan iman ditemukan, peserta diajak untuk merenungkan kembali pengalaman hidupnya, merefleksikan harapan Tuhan, sapaan Tuhan dalam pengalaman hidupnya.

4. Penerapan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit

Pada proses ini pendamping mengajak peserta untuk menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap negatif yang hendak dihilangkan dan nilai-nilai baru yang mau dikembangankan sehubungan persiapan-persiapan yang dilakukan oleh pasangan calon suami-istri dalam hal pendidikan iman anak. pada langkah ini, peserta mendialogkan hasil pengolahan dari langkah pertama sampai langkah ketiga. Peserta merefleksikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani yang meneguhkan, mengkritik atau mempertanyakan, yang mengundang mereka untuk melangkah kekehidupan yang lebih baik demi terwujudanya Kerajaan Allah. Harus nya ini mereka siap untuk menjadi orang tua memahami apa yang dilakukan dalam pendidikan iman anak.

5. Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit

Pada bagian akhir proses katekese pendamping mengajak para pasangan calon suami-istri untuk sampai pada keputusan praktis yaitu mendorong para