45
memecat Tualang dari istana dengan alasan yang sengaja dibuat-buat atau direkayasa.
Pada hari itu Tualang dengan keadaan wajah sedih dan lesu mengemasi pakaiannya, karena selain dipecat ia juga diusir dari istana
tanpa mendapat penjelasan tentang kesalahannya. Seperti pepatah, Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah nasib Tualang, tidak mendapatkan
cintanya, malah dipecat pula dari pekerjaannya.
Dan begitu ia mengetahui alasannya dipecat dari salah seorang dayang istana, hatinya menjadi hancur lebur.ia juga menjadi kasihan akan
derita Tuan Putri yang dikurung dikamarnya dan dijaga ketat dengan beberapa pengawal istana.
4.2.4 Kepribadian Pak Tua
Pak Tua adalah seorang yang memiliki kepribadian Ekstrovert. Hal itu terbukti ketika Pak Tua menyelamatkan Putri Pinang Mancung yang belum
dikenalnya dan belum diketahui asal-usulnya. Pak Tua juga tidak ragu untuk
membawa Putri Pinang Mancung kerumahnya. Perhatikan kutipan berikut :
Pria tua itu kemudian mencari diantara semak belukar kemudian memetik beberapa daun. Kemudian dipatah-patahkannya dedaunan
tersebut dan cairan getah putih kekuninggan mengalir denan lancar. Selanjutnya cairan itu di oleskan di sekujur tubuh yang terluka. “Getah ini
sangat ampuh untuk menawarkan racun dilukamu, dengan ijin Allah,” kata pria berjubah putih itu. “Beruntunglah engkau wahai gadis cantik, sebab
luka-lukamu tidak terlalu parah. Kulitmu yang terluka bisa kurapatkan lagi.” Setelah luka-luka Putri Pinang Mancung diolesi hingga rata, pria tua
tersebut menunggu sejenak. Kemudian tangannya mengusap luka Putri Pinang Mancung dan terjadilah keajaiban. Luka-luka menganga di tubuh
putri pinang mancung merapat dan hanya tinggal gurat samar. “Gerakkan tubuhmu sedikit agar terkena sinar matahari” kata pria tua itu. Putri Pinang
Mancung menurut dan seketika gurat samar di kulit Putri Pinang Mancung hilang dan ajaibnya kulit Putri Pinang Mancung kembali seperti semula.
Seakan bagian yang pulih itu tidak pernah mengalami luka sedikitpun. “Sekarang engkau duduklah dengan perlahan.” Karena takjubnya,Putri
Pinang Mancung bangkit dan duduk penuh semangat. Seketika ia menjerit kesakitan dan kembali merebahkan badannya. “Sudah aku katakan kepada
engkau untuk duduk dengan perlahan saja”. Tariklah nafas dengan dalam dan biarkan aliran darahmu mengalir. Sekarang engkau coba sekali lagi
dengan perlahan. Akhirnya Putri Pinang Mancung dapat duduk, berdiri
Universitas Sumatera Utara
46
dan berjalan. Tetapi untuk kesembuhannya Putri Pinang Mancung harus meminum ramuan khusus yang akan diberi bapak tua itu. Dan bapak itu
mengajak Putri Pinang Mancung kerumahnya. Keduanya kemudian berjalan menyusuri hutan. Perjalanan itu teramat lambat karena beberapa
kali mereka harus berhenti. Menunggu hingga rasa perih yang mengganggu dalam tubuh tuan putri mereda. Setiap kali, pria tua yang
ternyata memiliki wajah yang sama ramahnya dengan tutur katanya, menunggu dan memerhatikan dengan sabar seraya member beberapa
petunjuk untuk mengurangi rasa sakit. Di tengah perjalanan, mereka dihadapkan dengan ular besar menjulur melilit di batang pohon berkepala
lancip dan lidah bercabang keluar masuk dari ujung muncungnya. Pak Tua kemudian berhenti dan menatap diam dan lama kepada ular tersebut.
