3. Dalam diskusi masalah yang ada harus merangsang pertimbangan,
kemampuan berpikir logis dan usaha membandingkan. 4.
Ada hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa. Siswa akan memiliki motivasi yang kuat dalam memecahkan masalah soal kalau
mereka berminat dan menaruh perhatian dalam masalah itu Roestiyah, 1982:7.
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi: 1.
Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya
mengenai cara-cara
pemecahannya. Masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
2. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok
diskusi, memilih ketua diskusi, mengatur temapat duduk, dan menyiapkan sarana yang diperlukan.
3. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing
sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan
bantuan agar setiap kelompok berpantisipasi aktif dan diskusi berjalan lancar.
4. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, hasil-hasil tersebut
ditanggapi semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan
laporan hasil diskusi dari setiuap kelompok Hasibuan, 1986:23.
b. Kebaikan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, yaitu: 1.
Memaksa siswa untuk berbicara dengan bahasa yang baik, belajar mengemukakan pendapat dengan tepat dalam waktu relatif singkat
dan belajar menanggapi pendapat orang lain dengan benar.
2.
Berlatih memecahkan permasalahan.
3. Lebih efektif dalam mengubah sikap siswa dibandingkan dengan
cara ceramah, siswa menjadi lebih aktif, lebih mengerti, kreatif,
berpikir kritis dan obyektif Ruseffendi, 1988:305.
Sedangkan kelemahan metode diskusi, yaitu: 1.
Kalau di dalam kelompok itu kemampuan heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang
kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.
2. Kalau anggota kelompok itu tidak ada yang pandai, maka tidak akan
menghasilkan sesuatu sehingga dengan demikian proses belajar
menjadi tidak efektif.
3.
Waktu yang diperlukan banyak.
6. Penggunaan Metode Diskusi yang Menggunakan LKS Terstruktur
Metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur adalah metode pembelajaran yang menekankan proses diskusi dengan bahan LKS
terstruktur dilengkapi dengan media alat peraga. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur ini, siswa
membentuk kelompok diskusi dengan anggota 4-5 orang. Setelah kelompok diskusi kecil terbentuk kemudian setiap siswa dalam kelompok
kecil tersebut diberi LKS terstruktur. LKS terstruktur berisi materi, petunjuk penggunaan alat peraga, dan soal-soal latihan yang harus
didiskusikan oleh siswa dalam diskusi kecil. Dengan metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur materi yang akan disimpulkan dan tujuan
akhir yang akan kita capai sudah jelas. Beda antara diskusi dengan LKS terstruktur dan diskusi tanpa
LKS terstruktur adalah diskusi dengan LKS terstruktur materi yang akan kita diskusikan itu sudah terangkum dalam LKS terstruktur, langkah-
langkah apa yang akan didiskusikan sudah ada dalam LKS terstruktur tersebut. Jadi diskusi dengan LKS terstruktur arah yang akan kita capai
sudah jelas. Sedangkan diskusi tanpa LKS terstruktur materi yang akan didiskusikan tidak terangkum dalam LKS terstruktur tetapi ada dalam
buku paket yang digunakan, langkah-langkah apa yang harus didiskusikan ditentukan sendiri oleh siswa. Jadi diskusi tanpa LKS terstruktur itu belum
terarah meskipun siswa tahu apa yang akan dituju.
Pemakaian metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur akan menimbulkan interaksi guru dengan siswa yang akan memberikan
diskusi informasi yaitu siswa tidak hanya mendengar informasi dan menerima konsep dari guru saja tetapi siswa dibimbing memahami konsep
dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS terstruktur yang pada akhirnya konsep tersebut dapat diterima secara sadar oleh siswa. Selain interaksi
dengan guru, siswa juga berinteraksi dengan sesama siswa dalam satu kelompok yang pada prinsipnya metode diskusi yang menggunakan LKS
terstruktur mengutamakan kegiatan kelompok. Melalui kegiatan kelompok akan terjadi diskusi untuk memahami secara bersama-sama konsep
matematika kemudian digunakan untuk mengerjakan soal yang ada. Metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur juga memperhatikan 3
aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif ditunjukkan dengan adanya tugas-tugas yang ada dalam LKS terstruktur
yang dikerjakan oleh siswa. Aspek afektif ditunjukkan dengan adanya pengamatan langsung selama pembelajaran. Aspek psikomotorik
ditunjukkan dengan adanya percobaan-percobaan menggunakan alat peraga yang dilakukan selama mengerjakan tugas yang ada dalam LKS
terstruktur.
7. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil product
menunjuk pada pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan raw materials menjadi barang jadi finished goods.
Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan
belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumya. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar Purwanto, 2008:44. Menurut Gagne dalam Purwanto, 2008:42 menenjelaskan hasil
belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya Winkel, 1996:51 dalam
Purwanto, 2008:45. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Winkel, 1996:244 dalam Purwanto, 2008:45.
Menurut beberapa pengertian di atas maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan
pengajaran ends are being attained. Tujuan pengajaran menjadi hasil
belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karenanya, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil
belajar.
8. Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” achievement berbeda dengan “hasil
belajar” learning outcome. Presatasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan
pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemempuan masing-
masing. Prestasi belajar achievement semakiin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberepa fungsi utama, antara lain :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik. b.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
couriosity dan merupakan kebutuhan umum manusia”.