Penyajian Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

62 manufaktur, pemasaran dan distribusi cerutu, rokok dan produk lain yang dibuat dari tembakau. Perusahaan ini mendistribusikan produk-produknya di seluruh dunia melalui Dunhill, Kent, Lucky Strike dan Pall Mall.

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Variabel Perubahan Laba Bersih X

1 Laba digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan operasional perusahaan. Laba merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar modal, menentukan dan menjelaskan laba suatu usaha pada satu periode merupakan tujuan utama laporan laba rugi income statement. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai laba bersih sebagai berikut: Tabel 4.1. Data Laba Bersih pada Perusahaan Rokok Tahun 2005 sd 2008 No Nama Perusahaan Tahun Laba Bersih Perubahan Laba Bersih X1 2004 1.991.852.000.000 - 2005 2.383.066.000.000 391.214.000.000 2006 3.530.490.000.000 1.147.424.000.000 2007 3.624.018.000.000 93.528.000.000 1 PT. HM Sampoerna Tbk 2008 3.895.280.000.000 271.262.000.000 2004 80.938.000.000 - 2005 108.166.000.000 27.228.000.000 2006 145.510.000.000 37.344.000.000 2007 242.917.000.000 97.407.000.000 2 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 2008 239.138.000.000 -3.779.000.000 2004 -17.497.000.000 - 2005 19.082.000.000 36.579.000.000 2006 -62.123.000.000 -81.205.000.000 2007 -34.218.000.000 27.905.000.000 3 PT. BAT Indonesia Tbk 2008 -86.621.000.000 -52.403.000.000 Sumber : Laporan Keuangan 2004-2008 63 Tabel diatas memberikan informasi bahwa perubahan laba bersih yang paling besar dimiliki oleh perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk pada tahun 2006 dengan nominal sebesar Rp. 1.147.424.000.000,-, sedangkan perubahan laba bersih terkecil atau dapat dikatakan perusahaan tersebut mengalami kerugian adalah PT. BAT Indonesia Tbk pada tahun 2006 dengan nominal sebesar Rp. 81.205.000.000,-. Adanya perbedaan kondisi pada perusahaan rokok tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya dalam perusahaan tersebut dalam usaha untuk mendapatkan laba masalah yang dihadapi berbeda pula. Seperti yang diketahui laba bersih merupakan alat untuk mengukur kemampuan operasional perusahaan. Oleh karena PT. HM Sampoerna Tbk mampu meperoleh laba bersih yang tinggi maka nilai perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi, sedangkan untuk perusahaan PT. BAT Indonesia Tbk yang justru mengalami kerugian mengindikasikan bahwa nilai perusahan tersebut mengalami penurunan.

4.2.2. Variabel Perubahan Piutang X

2 Piutang receivable meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi atau debitor lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai perubahan piutang sebagai berikut: 64 Tabel 4.2. Data Perubahan Piutang pada Perusahaan Rokok Tahun 2005 sd 2008 No Nama Perusahaan Tahun Piutang Penjualan Perubahan Piutang X2 2004 271.434.000.000 17.646.694.000.000 - 2005 429.477.000.000 24.660.038.000.000 0,1848 2006 324.360.000.000 29.545.083.000.000 -0,4429 2007 510.342.000.000 29.787.725.000.000 0,5652 1 PT. HM Sampoerna Tbk 2008 132.938.000.000 34.680.445.000.000 -0,9038 2004 111.620.000.000 4.226.135.000.000 - 2005 68.005.000.000 2.176.178.000.000 0,0943 2006 96.371.000.000 2.996.514.000.000 0,0402 2007 138.587.000.000 4.586.007.000.000 -0,0924 2 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 2008 136.699.000.000 5.940.801.000.000 -0,3090 2004 15.727.000.000 573.426.000.000 - 2005 30.225.000.000 1.510.386.000.000 -0,7121 2006 39.996.000.000 1.372.102.000.000 0,4148 2007 59.594.000.000 1.559.117.000.000 0,3537 3 PT. BAT Indonesia Tbk 2008 58.022.000.000 1.419.203.000.000 0,0634 Sumber : Laporan Keuangan 2004-2008 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perubahan piutang terbesar dimiliki oleh perusahaan PT. BAT Indonesia Tbk pada tahun 2006 dengan nilai sebesar Rp. 0,4148,-, sedangkan perusahaan yang memiliki perubahan piutang terkecil adalah perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk dengan nominal sebesar – Rp. 0,9038,-. Piutang dalam penelitian ini meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi atau debitor lainnya. Bagi perusahaan yang memiliki nominal piutang tinggi menunjukkan bahwa klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi atau debitor lainnya juga semakin tinggi, demikian halnya sebaliknya bagi perusahaan yang memiliki perubahan piutang rendah. 65