Ternyata Pak Tua berkomunikasi dengan ular tersebut. Tak lama kemudian ular tersebut pergi merayap naik ke cabang yang lebih tinggi.
Putri Pinang Mancung tertegun dan heran kemudian bertanya kepada Pak Tua, ” Apa yang sedang engkau lakukan terhadap ular tersebut hingga ia
pergi?” “sesungguhnya aku dan ular itu saling bercerita, kukatakan padanya bahwa engkau adalah tamuku dan dalam perlindunganku hingga
senja,”kata pria itu kemudian. “Begitu malam tiba, maka kau harus mampu melindungi dirimu sendiri.” “Apa yang engkau maksud wahai Pak
Tua?” Putri Pinang Mancung kaget. “Sebelum malam tiba engkau harus telah pergi, maka dari itu kita harus bergegas….” Mereka mempercepat
lamgkah. Perasaan cemas dan takut mendorong semangat Putri Pinang Mancung dan meredakan sakit pada bagian dalam tubuhnya. Tak lama
Putri Pinang Mancung bertanya kembali, ”Wahai Pak Tua,sebenarnya siapakah anda?’ “Aku adalah seorang kepala suku.” “Kepala suku apakah
engkau?” Pria tua diam. Tidak menjawab. Putri Pinang Mancung juga turut diam. Tak lama kemudian mereka sampai di rumah Pak tua.
Sesampai di rumah pria tua itu, Putri Pinang Mancung dipersilahkan masuk dan disuguhi bermacam-macam jenis makanan. Kemudian Putri
Pinang Mancung dipersilahkan makan. Setelah makanannya habis¸ Putri Pinang Mancung disuguhi secangkir teh dan ia segera meminumnya.
Dominasi kepribadian Pak Tua tidak terlihat terhadap Putri Pinang Mancung. Karena ketika Pak Tua mencoba menyuruh Putri Pinang Mancung
untuk segera pergi dari kediamannya, Putri Pinang Mancung memohon kepada Pak Tua untuk diperbolehkan tinggal dirumahnya dan hal itu dikabulkan oleh Pak
Tua. Hal tersebut dapat kita lihat pada kutipan cerita berikut; Waktu semakin sore dan pria tua itu mulai bersikap dingin kepada
Putri Pinang Mancung. Dari mulut pria tua itu keluar kata-kata “Waktunya engkau pergi wahai perempuan cantik”. “Kemana saya harus pergi?”.
“Aku tidak tau dan tidak perlu tahu” jawab pria tua. Putri Pinang Mancung terjengah, bingung. Kemudian Putri Pinang Mancung menceritakan
Universitas Sumatera Utara
47
tentang permasalahan yang sedang ia hadapi dan dia merupakan Putri Raja yang jatuh hati kepada budak istana yang bernama Tualang yang berbudi
pekerti. Tetapi ayahnya tidak merestui hubungan mereka dan berniat menjodohkan Putri Pinang Mancung dengan putra raja dari kerajaan
seberang dan ia menolaknya. Dan orang yang dicintainya di usir dari istana setelah dipecat dari pekerjaannya. Setelah itu, Putri Pinang
Mancung melarikan diri dengan tujuan mencari keberadaan Tualang. Sampai akhirnya terjebak dan tersesat di hutan. “Apa yang saya alami
berikutnya, tentu Pak Tua sudah tahu,bukan?” kata Putri Pinang Mancung kemudian.
“Kalau begitu ceritanya, maka untuk sementara kau boleh tinggal dirumahku ini...karena aku cukup prihatin atas nasib malang yang
menimpamu”. “Terima kasih, pak tua” Putri Pinang Mancung bersimpuh di hadapan Pak tua.
Kepribadian yang berbeda dari tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung menetukan perilaku sehari-hari para tokoh-tokoh itu sendiri, apakah
perilaku itu baik maupun buruk. Dengan demikian hendaknya hal tersebut dapat dipahami dan dijadikan pembelajaran untuk kehidupan yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN