41
diketahui lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di istana. Semua orang akan menggunjing dan mencemooh mereka. tualang
tidak menginginkan hal itu terjadi. Sehingga dengan mantap pemuda itu menjawab,”Maaf, Tuan Putri Kalau memang ada sesuatu yang saya
rasakan selama ini, anggap saja merupakan pengabdian saya yang tulus terhadap Tuan Putri sebagai junjungan hamba. Tidak lebih dari itu”.
“Tualang…” Putri Pinang Mancung kembali bertanya. “Hamba, tuan putri”. “Janganlah engkau membohongi dirimu sendiri”. “Hamba tidak
paham maksud Tuan Putri”. “engkau harus mengerti, jangan engkau biarkan aku bagai lesung mencari penumbuk, atau sumur mencari timba”.
“Tetapi tuan putri...”. “Sudahlah Tualang” potong Tuan Putri dengan cepat. “Aku tahu bahwa apa yang aku rasakan engkau merasakannya pula,
dan hendaknya rasa ini sama-sama kita jaga, dan tiada yang boleh menghalangi.”
4.2.2 Kepribadian Tualang
Tualang adalah seorang Introvert yang memandang sesuatu dengan subjektif. Tualang merasa tidak pantas mencintai putri pinang mancung karena
Putri Pinang Mancung adalah seorang putri raja sementara dia hanya seorang budak istana. Perhatikan kutipan berikut :
Aku hanya ingin bertanya pada engkau wahai Tualang” Putri Pinang Mancung bertanya dengan setengah berbisik. “Perihal apakah itu,
Tuan Putri?” Tualang menjawab. “Apakah engkau tidak merasakan sesuatu hal ketika engkau dan aku bersama seperti saat ini? ” Tanya Putri
Pinang Mancung kepada Tualang. Tualang tetap tertunduk. Sangat susah baginya untuk menjawab. Namun dengan perlahan ia mulai berani
mengangkat wajahnya. Pandangannya kosong. Sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama. Namun sangat mustahil hal itu diucapkannya,
karena ia tahu diri. Kondisi ini bagi Tualang bagaikan pungguk merindukan bulan.
Tualang juga memiliki pribadi yang hati-hati dalam berbicara maupun bertindak. Segala hal yang akan dikatakan ataupun akan diperbuatnya terlebih
dahulu dia pikirkan secara matang. Tualang lebih memilih diam daripada harus berkata hal yang sia-sia atau hal yang dapat merugikannya. Perhatikan kutipan
berikut : “Apakah engkau tidak merasakan sesuatu hal ketika engkau dan
aku bersama seperti saat ini?”. ” Putri Pinang Mancung kepada Tualang. Tualang tetap tertunduk. Sangat susah baginya untuk menjawab. Namun
dengan perlahan ia mulai berani mengangkat wajahnya. Pandangannya
Universitas Sumatera Utara
42
kosong. Sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama. Namun sangat mustahil hal itu diucapkannya, karena ia tahu diri. Kondisi ini bagi
Tualang bagaikan pungguk merindukan bulan. Ia juga takut apabila hal ini diketahui lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di
istana. Semua orang akan menggunjing dan mencemooh mereka. tualang tidak menginginkan hal itu terjadi. Sehingga dengan mantap pemuda itu
menjawab,”Maaf, Tuan Putri Kalau memang ada sesuatu yang saya rasakan selama ini, anggap saja merupakan pengabdian saya yang tulus
terhadap Tuan Putri sebagai junjungan hamba. Tidak lebih dari itu”
Tualang cenderung diam dan hanya bicara seperlunya saja, patuh, jujur, dan lebih mengutamakan tanggung jawab daripada perasaan hatinya. Bahkan
ketika Putri Pinang Mancung mengungkapkan perasaanya kepada Tualang, Tualang tidak menjawab apakah dia juga menyukai Putri Pinang Mancung.
Tualang justru malah menjelaskan statusnya sebagai budak istana dan menyembunyikan perasaannya. Putri Pinang Mancung menyuruh tualang untuk
tetap merahasiakan perasaan Tualang agar tidak di dengar Raja Tebing Pangeran. Ketika Raja Tebing Pangeran Mengusirnya, Tualang hanya pasrah dan tabah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dominasi kepribadian Tualang dalam Legenda Putri Pinang Mancung sangat lemah. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kutipan
cerita berikut; Putri Pinang Mancung bertanya dengan setengah berbisik. “Perihal
apakah itu, Tuan Putri?” Tualang menjawab. “Apakah engkau tidak merasakan sesuatu hal ketika engkau dan aku bersama seperti saat ini? ”
Tanya Putri Pinang Mancung kepada Tualang. Tualang tetap tertunduk. Sangat susah baginya untuk menjawab. Namun dengan perlahan ia mulai
berani mengangkat wajahnya. Pandangannya kosong. Sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama. Namun sangat mustahil hal itu
diucapkannya, karena ia tahu diri. Kondisi ini bagi Tualang bagaikan pungguk merindukan bulan. Ia juga takut apabila hal ini diketahui
lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di istana. Semua orang akan menggunjing dan mencemooh mereka. tualang tidak
menginginkan hal itu terjadi. Sehingga dengan mantap pemuda itu menjawab,”Maaf, Tuan Putri Kalau memang ada sesuatu yang saya
rasakan selama ini, anggap saja merupakan pengabdian saya yang tulus terhadap Tuan Putri sebagai junjungan hamba. Tidak lebih dari itu”
Universitas Sumatera Utara
43
4.2.3 Kepribadian Raja Pangeran