Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Rufina Ni Luh Wiwik Handayani NIM: 081414008

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta


(2)

i

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Rufina Ni Luh Wiwik Handayani NIM: 081414008

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“D ari semula telah K au tetapkan hidupku dalam tanganM u dalam rencanaM u T uhan. R encana indah

telah K au siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan. Semua baik, s' mua baik apa yang telah K au perbuat di dalam hidupku, semua baik sungguh teramat

baik K au jadikan hidupku berarti. “T ommy W idodo & B udi”

“Siapa pun yang berhenti belajar berarti sudah tua, entah usia dua puluh atau delapan puluh. Siapa pun yang terus belajar akan tetap muda. Hal

paling menyenangkan dalam hidup adalah membuat pikiranmu tetap muda”

(Henry Ford)

Dengan penuh rasa syukur, Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapak dan Ibu tercinta Adikku tersayang Semua orang yang aku sayangi Terimakasih atas segala doa , dukungan dan kasih yang diberikan


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 November 2012

Penulis,


(7)

vi

ABSTRAK

Rufina Ni Luh Wiwik Handayani, 081414008. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari: (1) Lembar observasi / pengamatan motivasi belajar siswa, (2) Angket motivasi belajar siswa, (3) Lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) Tes hasil belajar siswa yang terdiri dari pre test, kuis dan post test. (5) Alat dokumentasi. Data hasil observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa. Data tes hasil belajar yaitu hasil

pre test dan post test yang dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh yang tinggi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa yang secara keseluruhan dalam kriteria tinggi. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis skor

pre test dan post test dengan perhitungan uji t diperoleh thitung = 8,642 ttabel =

2,064 dan thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

hasil belajar siswa yang signifikan. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh yang tinggi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: STAD, motivasi belajar, hasil belajar, penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(8)

vii

ABSTRACT

Rufina Ni Luh Wiwik Handayani. 2012. The Influence of Using Cooperative Learning (STAD) to the Students’ Motivation and Learning Result in Addition and Reduction of Integers in VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School, 2012-2013. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know the influence of STAD in enhancing students’ motivation and learning results in addition and reduction of integers in VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School, 2012-2013.

The subjects of this research were class A, seventh grade students of SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, 2012-2013. This research used descriptive qualitative and quantitative and used (1) observation sheet, (2) the questionnaire, (3) the interview, (4) students’ score on pre-test, quiz, and post-test, and (5) documentation tool as the instruments of the research. The data from the observation and the questionnaire were analyzed by determining the students’ total scores and percentage. Based on the percentage, the results of students’ motivation criteria were obtained. The interview was done to strengthen the data obtained both from the observation and the questionnaire and were analyzed qualitatively. The data of students’ learning results were obtained from the pre-test and post-pre-test and were analyzed using experiment t to know the improvement of students’ learning result.

The results of the research showed that (1) the using of cooperative learning, in this case STAD, enhances students motivation in the learning process. It was shown by the observation and the questionnaire results, (2) the using of STAD increase students’ score. It could be seen from the students’ score on the pre-test and post-test with experiment t, obtained t hitung = 8,642 t table=2,064 and t hitung> t table, it could be concluded that the students’ scores were increased. Based on the results, it could be concluded that the using of cooperative learning, type STAD, enhances students’ motivation in learning and improved students’ scores.

Key Words : STAD, students’ motivation, learning results, addition and reduction of integers.


(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rufina Ni Luh Wiwik Handayani

Nomor Induk Mahasiswa : 081414008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 November 2012

Yang menyatakan


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Bapa atas berkat melimpah yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Adanya bantuan, dukungan, bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran. Terimakasih atas semua kritik, saran, bimbingan, semangat dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Segenap Dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma. 6. Bapak Yusup Indrianto P.,S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Kanisius

Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

7. Ibu Agustina Kurnia P.,S.Pd. dan Bapak Drs.ST.Budisusanto selaku guru mata pelajaran matematika di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang dengan tulus dan sabar membantu, membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.


(11)

x

8. Siswa-siswi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, khususnya kelas VII A atas kesediaannya terlibat dalam penelitian ini.

9. Bapak, Ibu, Adik, Sr. Laurentia, Kakek, Nenek yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa yang tulus.

10.Heribertus Pendy Santoso yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa yang luar biasa.

11.Dita, Sinta, Yoshy, Ayuk, Angel, Dewi, Anes, Lina, Ana, Paulina, Yulia, Stefani dan Sambu yang telah bersedia menjadi observer dan membantu dokumentasi dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang telah kalian berikan.

12.Teman-teman kos eldiva tercinta, Desy, Maya, Yesy, Agesty, Salma, Ula, Kristin, Nora, Yuni, Sinta, Lupe, Mengty beserta temen-temen Gigost, Sinta, Dita, Yoshy, Linda, Ambar yang memberikan penghiburan disela-sela kepenatan yang dialami penulis serta memberikan semangat dalam hari-hari penulis.

13.Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya angkatan 2008 yang telah bersedia menjadi teman berbagi ilmu dan teman yang selalu ada dalam suka maupun duka.

14.Teman-teman dan kakak-kakak PSM “ Cantus Firmus” yang selalu hadir dalam setiap waktu memberikan motivasi, doa , kegembiraan dan keceriaan di sela-sela kepenatan, dengan bernyanyi bersama.

15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu demi penyempurnaan penelitian ini dengan senang hati peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 27 November 2012


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 8

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12


(13)

xii

B. Pembelajaran Kooperatif ... 14

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) ... 20

D. Motivasi ... 26

E. Hasil Belajar ... 36

F. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ... 39

G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Jenis Penelitian ... 59

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 60

C. Variabel Penelitian ... 60

D. Waktu dan Tempat Penelitian... 61

E. Bentuk Data Penelitian ... 61

F. Metode Pengumpulan Data ... 63

G. Instrumen Penelitian ... 64

H. Metode Analisis Data ... 77

I. Rencana Tahap - tahap Penelitian ... 93

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN ... 96

A. Pelaksanaan Penelitian ... 96

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 137

C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian ... 164

BAB V PENUTUP ... 166

A. Kesimpulan ... 166

B. Saran ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 168


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu ... 23

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 24

Tabel 3.1 Kisi-kisi Materi dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 65

Tabel 3.2 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 67

Tabel 3.3 Karakteristik Item Angket Motivasi Belajar Siswa... 70

Tabel 3.4 Kesesuaian Indikator dengan Tes Hasil Belajar ... 71

Tabel 3.5 Kriteria Pemberian Skor Pre Test dan Post Test ... 71

Tabel 3.6 Kisi - kisi Soal Pre Test ... 73

Tabel 3.7 Kisi - kisi Kuis I ... 75

Tabel 3.8 Kisi - kisi Kuis II ... 75

Tabel 3.9 Kisi - kisi Kuis III... 75

Tabel 3.10 Kisi - kisi Soal Post Test ... 76

Tabel 3.11 Lembar Skor Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 78

Tabel 3.12 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 79

Tabel 3.13 Kriteria Motivasi Siswa Secara Keseluruhan ... 80


(15)

xiv

Tabel 3.15 Skor Butir Pernyataan Favorabel ... 84

Tabel 3.16 Skor Butir Pernyataan Unfavorabel ... 85

Tabel 3.17 Interpretasi Tingkat Validitas... 88

Tabel 3.18 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 89

Tabel 3.19 Uji Normalitas ... 90

Tabel 3.20 Perhitungan Skor Perkembangan Individu ... 92

Tabel 4.1 Tingkat Kualifikasi Validitas Item Soal Pre Test ... 98

Tabel 4.2 Tingkat Kualifikasi Validitas Item Soal Post Test ... 98

Tabel 4.3 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Pre Test ... 99

Tabel 4.4 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Post Test ... 100

Tabel 4.5 Penghargaan Kelompok ... 137

Tabel 4.6 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 137

Tabel 4.7 Persentase Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 138

Tabel 4.8 Karakteristik yang Menonjol pada Setiap Pertemuan ... 140

Tabel 4.9 Karakteristik yang Menonjol Secara Keseluruhan ... 145

Tabel 4.10 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 146

Tabel 4.11 Persentase Motivasi Belajar Siswa ... 146

Tabel 4.12 Hasil Kuis I ... 160

Tabel 4.13 Hasil Kuis II ... 161

Tabel 4.14 Hasil Kuis III ... 161


(16)

xv

Tabel 4.16 Hasil Analisis Penghargaan dari Hasil Tiap Kuis ... 161


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Garis Bilangan ... 40

Gambar 2.2 Penjumlahan -3+6 Menggunakan Garis Bilangan ... 41

Gambar 2.3 Penjumlahan -3+6 Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 42

Gambar 2.4 Penjumlahan 5+(-4) Menggunakan Garis Bilangan ... 42

Gambar 2.5 Penjumlahan 5+(-4) Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 43

Gambar 2.6 Penjumlahan -4+(-2) Menggunakan Garis Bilangan ... 43

Gambar 2.7 Penjumlahan -4+(-2) Menggunakan Mistar Hitung Geser . 44 Gambar 2.8 Invers Jumlah ... 44

Gambar 2.9 Pengurangan 5-3 Menggunakan Garis Bilangan ... 45

Gambar 2.10 Pengurangan 5-3 Menggunakan Mistar Hitung Geser... 45

Gambar 2.11 Penjumlahan 5+(-3) Menggunakan Garis Bilangan ... 46

Gambar 2.12 Penjumlahan 5+(-3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 46 Gambar 2.13 Pengurangan -5 - 3 Menggunakan Garis Bilangan ... 47

Gambar 2.14 Pengurangan -5 - 3 Menggunakan Mistar Hitung Geser .. 47

Gambar 2.15 Penjumlahan -5+(- 3) Menggunakan Garis Bilangan ... 47

Gambar 2.16 Penjumlahan -5+(- 3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 48 Gambar 2.17 Pengurangan 5 - (- 3) Menggunakan Garis Bilangan ... 48

Gambar 2.18 Pengurangan 5 - (- 3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 49 Gambar 2.19 Penjumlahan 5+ 3 Menggunakan Garis Bilangan ... 49


(18)

xvii

Gambar 2.20 Penjumlahan 5+ 3 Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 49

Gambar 2.21 Pengurangan -5 - (- 3) Menggunakan Garis Bilangan ... 50

Gambar 2.22 Pengurangan -5 - (- 3) Menggunakan Mistar Hitung Geser 50 Gambar 2.23 Penjumlahan -5+ 3 Menggunakan Garis Bilangan ... 51

Gambar 2.24 Penjumlahan -5+ 3 Menggunakan Mistar Hitung Geser . 51 Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Pre Test ... 103

Gambar 4.2 Peneliti Menjelaskan Pertanyaan Siswa Tentang Sistem Penilaian ... 104

Gambar 4.3 Kegiatan Diskusi Kelompok III... 114

Gambar 4.4 Kegiatan Diskusi Kelompok III... 114

Gambar 4.5 Siswa Mengerjakan Kuis I Secara Individu ... 116

Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Kuis II Secara Individu ... 122

Gambar 4.7 Guru Menjelaslan Penggunaan Mistar Hitung Geser ... 124

Gambar 4.8 Siswa Mencoba dalam Kelompok ... 124

Gambar 4.9 Diskusi Kelompok Empat ... 124

Gambar 4.10 Diskusi Kelompok Lima ... 124

Gambar 4.11 Diskusi Kelompok Tiga ... 125

Gambar 4.12 Presentasi Kelompok Satu ... 125

Gambar 4.13 Presentasi Kelompok Dua ... 125

Gambar 4.14 Presentasi Kelompok Tiga ... 125


(19)

xviii

Gambar 4.16 Presentasi Kelompok Lima ... 126

Gambar 4.17 Alan Membantu Henoch Saat Menyelesaikan

Soal Dengan Menggunakan Mistar Hitung Geser ... 127

Gambar 4.18 Siswa Mengerjakan Kuis III Secara Individu... 134

Gambar 4.19 Siswa Mengerjakan Post Test Secara Individu ... 135

Gambar 4.20 Grafik Karakteristik yang Menonjol

dari Setiap Pertemuan ... 140

Gambar 4.21 Grafik Karakteristik yang Menonjol


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

Lampiran A. 1 : Daftar Nama Siswa Uji Coba Pre Test ... 170

Lampiran A. 2 : Daftar Nama Siswa Uji Coba Post Test ... 171

Lampiran A. 3 : Daftar Nama Siswa Kelas VII A ... 172

Lampiran A. 4 : Daftar Anggota Kelompok Kelas VII A ... 173

Lampiran A. 5 : Silabus Pembelajaran ... 174

Lampiran A. 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 179

Lampiran A. 7 : Lembar Kerja Siswa 1 ... 210

Lampiran A. 8 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ... 216

Lampiran A. 9 : Lembar Kerja Siswa 2 ... 221

Lampiran A. 10 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 ... 226

Lampiran A. 11 : Lembar Kerja Siswa 3 ... 229

Lampiran A. 12 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 ... 231

Lampiran A. 13 : Lembar Kerja Siswa 4 ... 234

Lampiran A. 14 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ... 236

Lampiran A. 15 : Lembar Kerja Siswa 5 ... 237

Lampiran A. 16 : Jawaban Lembar Kerja Siswa 5 ... 238

Lampiran A. 17 : Soal Pre Test ... 240

Lampiran A. 18 : Jawaban Soal Pre Test ... 243


(21)

xx

Lampiran A. 20 : Jawaban Soal Post Test... 248

Lampiran A. 21 : Soal Kuis I, Kuis II, Kuis III ... 251

Lampiran A. 22 : Jawaban Soal Kuis I, Kuis II, Kuis III... 254

LAMPIRAN B Lampiran B. 1 : Tabulasi Data ... 257

Lampiran B. 2 : Analisis Data ... 278

Lampiran B. 3 : Lembar Observasi ... 351

Lampiran B. 4 : Angket Motivasi Belajar ... 354

Lampiran B. 5 : Lembar Wawancara Motivasi Belajar ... 356

LAMPIRAN C Lampiran C. 1 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 1... 359

Lampiran C. 2 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 2... 365

Lampiran C. 3 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 3... 372

Lampiran C. 4 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 4... 374

Lampiran C. 5 : Contoh Hasil Kerja Siswa pada LKS 5... 376

Lampiran C. 6 : Contoh Hasil Pre Test Siswa ... 377

Lampiran C. 7 : Contoh Hasil Post Test Siswa ... 381

Lampiran C. 8 : Contoh Hasil Kuis Siswa ... 388

Lampiran C. 9 : Contoh Hasil Lembar Observasi ... 397

Lampiran C. 10 : Contoh Hasil Lembar Angket ... 412


(22)

xxi


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu karakteristik matematika adalah bersifat abstrak dan tidak

sedikit siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit dan rumit sehingga

sudah menjadi gejala yang umum bahwa matematika kurang disukai oleh

kebanyakan siswa. Menurut Soedjadi (dalam Trianto, 2010:18) menyatakan

bahwa dalam kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran

eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam pengajarannya selama ini terpatri

kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran antara lain; diajarkan

teori/teorema/definisi, diberikan contoh-contoh dan latihan soal.

Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan menggunakan metode ceramah

sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Selain itu

metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi, sehingga akibatnya

motivasi dan keaktifan siswa sulit dikembangkan. Pembelajaran matematika

masih dilakukan secara satu arah yaitu guru lebih mendominasi pelajaran

(Sardiman, 2008: 3). Dimana siswa hanya menyimak dan mendengarkan

informasi dari guru. Hal ini yang menjadikan kondisi yang tidak proporsional

antara guru yang aktif dan siswa yang pasif. Pendekatan pembelajaran

matematika dengan metode ceramah sampai saat ini masih banyak

diterapkanoleh para guru, termasuk guru matematika kelas VII di SMP


(24)

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh guru matematika di

SMP Kanisius Kalasan, materi bilangan bulat, khususnya penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat, merupakan salah satu materi yang sulit dipahami

siswa kelas VII SMP Kanisius Kalasan. Siswa belum memahami dan

kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan penjumlahan

dan pengurangan bilangan bulat.. Dalam menyampaikan materi pelajaran

matematika, guru bidang studi matematika kelas VII SMP Kanisius Kalasan

lebih memilih metode ceramah karena dianggap paling mudah dilaksanakan.

Namun sebagian besar masih terdapat siswa yang cenderung mengalami

kesulitan dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat. Ketidakmampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi

tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat juga akan membuat

siswa menjadi kurang aktif dan kurang termotivasi dalam pembelajaran

sehingga mengakibatkan hasil belajar kurang memuaskan.

Berdasarkan pengamatan peneliti saat melaksanakan observasi

kegiatan pembelajaran di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta,

pada saat pembelajaran matematika berlangsung terlihat masih ada beberapa

siswa yang menunjukkan gejala kurang termotivasi dalam belajar, dimana

konsentrasi siswa ketika guru menyampaikan materi pembelajaran tidaklah

fokus ketika mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru.

Siswa hanya terlihat antusias di 15 menit pertama ketika guru menjelaskan

dan menyampaikan materi setelah itu siswa sibuk kembali mengobrol dengan


(25)

siswa kelas VII, mereka menyatakan merasa sedikit bosan, siswa hanya

mencatat dan cenderung mengantuk saat mendengarkan penjelasan dari guru.

Berangkat dari kondisi tersebut peneliti ingin menumbuhkan motivasi belajar

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan berharap dengan

bertumbuhnya motivasi belajar yang besar dalam diri dapat pula

meningkatkan hasil belajar siswa yang tentunya dengan pemilihan metode

pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa.

Metode pembelajaran merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam

kegiatan belajar mengajar. Menurut Aswan dan Syaiful (2010:73) metode

pembelajaran berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat

membangkitkan semangat belajar siswa. Metode pembelajaran yang

diharapkan bukan hanya metode yang melibatkan siswa secara individu tetapi

dapat juga melibatkan siswa dalam kelompok sosial yang akan membuahkan

interaksi dalam kelompok dan saling bertanggung jawab terhadap tugas yang

diberikan tanpa menggantungkan pada salah satu siswa yang dianggap pintar.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa, dimana anggota-anggota kelompok

dibentuk secara heterogen (jenis kelamin, tingkat intelegensi yang berbeda).

Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,

kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. (Trianto, 2007:52).


(26)

dan membantu memahami suatu bahan pelajaran. Tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang mampu memacu

keberhasilan individu dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu

peningkatan kemampuan akademik, penerimaan perbedaan individu, dan

pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran matematika dengan metode

STAD (student teams achievement division) diharapkan mampu memberikan motivasi lebih dalam belajar. Siswa dapat belajar mengemukakan pendapat

dalam kelompok-kelompok kecil. Selain itu metode STAD (student teams achievement division) juga memberikan kesempatan bagi siswa - siswi dalam mengembangkan interaksi sosial serta meningkatkan sikap saling membantu

dalam kerja sama untuk membantu anggota kelompok yang masih mengalami

kesulitan dalam proses belajar/memahami materi ajar. Dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi karena bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, dimana yang memiliki kemampuan lebih dapat

membantu yang kurang serta akan memunculkan rasa bersaing / kompetisi

baik kompetisi antar individu dalam kelompok dengan tetap saling menjaga

rasa kerja sama dan solidaritas antar anggota kelompok maupun kompetisi

antar kelompok yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa yang

berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari materi ajar yang


(27)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD terhadap

motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan

Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dikemukakan

permasalahan yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Dari hasil observasi terlihat bahwa motivasi belajar siswa yang masih

terlihat kurang termotivasi dalam belajar sehingga dapat berpengaruh

kurang baik terhadap hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran matematika masih dilakukan secara satu arah yaitu berpusat

pada aktivitas guru pada proses pembelajaran di kelas.

3. Metode pembelajaran matematika di kelas VII A SMP Kanisisus Kalasan

masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu

didomonasi dengan metode ceramah dari pada model pembelajaran

kooperatif sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar yang

mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

4. Adanya kemungkinan keberhasilan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar


(28)

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah-masalah sebagai

berikut:

1. Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Kanisius

KalasanYogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

2. Masalah yang dibahas dibatasi lingkupnya pada pengaruh penggunaan

model pembelajaran kooperatif STAD (student teams achievement division) terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP

Kanisius Kalasan.

3. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division)

terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat berdasarkan nilai

ujian kompetensi awal (Pre test) dan di akhir pembelajaran (Post test)

pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas

VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

4. Materi yang dibahas adalah materi matematika tentang penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar sebagai berikut:

Standar Kompetensi : 1.Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan

dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat


(29)

1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung

bilangan bulat dan pecahan

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (student teams achievement division) dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD (student teams achievement division) dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan


(30)

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD (student teams achievement division) ditinjau dari peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan

Yogyakarta.

F. Batasan Istilah

1. Belajar

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif menetap atau bertahan sebagai hasil dari

latihan dan pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya (Sardiman

A.M, 1986:23).

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran (Trianto, 2007: 41-42).

3. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Model pembelajaran kooperatif STAD adalah salah satu variasi dari


(31)

pembelajaran dengan strategi belajar menempatkan siswa dalam bentuk

kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau

jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Tiap kelompok terdapat

siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Di dalam

kelompok tersebut ada tanggung jawab bersama, jadi setiap anggota saling

membantu untuk menutupi kekurangannya. Ada proses diskusi, saling

bertukar pendapat, menghargai pendapat, pembelajaran teman sebaya,

kepemimpinan dalam mengatur pembelajaran dikelompoknya sehingga

yang terjalin adalah hubungan yang positif. Model pembelajaran

kooperatif STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu penyajian kelas,

belajar kelompok, kuis, skor perkembangan dan penghargaan kelompok

(Trianto, 2007:52).

4. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong

atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai

suatu tujuan (Sukmadinata, 2005:61).

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.

Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal

karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi mempunyai

peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun

siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan

guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa


(32)

terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas

belajar dengan senang karena didorong oleh adanya motivasi (Sardiman

A.M, 2008:75).

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dari hasil yang dicapai siswa

setelah melaksanakan usaha atau kegiatan belajar serta peningkatan

kemampuan siswa ke arah yang lebih baik (Nana Sudjana, 1989: 49-50).

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil yang

dicapai siswa setelah melaksanakan usaha atau kegiatan belajar yang

berupa skor peningkatan kemampuan siswa dalam bidang matematika,

khususnya pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

G. Manfaat Hasil Penelitian Ini

Dengan diketahuinya pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok

bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP

Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013, diharapkan dapat

bermanfaat bagi para guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat

yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode


(33)

diajarkan sehingga mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar,

dan meningkatkan hasil belajar atau tujuan yang ingin dicapai.

2. Bagi siswa

Dari pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru, misalnya

STAD siswa diharapkan mampu menumbuhkan motivasi dan semangat

mereka dalam belajar sehingga pemahaman mereka terhadap materi yang

diajarkan oleh guru juga dapat meningkat.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan bekal bagi

penulis dalam mengelola pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division saat penulis telah memasuki dunia kerja nanti. Selain itu, penulis

dapat memperoleh kejelasan mengenai pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa,

serta dapat menerapkan cara mengajar atau metode pembelajaran yang

bervariasi, menyenangkan bagi siswa serta membangkitkan semangat


(34)

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut (Slameto, 2003:2) belajar merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi

dalam belajar tidak hanya terlihat pada perubahan ilmu pengetahuan, tetapi

juga bentuk kecakapan keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,

watak, penyesuaian atau adaptasi diri.

Belajar merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap

dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (menurut Morgan dalam

Djaali, 2007:115).

