Kepribadian Putri Pinang Mancung

39 “Putri Pinang Mancung menurut dan seketika gurat samar di kulit Putri Pinang Mancung hilang dan ajaibnya kulit Putri Pinang Mancung kembali seperti semula.” “Pria tua itu mulai bermeditasi. Lalu dalam sekejap Putri Pinang Mancung tiba-tiba berubah wujud menjadi sebuah bukit-bukit kecil yang di atasnya ditumbuhi pohon-pohon yang berdaun rimbun.” “Dalam hatinya, Putri pinang Mancung berkata-kata, bahwa pria tua yang sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri itu ternyata memang sangat sakti. Hanya sekejap saja ia sudah bisa kembali sebagai manusia lagi.” Tegas adalah Nyata, jelas dan terang benar; tentu dan pasti, tidak ragu- ragu lagi, tidak bimbang. Pak Tua adalah orang yang tegas, ia tidak ingin orang yang tidak ia kenal berada dirumahnya terutama itu adalah lawan jenisnya. “Waktu semakin sore dan pria tua itu mulai bersikap dingin kepada Putri Pinang Mancung. Dari mulut pria tua itu keluar kata-kata “Waktunya engkau pergi wahai perempuan cantik”.

4.2 Kepribadian Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung

4.2.1 Kepribadian Putri Pinang Mancung

Putri pinang mancung adalah seorang yang Ekstrovert. Sifatnya yang objektif membuat mudah bergaul kepada siapa saja tanpa memandang status sosial orang tersebut, apakah seorang pangeran atau rakyat biasa, kaya atau miskin. Gelar dan harta bukan menjadi patokan putri pinang mancung dalam bergaul. Kepribadian Ekstrovert putri pinang mancung dapat dilihat dalam kutipan berikut : Akan tetapi, bagi Putri Pinang Mancung, materi atau harta kekayaan bukan menjadi ukuran yang utama. Menurutnya kekayaan itu tidak abadi dan bukan jaminan kebahagiaan, dalam sekejap mata semua bisa sirna begitu saja. Putri Pinang Mnacung lebih mengutamakan kekayaan akal budi. Karena akal budi bisa membawa perasaan bahagia dunia dan akhirat. Itulah mengapa Putri Pinang Mancung selalu menolak dipersunting oleh raja-raja dan bagi siapa saja yang hanya membanggakan harta dan kekayaan. Padahal ayah Putri Pinang Mancung dikenal sebagai raja yang kaya raya dan mendambakan pendamping hidup anaknya berasal Universitas Sumatera Utara 40 dari keturunan raja yang kaya raya pula. Agar kelak hidup Putri Pinang Mancung berkecukupan dalam hal materi bahkan bergelimangan harta benda dan memiliki koleksi emas permata yang beragam. Dalam hal ini Putri Pinang Mancung sering berselisih paham kepada ayahnya. Itu terbukti dari keseharian Putri Pinang Mancung memang selalu menjalani hidup dengan bersahaja. Tidak pernah mengenakan pakaian mewah kapan saja dan di mana saja. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari Putri Pinang Mancung ia lebih memilih berteman dengan rakyat biasa. Sering pula bersenda gurau dengan orang-orang biasa yang bekerja di istana. Dalam kesehariannya Putri Pinang Mancung adalah seorang yang Ekstrovert dan dominasi kepribadiannya begitu terlihat jelas ketika kepribadian Putri Pinang Mancung yang Ekstrovert dihadapkan dengan kepribadian Tualang.yang Introvert. Putri Pinang Mancung terlihat Lebih aktif dalam berbicara dan bertindak, sedangkan Tualang cenderung memilih diam dan mengikuti kehendak Putri Pinang Mancung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepribadian Putri Pinang Mancung Mendominasi kepribadian Tualang. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita berikut; Di suatu senja saat berada di taman, keduanya saling bertatap pandang. Hati Putri Pinang Mancung saat itu terkesan bergejolak. Putri Pinang Mancung merasa getaran cinta semakin kuat dia rasakan. Mungkin benar juga bunyi ungkapan, dari mana datangnya cinta. Dari mata terus ke hati. Karena itu Putri Pinang Mancung mulai angkat bicara untuk menarik perhatian tualang. “Tualang...” Putri Pinang Mancung memanggil setengah berbisik. “Hamba tuan putri...”jawab Tualang sambil menunduk. “Mengapa engkau mengalihkan pandanganmu? Pandanglah kearahku” “Hamba mohon maaf tuan Putri... tidak pantas bagi hamba menatap tuan Putri” jawab Tualang sambil terus menunduk. “Baiklah, jikalau engkau tak hendak memandangku, aku hanya ingin bertanya pada engkau wahai Tualang” Putri Pinang Mancung bertanya dengan setengah berbisik. “Perihal apakah itu, Tuan Putri?” Tualang menjawab. “Apakah engkau tidak merasakan sesuatu hal ketika engkau dan aku bersama seperti saat ini? ” Tanya Putri Pinang Mancung kepada Tualang. Tualang tetap tertunduk. Sangat susah baginya untuk menjawab. Namun dengan perlahan ia mulai berani mengangkat wajahnya. Pandangannya kosong. Sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama. Namun sangat mustahil hal itu diucapkannya, karena ia tahu diri. Kondisi ini bagi Tualang bagaikan pungguk merindukan bulan. Ia juga takut apabila hal ini Universitas Sumatera Utara 41 diketahui lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di istana. Semua orang akan menggunjing dan mencemooh mereka. tualang tidak menginginkan hal itu terjadi. Sehingga dengan mantap pemuda itu menjawab,”Maaf, Tuan Putri Kalau memang ada sesuatu yang saya rasakan selama ini, anggap saja merupakan pengabdian saya yang tulus terhadap Tuan Putri sebagai junjungan hamba. Tidak lebih dari itu”. “Tualang…” Putri Pinang Mancung kembali bertanya. “Hamba, tuan putri”. “Janganlah engkau membohongi dirimu sendiri”. “Hamba tidak paham maksud Tuan Putri”. “engkau harus mengerti, jangan engkau biarkan aku bagai lesung mencari penumbuk, atau sumur mencari timba”. “Tetapi tuan putri...”. “Sudahlah Tualang” potong Tuan Putri dengan cepat. “Aku tahu bahwa apa yang aku rasakan engkau merasakannya pula, dan hendaknya rasa ini sama-sama kita jaga, dan tiada yang boleh menghalangi.”

4.2.2 Kepribadian Tualang