Modul Bahasa Jawa PLPG Tahun 2012 4
akan lahir guru-guru kreatif, inovatif, cerdas, dan berkarakter kuat. Merujuk paparan di atas, diharapkan guru-guru professional yang mampu merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran inovatif, menilai, dan menindaklanjuti permasalahan-permasalahan di kelas dapat direalisasikan sejak awal oleh guru
melalui workshop SSP.
3. Menjadi Guru Profesional
Predikat guru profesional sering didengar dan didiskusikan oleh para guru di berbagai sekolah di Indonesia, bahwa saya guru professional. Setiap orang
selalu mengaku yang paling baik, benar, dan tidak mau menerima masukan orang lain. Hal ini fenomena yang wajar karena sifat yang dimiliki oleh guru sebagai
manusia biasa. Setiap guru memiliki kebisaan yang berbeda-beda tetapi berdampak besar terhadap kehidupannya sebagai guru dan peserta didiknya. Oleh
karena itu, perlu dipikirkan pengubahan mindset pemikiran seorang guru yang berkorelasi dengan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
bagaimana agar kebisaan dan perilaku hidup sehari-hari tersebut tidak mempengaruhi psikis seseorang guru dalam pembelajaran di kelas?
Kondisi karut marut bangsa Indonesia menjadi bahan renungan bagi semua elemen bangsa. Hal ini seperti dikatakan Arifin 2010 bahwa saat ini banyak
orang yang sudah tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diembannya secara amanah. Anggota DPR yang tidur saat sidang atau bahkan tidak pernah
menghadiri sidang, sipir penjara yang berkolusi membebaskan narapidana, polisi yang tidak menjaga letusan senjatanya, jaksa yang menjual tuntutan demi meraih
ratusan juta bahkan miliaran rupiah, hakim yang tidak menjalankan tugas undang- undang untuk menghadirkan saksi penting, dan banyak lagi contoh drama
pengingkaran tanggung jawab yang dimainkan oleh pejabat publik di negeri ini. Mungkinkah sekarang ada juga, guru yang tidak menjalankan tugas dan
kewajibanya dengan baik tetapi menutut haknya secara berlebihan? Pertanyaan ini menjadi bahan refleksi untuk kita semua sebagai guru bangsa.
Merujuk pemikiran di atas, siapa yang salah? Guru, dosen, pemerintah atau sumua salah. Selama rentang tahun 2010 ini alhamdulillah banyak orang
membicarakan masalah karakter. Hal ini menunjukkan kesadaran akan karut marutnya kondisi karakter bangsa Indonesia. Ini menjadi sangat ironis. Dengan
Modul Bahasa Jawa PLPG Tahun 2012 5
kondisi bangsa saat ini, pendidikan karakter bukan hanya sekadar fenomena yang didiskusikan dan dikaji tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan.
Pertanyaanya harus dimulai dari manakah untuk membentuk guru professional yang cerdas dan berkarakter kuat?
Guru cerdas dan berkarakter kuat harus dibentuk sejak kuliah di LPTK. Apabila sudah terlanjur menjadi guru maka harus memiliki keinginan berubah
sikap dan perilakunya dalam mengajar sejak mengikuti PLPG. Baik elemen masyarakat pendidikan, guru, dosen, pemerintah, mahasiswa, dan pelajar. Semua
elemen tersebut harus memiliki sifat dasar dan karakter yang kuat sebagai generasi penerus bangsa. Banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk
mewujudkan guru cerdas dan berkarakter kuat. Salah satunya melalui PLPG dalam rangka mensertifikasi guru-guru dalam jabatan. Namun demikian, semua
usaha tersebut masih belum menunjukkan titik terang dan hasil yang nyata. Hal ini dapat dibuktikan, penguasaan metode dan kekayaan komptensi guru masih harus
ditingkatkan karena sepulang dari PLPG kembali ke lagu lama aku masih seperti yang dahulu . Bagaiman pembelajaran akan berhasil menerapkan model-model
pembelajaran aktif, kreaatif, dan menyenangkan di kelas apabila para guru sudah bersikap pesimis seperti itu?
Untuk menjawab uraian tersebut di atas, jawabnya bergantung guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran di kelas. Seorang guru professional harus
dapat menyiapkan perencanaan, pelaksanan, penilaian, dan tindak lanjut dengan professional. Oleh karena itu, modul ini akan memberikan sumbangan pemikiran
mengenai workshop SSP bagi peserta PLPG utuk menyiapkan guru yang mampu: 1 menulis silabus, 2 menulis RPP, 3 bahan ajar, 4 lembar kerja siswa
LKS, 5 media pembelajaran, dan 6 membuat kisi-kisi dan instrumen penilaian. Semoga pemikiran ini dapat menjadi pelengkap bagi aneka pemikiran
para cendikia dan pakar pembelajaran sehingga dapat menghasilkan guru-guru cerdas, dan berkarakter kuat untuk membangun bangsa tercinta ini. Hal ini selaras
dengan pendapat Furqon Hidayatullah no teacher no education , tidak ada pendidikan tanpa guru . Dengan demikian, guru memiliki peran penting dalam
penyelenggaraan pendidikan dalam berbagai konteks pembelajaran.
Modul Bahasa Jawa PLPG Tahun 2012 6
B. TUJUAN WORKSHOP