Dari kedua definisi belajar diatas, definisi belajar secara umum

dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

yang relatif menetap atau bertahan sebagai hasil dari latihan dan

pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa

Menurut Muhibbin (2005:144), faktor-faktor yang mempengaruhi


(35)

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yakni kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor dalam diri siswa meliputi dua aspek

yaitu:

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

siswa-siswi dalam mengikuti pelajaran. Terutama indra

pendengaran dan indra pengelihatan, sebab belajar pada umumnya

menggunakan kedua indra tersebut.

2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Faktor tersebut antara lain tingkat intelegensi, sikap siswa,

minat siswa dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yakni kondisi

lingkungan sekitar siswa. Faktor dari luar siswa terdiri dari 2 macam,

yaitu:

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah seperti: para guru, para staf

administrasi dan teman sekelas.

b) Lingkungan sosial sekitar seperti: masyarakat, tetangga,

siswa dan juga teman bermain.


(36)

2) Lingkungan nonsosial

Seperti: gedung sekolah dan letaknya, rumah siswa dan letaknya,

alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan

siswa.

c. Faktor Pendekatan (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk

mengajar.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Dr. Rusman (2011: 202) pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotannya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok

setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu

bahan pembelajaran. Menurut Trianto (2007:41-42) pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran dengan siswa belajar bersama dalam

kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tapi

heterogen, kemampuan jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling

membantu. Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah


(37)

antara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar

belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum

menguasai materi pelajaran. Nurulhayati (dalam Dr. Rusman, 2011:203)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran

yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling

berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja

sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua

tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu

sesama anggota kelompok untuk belajar. Menurut Slavin (1995:2-3)

pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah strategi pembelajaran

dimana siswa belajar di dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lain, berdiskusi dan berdebat satu dengan yang lain

untuk saling mengisi kesenjangan dalam pemahaman. Kesuksesan

kelompok tergantung dari kemampuan kelompok untuk saling membantu

anggota kelompok dalam memahami materi hingga benar-benar paham.

Menurut Muslim Ibrahim (dalam Rusman, 2011:208) Pembelajaran

Kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola

belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling

ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah. Sedangkan

menurut Wina Sanjaya (2011:242) Pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim

kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar


(38)

berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.

Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika kelompok

mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Dalam kegiatan kelompok siswa diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus, seperti bekerja sama dengan baik dalam

kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompok, menghargai

pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang sudah memahami

materi membantu siswa yang belum memahami materi dan sebagainya.

Dalam pembelajaran kooperatif, gurulah yang membentuk

kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan memilih sendiri kelomponya,

maka siswa cenderung akan memilih teman-teman yang disukai, misalnya

karena sama kemampuannya, sama jenisnya atau sama asal-usul

daerahnya. Pengelompokan secara acak juga dapat dilakukan, khususnya

bila pengelelompokan yang terjadi untuk kelas baru atau guru yang baru

mulai mengajar yang masih mempunyai sedikit informasi tentang

siswanya.

2. Prinsip -prinsip Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya

terdapat prinsip-prinsip yang saling terkait. Menurut Wina Sanjaya

(2011:246) terdapat empat prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif,


(39)

a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok keberhasilan suatu penyelesaian

tugas tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota

kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota

kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan

oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota

dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota

kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan

kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan

kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan

positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala

ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua ini

memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota

kelompok. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih

diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan

tugasnya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.

Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,

maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai

dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk


(40)

memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian

individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

Dalam hal ini, setiap anggota kelompok harus ikut aktif dalam

menyumbangkan gagasan dan bertanggung jawab terhadap penguasaan

materi pembelajaran secara maksimal karena hasil belajar kelompok

didasarkan atas rata-rata nilai anggota kelompok.

c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang

luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling

memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka

akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota

kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi

kekurangan masing-masing. Dalam hal ini, setiap anggota kelompok

saling berinteraksi menjalin hubungan kerja sama seperti melaksanakan

aktifitas bertanya, menjawab pertanyaan, meminta bantuan atau

memberi penjelasan.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Comunication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan masyarakat kelak. Oleh sebab

itu, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi,


(41)

menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan,

cara menyampaikan ide-ide yang dianggap baik dan berguna. Karena

tidak semua siswa dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, padahal

keberhasilan kelompok terletak pada kemampuan untuk berpartisipasi

dan keberanian untuk berkomunikasi.

Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan

keterampilan sosial seperti tenggang rasa, memberi tanggapan terhadap

ide teman lain, berani mempertahankan pendapat, mau menerima saran

dan sanggahan dari teman, tidak mendominasi orang lain dan berbagai

sifat lain yang bermanfaat secara sengaja diajarkan oleh guru, sehingga

siswa secara perlahan dan pasti akan berusaha berpartisipasi dan mulai

untuk berkomunikasi (mengutarakan pendapat).

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2011: 208), ciri-ciri pada kebanyakan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai

berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.


(42)

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam Trianto (2007: 48-49) terdapat enam langkah utama atau

tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif,

yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar. 4 Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana. Selain itu,

pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat digunakan untuk

memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana

materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau


(43)

Menurut Slavin (dalam Dr. Rusman 2011:213) model STAD

(Students Team Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran

kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah

diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris,

Teknik dan banyak subjek lainnya dan pada tingkat sekolah dasar sampai

perguruan tinggi.

