Kepribadian Raja Pangeran Kepribadian Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung

43

4.2.3 Kepribadian Raja Pangeran

Raja Pangeran adalah seorang Raja dengan kepribadian Ekstrovert. Tebing Pangeran dikenal sebagai Raja yang adil, berkharisma dan berjiwa sosial. Dibawah kepemimpinannya masyarakat Padang Bedagai hidup makmur. Perhatikan kutipan berikut : Selama berkuasa di kerajaan Padang, ia dikenal sebagai raja terkaya dan berwibawa serta berkharisma. Rakyatnya selalu mengelu- elukan beliau sebagai raja yang santun dan berjiwa sosial serta berpihak pada kepentingan rakyatnya. Beliau terkenal sebagai pribadi yang sangat demokratis dan adil. Teguh menegakkan kebenaran. Kaum miskin diberikan bantuan setiap bulan sehingga mereka mendapatkan pekerjaan. Sifat pengasih dan penyayangnya tidak diragukan lagi. Keinginan Raja Tebing Pangeran Untuk Menjodohkan Putri Pinang Mancung kepada pangeran dari kerajaan seberang menunjukkan upaya dominasi kepribadian Raja Tebing Pangeran terhadap Kepribadian Putri Pinang Mancung. Akan tetapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang baik bagi Raja Tebing Pangeran karena Putri Pinang Mancung lebih memilih Tualang daripada pangeran dari kerajaan seberang yang jauh lebih kaya dan memiliki derajat yang lebih tinggi daripada Tualang. Raja Tebing Pangeran gagal menjodohkan Putri Pinang Mancung kepada pangeran dari kerajaan seberang menjadi bukti gagalnya dominasi kepribadian Raja Tebing Pangeran Terhadap kepribadian Putri Pinang Mancung. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan cerita berikut; “Ayahanda..ananda ingin bertanya” Putri Pinang Mancung bertanya.“Ada apa putriku? Tampaknya ada yang penting yang ingin ananda sampaikan, apa itu?”“Ayahanda, mengapa Tualang dipecat?”“Itu karena kedekatan ananda dengannya. Ananda tahukan, kalau ananda merupakan seorang putri dari raja yang sedang berkuasa yang disegani dan dihormati?”“Ananda tahu, akan tetapi Tualang adalah orang baik dan jujur, itu sebabnya ananda jatuh hati padanya”“Memalukan, sungguh perbuatan yang memalukan. Ananda telah mencemarkan nama baik ayahanda. Sudahlah, tidak perlu anak muda itu dipuji-puji, ia tidak setaraf Universitas Sumatera Utara 44 dengan keluarga raja” jawab sang Raja dengan emosi. Putri Pinang Mancung terdiam. Membisu seribu bahasa. Dia menunduk lesu menahankan beban perasaan yang harus ditanggungnya karena harus berpisah dengan orang yang dicintainya. Air mata pun menetes sebagai bentuk kesedihan yang begitu mendalam. Bagaikan pauh di layang. Melihat keadaan putrinya itu, Raja Tebing Pangeran menjadi terenyuh juga, lalu ia berkata,”Putriku…Engkau adalah satu-satunya harapan ayahanda, yang kelak menjadi pewaris tunggal istana dan seluruh isinya.”. “Sudah lama terdengar kabar ingin menikahkan ananda dengan seorang putra raja di kerajaan yang lokasinya di ujung sungai sana.putra raja itu seorang pria yang perkasa, mahir menunggang kuda. Selain itu, ia dikabarkan akan menerima kekayaan yang tidak sedikit manakala ayahnya mangkat kelak…” sambung Raja Pangeran. Putri Pinang Mancung tetap saja menunduk dan membisu, tak ingin mengomentari ucapan ayahnya. “Ananda Putri Pinang Mancung,,,” lanjut Raja Tebing Pangeran terkesan membujuk. “Jadi, kalau ananda bersedia menikah dengan putra raja itu, sudah pasti hidup kalian akan senang dan bahagia” Sementara itu, berhari-hari hati Putri Pinang Mancung bagai terpecah belah. Akhirnya ia merencanakan untuk lari meninggalkan istana dan mencari orang yang dicintainya. Di suatu pagi yang masih gelap, dengan cara mengendap-endap dan menyamar dengan mengenakan pakaian laki-laki, Putri Pinang Mancung berhasil mengelabuhi para hulubalang yang menjaga gerbang istana. Ia berjalan cepat ke arah timur ketika matahari mulai menampakkan wajahnya ke ufuk timur. Saat itu ia belum tahu kemana dirinya akan melangkah. Namun di hati kecilnya, Putri Pinang Mancung berniat ingin mengembara mencari Tualang dimanapun ia berada. Dominasi kepribadian Raja Tebing Pangeran dapat dilihat ketika Kepribadian Raja Tebing Pangeran berhadapan dengan kepribadian Tualang. Ketika Raja Tebing Pangeran mengusir Tualang, Tualang hanya pasrah dengan Keputusan Raja Tebing Pangeran yang memutuskan untuk mengusir dirinya dari istana. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan cerita berikut; Waktu terus berlalu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dan kedekatan antara Putri Pinang Mancung dengan Tualang menarik perhatian Raja Tebing Pangeran. “Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut” gumamnya dalam hati sambil memikirkan cara untuk memisahkan putrinya dengan sang Hamba Sahaya. Satu-satunya cara adalah dengan Universitas Sumatera Utara 45 memecat Tualang dari istana dengan alasan yang sengaja dibuat-buat atau direkayasa. Pada hari itu Tualang dengan keadaan wajah sedih dan lesu mengemasi pakaiannya, karena selain dipecat ia juga diusir dari istana tanpa mendapat penjelasan tentang kesalahannya. Seperti pepatah, Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah nasib Tualang, tidak mendapatkan cintanya, malah dipecat pula dari pekerjaannya. Dan begitu ia mengetahui alasannya dipecat dari salah seorang dayang istana, hatinya menjadi hancur lebur.ia juga menjadi kasihan akan derita Tuan Putri yang dikurung dikamarnya dan dijaga ketat dengan beberapa pengawal istana.

4.2.4 Kepribadian Pak Tua