4.2.3. Variabel Perubahan Hutang Dagang

X 3 Hutang dagang AC payable merupakan suatu bentuk sumber dana jangka panjang yang umum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai Ukuran Perusahaan sebagai berikut: Tabel 4.3. Data Perubahan Hutang Dagang Perusahaan Rokok 2005 sd 2008 No Nama Perusahaan Tahun Hutang Dagang Perubahan Hutang Dagang X3 2004 426.723.000.000 - 2005 897.712.000.000 470.989.000.000 2006 409.508.000.000 -488.204.000.000 2007 566.495.000.000 156.987.000.000 1 PT. HM Sampoerna Tbk 2008 474.660.000.000 -91.835.000.000 2004 204.901.000.000 - 2005 52.606.000.000 -152.295.000.000 2006 79.861.000.000 27.255.000.000 2007 116.090.000.000 36.229.000.000 2 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 2008 220.127.000.000 104.037.000.000 2004 31.662.000.000 - 2005 11.686.000.000 -19.976.000.000 2006 40.718.000.000 29.032.000.000 2007 37.649.000.000 -3.069.000.000 3 PT. BAT Indonesia Tbk 2008 57.855.000.000 20.206.000.000 Sumber : Laporan Keuangan 2004-2008 Tabel diatas menunjukkan bahwa PT. HM Sampoerna Tbk memiliki nilai perubahan hutang dagang terbesar yakni sebesar Rp. 470.989.000.000,- pada tahun 2005 dan satu tahun kemudian 2006 PT. HM Sampoerna Tbk memiliki perubahan hutang dagang terkecil dengan nominal sebesar - Rp. 488.204.000.000. Utang dagang timbul karena pembelian suatu barang disetujui dan penjual setuju bahwa pembelian tersebut dibayar kemudian, maka dikatakan pembeli memperoleh kredit atau sumber utang dagang trade 66 credits. Kondisi yang dialami oleh PT. HM Sampoerna Tbk tersebut dapat disebabkan karena pada tahun 2005 PT. HM Sampoerna Tbk berusaha untuk melakukan expansi perluasan wilayah pemasaran sehingga mereka berani memberikan kredit dalam jumlah yang besar, namun pada tahun berikutnya oleh karena masih banyak piutang yang belum kembali maka perusahaan mengurangi pemberian kredit atau sumber utang dagang trade credits.