2. Tahap-tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tahap-tahap pelaksanaan model kooperatif tipe STAD adalah

sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap dimana guru mempersiapkan

semua keperluan dalam mengajar (mempersiapkan materi, perangkat

mengajar, LKS, soal kuis), menentukan metode pembelajaran dan

menyajikan materi awal pembelajaran. Guru membagi kelompok yang

masing-masing kelompok beranggotakan 4-6 orang dengan tingkat

prestasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Pembagian kelompok

diatur berdasarkan skor awal. Skor awal diperoleh dari tes yang

diberikan kepada setiap siswa secara individu.

b. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap penyampaian materi, guru menyampaikan materi

sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Penyajian materi


(44)

terbimbing). Dalam penyampaian materi, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut:

1) Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajarai oleh peserta didik dalam kelompok

2) Menekankan kepada peserta didik bahwa belajar adalah memahami

makna dari materi yang dipelajari bukan menghafal materi

3) Mengontrol pemahaman peserta didik sesering mungkin

4) Memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari

setiap pertanyaan

5) Beralih pada materi lain, jika siswa sudah memahami

permasalahan yang dihadapi

6) Dalam pemberian tugas kelas, sebaiknya siswa mengerjakan satu

atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik, agar

tidak terlalu menyita waktu

c. Tahap Kegiatan Kelompok

Pada tahap kegiatan kelompok, peserta didik mempelajari materi

dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan

kelompok, setiap anggota kelompok harus saling membantu dan

bertanggung jawab atas kelompoknya. Guru mempersiapkan bahan

tugas kelompok sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Peran guru dalam kegiatan kelompok adalah sebagai fasilitator,


(45)

konsep, menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan kepada

siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan

d. Tahap Pelaksanaan Tes Individu

Jika materi sudah dipelajari dan dibahas dalam kelompok,

peserta didik diberi tes/kuis secara individu. Tes/kuis individu ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah

dicapai oleh peserta didik dan untuk menunjukkan apa saja yang

diperoleh peserta didik selama belajar dalam kelompok. Hasil tes

digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan

dalam nilai perkembangan kelompok.

e. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih skor

awal dengan perolehan tes akhir. Setiap anggota kelompok memiliki

kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal

untuk nilai perkembangan kelompoknya berdasarkan perolehan nilai

tes. Penghitungan skor perkembangan menurut Slavin (Trianto,

2007:55) didapat melalui kriteria berikut:

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Nilai Tes Skor

Perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0 poin 10 poin sampai dengan 1 poin dibawah skor awal 10 poin Skor awal sampai dengan 10 poin datas skor awal 20 poin Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 poin Nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal) 30 poin


(46)

f. Tahap Penghargaan Kelompok

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan

belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa pujian, skor

perkembangan,sertifikat kecil, ucapan selamat atau barang yang dapat

berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak,

dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi

kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kriteria

untuk status kelompok, skor kelompok dihitung dengan membuat

rata-rata skor perkembangan anggota kelompok yaitu dengan menjumlah

semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi

dengan jumlah anggota kelompok. Ratumanan (Trianto, 2007:56)

yang dihitung dari rata-rata poin perkembangan yang diperoleh tiap

anggota kelompok, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata tim Predikat

0 ≤ − ≤5 -

5 ≤ − ≤15 Tim Baik (good team) 15 ≤ − ≤25 Tim Hebat (great team) 25 ≤ − ≤30 Tim Super (super team)

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1) Menumbuhkan interaksi positif antara siswa melalui diskusi dalam


(47)

2) Melatih dan mengembangkan bakat kepemimpinan serta

mengajarkan keterampilan untuk betutur kata di depan umum

(kelas).

3) Siswa yang pandai maupun yang lemah sama-sama memperoleh

manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

4) Meningkatkan semangat kebersamaan, bekerja sama,

mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai antar

anggota kelompok serta menghargai pendapat orang lain.

5) Setiap anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi yang

diberikan karena setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama

untuk memppertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tidak ada pendekatan atau model pembelajaran kooperatif yang

sempurna, demikian halnya dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, dimana masih terdapat kelemahan-kelemahan sebagai

berikut:

1) Kontribusi dari siswa yang berprestasi rendah menjadi kurang.

2) Siswa berprestasi rendah akan mengarah pada kekecewaan karena

peran anggota yang pandai lebih dominan.

3) Kemungkinan adanya ketergantungan dalam kelompok, siswa yang

berprestasi rendah bisa bergantung pada siswa yang pandai.

4) Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran banyak, sehingga


(48)

5) Adanya kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.

Dalam hal ini, mungkin guru dan siswa belum berpengalaman

dalam pembelajaran kooperatif, sehingga peneliti mencoba mengusulkan

pendekatan kooperatif yang dirasa paling mudah dan sederhana

dilaksanakan yaitu tipe STAD. Untuk melaksanakan pembelajaran tipe ini,

peneliti bekerja sama dengan guru mengenai bagaimana ketentuan

pembelajaran kooperatif tipe STAD serta rancangan dan pelaksanaan

pembelajarannya.

D.Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi,

bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi

mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru

maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat

diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.

Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar

sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa

melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong oleh adanya


(49)

Menurut (Muhhibin, 2005:151) motivasi dapat dibedakan menjadi

2 macam , yaitu:

a. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam

diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan

belajar.

Contoh: seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang

menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin untuk mencari

buku-buku untuk dibaca. Atau dengan kata lain, seseorang siswa itu

melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan,

nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara

konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar.

Contoh: seseorang belajar karena tahu besok pagi akan diadakan ujian

dengan harapan hasil ujian mendapatkan hasil yang baik, sehingga

akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.

Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang

mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan


(50)

Menurut MC Donald dalam (Sardiman, 2008:73) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar

dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan (hasil belajar).

2. Ciri-Ciri Motivasi pada Diri Setiap Orang

Sardiman (2008:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang

memiliki ciri-ciri:

a. Tekun menghadapi tugas

Dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah

berhenti sebelum selesai.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik

mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah ”untuk

orang dewasa” (misalnya masalah pembangunan agama, politik,

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap

setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya)

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat


(51)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Menurut Made Wena (2009:33), motivasi pada diri siswa dilihat

dari karakteristik tingkah laku siswa, yaitu keantusiasan dalam belajar,

minat atau perhatian dalam pembelajaran, keterlibatan dalam kegiatan

belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar,

selalu berusaha mencoba serta aktif mengatasi tantangan yang ada di

dalam pembelajaran.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Sardiman (2008: 85) fungsi motivasi dalam belajar antara lain:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Contoh: seseorang siswa yang akan menghadapi ujian


(52)

dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau

membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi. Seorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Artinya, usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka

seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat

pencapaian prestasi belajarnya.

