1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra adalah fenomena yang tepat didekati secara psikologis. Seperti wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia sastra, psikologi
sastra juga memandang bahwa sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Sastra
merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun
suasana rasa Endraswara 2008:86 Karya sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai
karya sastra, berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagai karya sastra.Damono, dalam Siswanto 2008:92.
Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru mempunyai makna dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana
artefak peninggalan manusia purba mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog Teew, dalam Pradopo 2003:106
Karya sastra dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan adalah sastra yang cara perkembangannya melalui lisan atau
dari mulut ke mulut yang berisi tentang hikayat, cerita rakyat, pantun, legenda dan lainnya dan didalamnya berisi pesan moral, petuah-petuah dan asal muasal suatu
tempat. Sedangkan sastra tulisan adalah sastra yang dalam perkembangan atau penyampaiannya melalui tulisan yang tertulis dalam naskah lama atau yang telah
Universitas Sumatera Utara
2
di bukukan dan isinya tentang cara bercocok tanam, obat-obatan, hukum adat dan, lainnya
Legenda sebagai bagian dari sastra lisan merupakan genre yang populer dalam khazanah kesusasteraan melayu dan merupakan bagian dari sastra lisan.
Awang juga mengatakan dalam Wan Syaifuddin 1995:44 Legenda adalah sebuah uraian atau pernyataan yang biasanya bercorak cerita atau naratif, yang
berlatar belakang masa ataupun sejarah yang masih diingat oleh masyarakat berkenaan, yang mungkin menghubungkan pengalaman masa lampau dengan
kekinian, yang biasanya dipercayai sebagai benar oleh mereka yang menyampaikannya dan juga oleh mereka yang menerima penyampaian cerita itu
terutama apabila wujud tanda-tanda dimula alam yang seolah-olah mensahihkan semua kandungan cerita atau naratif itu.
Pada dasarnya sastra lisan hanya bermula dari cerita mulut ke mulut hingga kemudian dituliskan dalam lembaran-lembaran naskah. Pada saat ini dunia
sastra semakin bersifat dinamis, sehingga banyak legenda sebagai sastra lisan mulai dibukukan untuk dijadikan bahan bacaan atau sekedar untuk mengarsipkan
karya sastra lama. Penulis memilih Legenda Putri Pinang Mancung sebagai bahan penelitian
karena di dalamnya terdapat sesuatu yang dapat dianalisis mengenai karakter para tokoh-tokoh di dalam cerita. Salah satu diantaranya adalah tentang kepribadian
ekstrovert dan introvert tokoh-tokohnya. Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian terhadap Legenda Putri Pinang Mancung ini belum pernah dilakukan,
Universitas Sumatera Utara
3
baik dalam bentuk makalah maupun skripsi yang secara khusus membahas kepribadian ekstrovert dan introvert tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung.
Perilaku yang beragam dari manusia sering menimbulkan tanda tanya tentang apa yang membuat setiap manusia mempunyai perilaku yang beragam. Itu
dikarenakan karakter psikologi setiap manusia yang berbeda-beda. Dan bila ingin mempelajari manusia lebih jauh dan mendalam diperlukan psikologi. Apalagi saat
ini sering kita dengar dan kita lihat banyak manusia yang mengalami konflik kejiwaan baik dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi yang sering kita sebut gila.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi pola kejiwaan manusia. Tidak sedikit manusia yang termotifasi oleh lingkungan dan ada pula yang menjadi strees
karena tidak mampu mengimbangi pola hidup dilingkungannya. Dan hal itulah yang akan diteliti penulis dalam Legenda Putri Pinang Mancung khususnya
tentang kepribadian ekstrovert dan introvert tokoh-tokoh didalamnya.
1.2 Rumusan Masalah