4.2.4. Variabel Perubahan Arus Kas X

4 Arus kas cash flow adalah ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai Perubahan Arus Kas sebagai berikut: Tabel 4.4. Data Perubahan Arus Kas Perusahaan Rokok Tahun 2005 sd 2008 No Nama Perusahaan Tahun Arus Kas Perubahan Arus Kas X4 2004 2.428.218.000.000 2005 1.352.844.000.000 -1.075.374.000.000 2006 1.005.445.000.000 -347.399.000.000 2007 401.260.000.000 -604.185.000.000 1 PT. HM Sampoerna Tbk 2008 487.411.000.000 86.151.000.000 2004 392.152.964.049 2005 466.080.210.231 73.927.246.182 2006 273.691.401.940 -192.388.808.291 2007 593.803.498.850 320.112.096.910 2 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 2008 76.694.242.894 -517.109.255.956 2004 28.193.000.000 2005 108.460.000.000 80.267.000.000 2006 12.806.000.000 -95.654.000.000 2007 102.599.000.000 89.793.000.000 3 PT. BAT Indonesia Tbk 2008 136.743.000.000 34.144.000.000 Sumber : Laporan Keuangan 2004-2008 67 Tabel diatas menginformasikan bahwa perusahaan yang memiliki perubahan arus kas terbesar adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2007 dengan nominal sebesar Rp. 320.112.096.910,-, sedangkan perusahaan yang memiliki perubahan arus kas terkecil adalah PT. HM Sampoerna Tbk pada tahun 2005 dengan nominal sebesar – Rp. 1.075.374.000.000,-. Arus kas memberikan informasi yang memungkinkan pemakai laporan keuangan untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan. Perubahan nilai arus kas yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut perputaran aktiva yang cepat dan untuk kelangsungan usahanya dalam jangka panjang perusahaan menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktivitas operasi. Oleh karena itu, laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang memperlihatkan aktivitas-aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan yang mempengaruhi kas selama suatu periode akuntansi.

4.2.5. Variabel Keuntungan Investasi Laba Per Lembar Saham Y

Laba bersih per lembar saham ini diperoleh setelah pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai Laba bersih per lembar saham sebagai berikut: 68 Tabel 4.5. Data Laba per lembar saham Perusahaan Rokok Tahun 2005 sd 2008 No Nama Perusahaan Tahun Eps Perubahan Eps 2004 454 2005 544 90 2006 805 261 2007 827 22 1 PT. HM Sampoerna Tbk 2008 889 62 2004 12 2005 16 4 2006 22 6 2007 36 14 2 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 2008 36 2004 -265 2005 289 554 2006 -941 -1.230 2007 -518 423 3 PT. BAT Indonesia Tbk 2008 -1.312 -794 Sumber : Laporan Keuangan 2004-2008 Tabel diatas menginformasikan bahwa perusahaan yang memiliki perubahan nilai laba bersih per lembar saham terbesar adalah PT. BAT Indonesia Tbk pada tahun 2005 dengan nominal sebesar Rp. 554,-, sedangkan perusahaan yang memiliki perubahan nilai laba bersih per lembar saham terkecil adalah PT. BAT Indonesia Tbk pada tahun 2006 dengan nominal sebesar – Rp. 1.230,-. Perusahaan berhasil untuk meningkatkan laba bersih yang akan membuat para investor tertarik untuk berinvestasi dan berdampak pula pada peningkatan harga saham perusahaan. Karena investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna 69 mengambil keputusan investasi. Peningkatan dan penurunan pada earning per share menunjukkan perbandingan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal.

4.3. Analisis Data

Dokumen yang terkait

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KESULITAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFKTUR GO PUBLIK)

0 2 13

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KESEHATAN PERBANKAN (Studi Kasus Pada Perbankan Go Publik yang Terdaftar di BEI).

0 0 9

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI LABA DALAM MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI (Studi Empiris pada Industri Manufaktur Kelompok Food & Beverage pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI).

1 1 6

Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keputusan Investasi Bagi Investor Di perusahaan Industri Pada Indotern Yang Terkait Di Bursa.

0 0 130

Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keputusan Investasi Bagi Investor Di perusahaan Industri Pada Indotern Yang Terkait Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 130

PENGGUNAAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI BAGI INVESTOR PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND COMPONENTS YANG GO PUBLIC DI BEI.

0 0 98

PENGGUNAAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI BAGI INVESTOR PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND COMPONENTS YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

0 0 21

PENGGUNAAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEUNTUNGAN INVESTASI BAGI INVESTOR PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BEI SKRIPSI

0 0 20

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA INTERNET PADA WARNET “TRANSNET” DI SURABAYA SKRIPSI

0 0 16

Kemampuan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keputusan Investasi Bagi Investor Di perusahaan Industri Pada Indotern Yang Terkait Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25