Pada penelitian ini motivasi siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang menunjukkan

karakteristik tingkah laku siswa yang termotivasi,antara lain:

1) Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2008:

151). Kecenderungan ini berasal dari rasa tertarik dan perasaan yang

senang yang menetap sehingga mendorong seseorang untuk

berperilaku tertentu teradap suatu obyek.

2) Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu

obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya


(53)

3) Ketekunan

Ketekunan dalam belajar berarti kesungguhan siswa dalam belajar.

Menurut Sardiman (2008:83) ciri-ciri siswa yang termotivasi yaitu

tekun dan ulet dalam menyelesaikan tugas, dalam hal ini bekerja

terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai.

4) Keantusiasan

Dalam (KBBI, 1988:44), antusias berarti adanya gairah dan semangat

pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Keantusiasan siswa

dalam belajar dapat dilihat dari semangat yang dimiliki siswa dalam

mengikuti pembelajaran, memberikan tanggapan terhadap pertanyaan

baik dari guru maupun dari teman, serta aktif menanggapi hasil

diskusi yang disajikan.

5) Perasaan

Dalam (KBBI, 1988:932) perasaan merupakan rasa atau keadaan batin

seseorang ketika menghadapi sesuatu. Dalam hal ini perasaan

merupakan keadaan batin siswa ketika belajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti siswa terlihat

senang dan bersemangat seta tumbuh keceriaan dalam diri siswa

dalam mengikuti pembelajaran.

6) Keterlibatan

Dalam (KBBI, 1988:668) keterlibatan berarti dalam keadaan terlibat,

adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap ataupun emosi


(54)

berdiskusi , bekerja sama dalam memecahkan masalah, keterlibatan

dalam mempresentasikan jawaban, mengungkapkan ide dan

menjelaskannnya serta terlibat dalam menggunakan alat peraga untuk

memecahkan masalah.

7) Keingintahuan

Dalam motivasi terdapat hal yang mendorong siswa untuk belajar

yaitu sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

(Arden dalam Sardiman, 2008: 46). Dalam hal ini siswa memiliki

keingintahuan yang tinggi untuk menyelidiki materi dan penyelesaian

soal-soal yang belum dipahami oleh siswa.

4. Cara atau Upaya Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di Sekolah

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah, yaitu:

a. Memberi angka

Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai

angka/nilai yang baik. Angka-angka yang baik bagi siswa merupakan

motivasi yang sangat kuat . Namun ada pula siswa yang belajar hanya

sekedar ingin naik kelas. Motivasi yang dimiliki oleh siswa-siswi

yang seperti ini kurang berbobot dibandingkan dengan siswa yang

ingin mendapatkan nilai yang baik. Hal inilah yang perlu menjadi

perhatian guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum


(55)

selanjutnya yaitu bagaimana guru memberikan angka-angka yang

dikaitkan dengan value yang terkandung di dalam setiap pengetahuan

yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak hanya sekedar

kognitif saja akan tetapi keterampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai suatu motivasi tetapi tidak selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun

kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras

dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk

motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan

segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga

harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik merupakan simbol

kebanggan dan harga diri. Para siswa akan belajar dengan keras bisa


(56)

e. Memberi ulangan

Memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi karena para

siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

Tetapi hal yang harus diingat guru adalah guru harus bersifat terbuka,

yaitu memberitahukan siswa bila akan diadakan ulangan dan jangan

terlalu sering melakukan ulangan karena akan membosankan dan

bersifat rutinitas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan

akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui

bahwa grafik hasil belajar semakin meningkat maka ada motivasi

dalam diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya

terus meningkat.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk

reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan

dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus membangkitkan harga


(57)

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, akan tetapi bila

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh

karena itu guru harus mengerti prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud

untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu

kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri

anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah

barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Motivasi sangat erat kaitannya dengan minat. Motivasi muncul

karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau

minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan

berjalan dengan lancar bila disertai dengan minat. Minat dapat

dibangkitkan dengan cara-cara:

1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan

2) menghubungkan dengan persoalan yang lampau

3) memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik


(58)

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan

menjadi alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan

menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Mungkin pada mulanya karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa

itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin

belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna

sehingga hasilnya pun akan bermakana bagi kehidupan si subjek

belajar.

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk

perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat

diartikan terjadinya perubahan dan perkembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan sebelumnya, seperti dari tidak bisa menjadi bisa, dari

tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam

mempelajari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana

(1989:50) yang menyebutkan bahwa: “Hasil belajar adalah kemampuan


(59)

belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan

kemampuan psikomotorik (bertindak).

Menurut Sardiman A. M (1986:22-23), hasil belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan guru. Jadi yang dimaksud hasil belajar di sini adalah nilai tes

matematika yang diberikan guru sebagai hasil penguasaan pengetahuan

dan keterampilan peserta didik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai

berikut:

a. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan ini meliputi kesiapan fisik dan psikologis.Usaha

yang dapat dilakukan guru adalah dengan memberikan perhatian

penuh pada peserta didik sehingga mampu menciptakan suasana kelas

yang menyenangkan. Hal ini merupakan implikasi dari prinsip

kesiapan.

b. Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang

melakukan aktivitas. Sedangkan motif adalah kekuatan yang terdapat

pada diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegiatan


(60)

c. Keaktifan Peserta Didik

Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari suasana belajar yang

tercipta dalam pembelajaran yang berlangsung, peserta didik terlihat

aktif berperan/tidak.

d. Mengalami Sendiri

Dengan mengalami sendiri akan memberikan hasil belajar yang

lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang

disajikan.

e. Pengulangan

Adanya latihan yang berulang-ulang akan lebih berarti bagi

peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman

terhadap materi pelajaran.

