Manfaat Penulisan Metode Penulisan

11 keluarga belajar dengan tekun, gembira dengan pekerjaan, mengalami cinta persaudaraan dan memperoleh rahmat pertobatan melalui doa dan ibadat. Menurut Paus Yohanes Paulus II, sebuah keluarga kristiani hanya layak disebut sebagai komunitas iman bila hidup anggotanya dijiwai oleh iman. Keluarga sebagai komunitas iman memiliki kekhasan sebagai Gereja mini. keluarga kristiani merupakan unsur pembentukan Gereja, yang pertama ditandai oleh sikap hormat dan kasih kepada Kristus dan Gereja-Nya. Sebagai komunitas iman diharapkan, keluarga turut serta dalam tugas perutusan Gereja mewartakan Kerajaan Allah. Iman keluarga hendaknya diyakini, dipahami, diungkapkan, dirayakan, diwartakan, dan diamalkan secara terus-menerus, baik di dalam maupun di luar rumah. Konsili Vatikan II mengatakan bahwa: Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan sukarela menerima sebagian kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya”. DV art. 5. Dari pemaparan di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa keluarga sebagai komunitas iman adalah keluarga yang dijiwai oleh iman dan senantiasa mengembangkan hidup beriman kristiani. Dalam keluarga kritiani, seluruh anggotanya melaksanakan hidup kesehariannya dengan pola hidup seperti Yesus. Pola hidup Yesus itu terwujud dalam perjuangan berani memanggul salib yakni dengan: mau menderita, berkorban, siap berjuang dalam kesulitan, tidak egois, tidak mudah tergoda dan akhirnya siap melawan arus yang berlawan dengan kehendak Allah. 12

2. Dasar-dasar Membangun Keluarga Kristiani sebagai Komunitas Iman

a . Cinta suami-istri Suami-istri dipertemukan untuk saling mencintai dan hidup bersatu dalam jiwa dan badan, guna saling membahagiakan satu sama lain, itulah dasar membangun keluarga sebagai komunitas iman. Keluarga hendaknya dibangun dengan cinta dan penyerahan secara total seluruh hidup suami-istri pada kehendak Allah. Sejarah keselamatan dipenuhi dengan tema perjanjian nikah yang merupakan satu ungkapan penting bagi kesatuan cinta kasih antara Allah dan manusia, serentak sebagai satu pengertian kunci untuk memahami dalam simbolisme tahap-tahap perjanjian besar yang diadakan Allah dengan umat-Nya. Perkawinan berlandaskan cinta merupakan gambaran perjanjian kasih Allah antara Kristus dan Gereja-Nya. Dikatakan suami-istri yang diberkati melalui perkawinan menjadi gambaran dan tanda pernjanjian Allah dengan umatNya. Maka pria dan wanita yang telah menikah saling terikat dan terpisahkan. Suami-istri sebagai mahluk pribadi dan bermartabat pada hakikatnya adalah sama. Pernyataan tersebut dijelaskan dalam Kitab Kejadian: “maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakan laki-laki dan perempuan” Kej 1:27. Hendaknya suami-istri saling mencintai, karena dengan saling mencintai suami-istri karena seturut dengan Allah. menciptakan manusia pria dan wanita untuk hidup saling melengkapi, sehingga antara pria dan wanita memiliki posisi yang sama di mata Allah yakni mahluk pribadi yang bermartabat. Inilah hak setiap orang yang tak dapat dihapus di hadapan Tuhan dan juga manusia FC art 22. Kesadaran manusia itu sebagai