f. Balikan dan Penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi peserta didik

maupun guru. Sedangkan penguatan adalah tindakan yang

menyenangkan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik yang

berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

2. Hasil Belajar Matematika

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi


(1)

166 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis pengamatan dan angket bahwa motivasi belajar siswa secara klasikal dalam kriteria tinggi. Namun untuk setiap karakteristik motivasi belajar siswa secara keseluruhan memiliki kualifikasi sebagai berikut:

a. Minat siswa dalam belajar adalah sangat tinggi. b. Perhatian siswa dalam belajar adalah sangat tinggi. c. Ketekunan siswa dalam belajar adalah tinggi. d. Keantusiasan siswa dalam belajar adalah cukup. e. Perasaan siswa dalam belajar adalah sangat tinggi. f. Keterlibatan siswa dalam belajar adalah cukup. g. Keingintahuan siswa dalam belajar adalah cukup.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis skor pre test


(2)

dan post test dengan menggunakan uji t dan rata-rata nilai pre test ke post test yaitu dari 53,844 ke 75,164 , sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa.

B. Saran

1. Bagi Guru dan Calon Guru

Bagi guru dan calon guru dapat lebih mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)

ini pada pokok bahasan yang relevan agar lebih dapat menumbuhkan dan menggali motivasi belajar siswa dan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu bagi guru dan calon guru dapat membuat inovasi yang kreatif terkait dengan strategi pembelajaran kooperatif agar semakin dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa pada pelajaran matematika, karena motivasi siswa juga berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa. 2. Bagi Peneliti yang Lain

Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis, akan lebih baik apabila melakukan penelitian dengan membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)

dengan model belajar yang lain sehingga dapat lebih mempertegas pendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) memiliki pengaruh yang lebih baik dalam menumbuhkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.


(3)

168

Daftar Pustaka

Agus Irianto . 2007. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana Penada Media Group.

Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dadi Permana. A, Triyati.Bersahabat Dengan Matematika untuk kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. BSE (Buku Sekolah Elektronik).

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Budhi Aksara.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Pengantar Statistika Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kartika Budi. 2001. Berbagai Strategi untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU, Efektifitasnya, dan Sikap Mereka Pada Strategi Tersebut. Yogyakarta: Widyadharma.

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

M. Cholik Adinawan, Sugijono, dan Subroto. 2005. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Paul Suparno. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Rusman. 2011.Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman. A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru). Jakarta : Rajawali.

Sardiman. A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(4)

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative learning. Theory, Research and Peractice, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Terjemahan Cooperative Learning: Theory, Reserch and Practice, oleh: Narulita. Bandung: Nusa Media.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi daan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.

ST . Negoro dan B. Harahap. 1979. Penuntun Matematika SMP 2. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

(Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya). Jakarta: Prestasi Pustaka

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Tri Handoko. 2006. Terampil Matematika 6 untuk kelas 6 SD. Jakarta: Yudhistira. Wagiyo, A, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika Untuk SMP/MTS Kelas

VII. BSE (Buku Sekolah Elektronik).

Wilson Simangunsong. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Wina Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.


(5)

vi ABSTRAK

Rufina Ni Luh Wiwik Handayani, 081414008. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari: (1) Lembar observasi / pengamatan motivasi belajar siswa, (2) Angket motivasi belajar siswa, (3) Lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) Tes hasil belajar siswa yang terdiri dari pre test, kuis dan post test. (5) Alat dokumentasi. Data hasil observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa. Data tes hasil belajar yaitu hasil

pre test dan post test yang dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh yang tinggi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis observasi / pengamatan dan angket motivasi belajar siswa yang secara keseluruhan dalam kriteria tinggi. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis skor

pre test dan post test dengan perhitungan uji t diperoleh thitung = 8,642 ttabel = 2,064 dan thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh yang tinggi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: STAD, motivasi belajar, hasil belajar, penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(6)

ABSTRACT

Rufina Ni Luh Wiwik Handayani. 2012. The Influence of Using Cooperative Learning (STAD) to the Students’ Motivation and Learning Result in Addition and Reduction of Integers in VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School, 2012-2013. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know the influence of STAD in enhancing students’ motivation and learning results in addition and reduction of integers in VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School, 2012-2013.

The subjects of this research were class A, seventh grade students of SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, 2012-2013. This research used descriptive qualitative and quantitative and used (1) observation sheet, (2) the questionnaire, (3) the interview, (4) students’ score on pre-test, quiz, and post-test, and (5) documentation tool as the instruments of the research. The data from the observation and the questionnaire were analyzed by determining the students’ total scores and percentage. Based on the percentage, the results of students’ motivation criteria were obtained. The interview was done to strengthen the data obtained both from the observation and the questionnaire and were analyzed qualitatively. The data of students’ learning results were obtained from the pre-test and post-pre-test and were analyzed using experiment t to know the improvement of students’ learning result.

The results of the research showed that (1) the using of cooperative learning, in this case STAD, enhances students motivation in the learning process. It was shown by the observation and the questionnaire results, (2) the using of STAD increase students’ score. It could be seen from the students’ score on the pre-test and post-test with experiment t, obtained t hitung = 8,642 t table=2,064 and t hitung> t table, it could be concluded that the students’ scores were increased. Based on the results, it could be concluded that the using of cooperative learning, type STAD, enhances students’ motivation in learning and improved students’ scores.

Key Words : STAD, students’ motivation, learning results, addition and reduction of integers.


Dokumen yang terkait

Efektifitas penggunaan metode resitasi dan kartu kerja terhadap hasil belajar fisika siswa kelas II cawu III pokok bahasan struktur inti dan radioaktifitas di MAN 2 Jember tahun pelajaran 2000/2001

0 4 105

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe roundtable terhadap hasil belajar Matematika siswa jenjang analisis dan sintesis

3 31 178

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 20 162

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan program Geometer’s Sketchpad terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP

0 0 12

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe TAI terhadap hasil belajar dan kemandirian belajar peserta didik pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 167

Perbandingan aktivitas dan hasil belajar siswa antara model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Stad pada pokok bahasan usaha dan energi di SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89