Efektifitas pebelajaran menggunakan LKS terstruktur : pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat terhadap hasil belajar siswa kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013.

(1)

i

PADA POKOK BAHASAN OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

KELAS VII A DI SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: PARAMITA JATI

NIM : 081414047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :

+ Tuhan Yesus Kristus +

Bunda Maria, Santa Theresia Kanak-kanak Yesus dan Semua Orang Kudus di Surga.

Keluargaku

Kedua Orangtuaku Bapak Mursahid dan Ibu Wasiyati Ning Jati yang tercinta, mbak-mbakku Nana dan Dewi, mas-masku ipar Anggit dan Yuswo, adikku Lilih, serta

keponakan-keponakanku Benning, Edga, Jani, Lanang yang membuatku selalu bahagia dan semangat.

Semua teman-temanku kost Wulandari

Ika, Nenek, Mami, Tiwi, Kak Dina, Laras, Puput, Vita, Yoha, Siska, Fili, Desi, Lentin, Ave, Shela, Siska Kecil, dan Lutmi.

Semua teman-temanku Bee kost

Nita, Adven, Elis, Mia, Niken, Aan, Dewi, dan Ida.

Sahabat setiaku

Veronica Wiwik Astuty, Adina Depari dan Al... telah memdampingiku saat suka dan duka.

Semua teman-temanku organisasi

OMK Paroki St. Theresia Sedayu, OMK Lingkungan St. Markus Semampir, OMK Lingkungan St. Lukas Sundi, dan adik-adik PIA-PIR St. Markus dan St. Lukas.

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma, tempatku menuntut ilmu...

Terimakasih atas doa dan dukungan kalian semua.... + Berkah Dalem +


(5)

v MOTTO

Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua pun bahagia

Tujuan kuliah bukan hanya sekadar mendapatkan ijazah. Ilmu yang terpenting yang harus didapat.

Percuma dapat ijazah tapi sedikit ilmu yang didapat dari fakultas. Belajar butuh kesabaran

Hilangkan rasa ingin cepat-cepat menguasai materi. Belajar butuh proses.

Memahami lebih baik dari sekadar membaca.

Banyak yang ingin pintar, tapi tidak banyak yang mau belajar. Kalau mahasiswa tak mau belajar, belum menjadi mahasiswa sejati. Tidak ada mata pelajaran yang sulit, kecuali kemalasan akan mempelajari mata

pelajaran tersebut.

Orang tua kerja untuk menghidupi anaknya, anaknya sekolah agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak di kemudian hari.

Dengan belajar dan mendapatkan nilai baik adalah cara jitu pelajar untuk membahagiakan orang tuanya.

Malas belajar hanya akan membuat suatu pelajaran semakin sulit dipelajari. Lebih baik belajar satu halaman per hari daripada belajar satu buku tapi cuma sehari.

Bodoh itu takdir, tapi bisa diubah. Tentunya dengan belajar.

Belajar adalah investasi berharga untuk masa depan dan tidak seperti harta yang suatu saat bisa habis.

Bagi yang tahu bahwa belajar itu menyenangkan, belajar adalah aktivitas yang menyenangkan.

Dengan belajar sesungguhnya kita telah membuka satu pintu menuju kesuksessan Aku datang, aku belajar, aku ujian, aku revisi dan aku menang!

Bermimpilah tentang apa yang ingin aku impikan, pergilah ke tempat-tempat aku ingin pergi, jadilah seperti yang aku inginkan, karena aku hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin aku lakukan.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Paramita Jati (2013). Efektifitas Pembelajaran Menggunakan LKS Terstruktur Pokok Bahasan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk LKS terstruktur dapat memberikan pembelajaran yang efektif terhadap hasil belajar dan bagaimana anggapan siswa kelas VII A terhadap pembelajaran dengan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2012. Subyek penelitian berjumlah 20 orang siswa. Data hasil belajar dikumpulkan dengan metode tes dan data anggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan dengan metode angket. Teknik analisis data penelitian menggunakan teknik kuantitatif diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mencapai ketuntasan 80% maka pembelajaran menggunakan lembar kerja siswa (LKS) terstruktur pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dinyatakan efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Anggapan siswa kelas VII A menunjukkan siswa merasa senang setelah mengikuti pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan lembar kerja siswa (LKS) terstruktur yang dilengkapi alat peraga (mistar sederhana, kancing bermuatan dan garis bilangan) maka menjadi lebih mudah mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga kesulitan siswa dalam memahami materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat diatasi.

Kata kunci: Efektifitas, Pembelajaran, LKS Terstruktur, Hasil Belajar, dan Matematika.


(9)

ix ABSTRACT

Paramita Jati (2013). The Effectiveness of Learning Applied Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur Topic of Addition and Reduction Operation of Integer toward Learning Outcomes of Students of VII A of SMP BOPKRI 2 Yogyakarta 2012/2013 Academic Year. Mathematics and Nature Science Education Study Program, Faculty of Teachers and Training Education, Sanata Dharma University.

The research aims to find out whether or not the learning packed in the form of Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur could be effective toward learning outcomes and to find out supposition students of VII A on the topic of addition and reduction operation of integer of SMP BOPKRI 2 Yogyakarta 2012/2013 Academic Year.

The research was conducted in July-August 2012. The subject of this research was twenty students. The data of learning outcomes were collected by test method and was added by learning evaluation data which were collected by questionnaire. To analyze the research data, descriptive quantitative technique was applied.

The research result showed that learning outcomes reached 80% of mastery, thus, the learning applied Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur on the topic of addition and reduction operation of integer was effective toward learning outcomes of students of VIIA of SMP BOPKRI 2 Yogyakarta 2012/2013 Academic Year. The supposition students of VII A showed that the students were excited after joining mathematics learning on addition and reduction operation topic of integer which was applied Lembar Kerja Siswa (LKS)Terstruktur and visual aids (simple ruler, loaded-button, and number line). The learning of addition and reduction operation topic of integer is easier, thus, the students’ difficulty in understanding addition and reduction operation of integer could be overcome.

Keywords: Effectiveness, Learning, LKS Terstruktur, Learning Outcomes, and Mathematics.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmatNya yang besar, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Semua usaha yang penulis lakukan ini tidak akan berhasil tanpa doa, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, dukungan dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T., dan Bapak D. Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji skripsi.

6. Seluruh staf dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas kebaikan, bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

7. Ibu Dra.Yetti Yuliati Soebari, selaku Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.


(11)

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR FOTO ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6


(13)

xiii

E. Batasan Istilah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Pembelajaran ... 11

B. Media Pembelajaran ... 19

C. Efektifitas ... 22

D. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 25

E. Metode Diskusi ... 30

F. Penggunaan Metode Diskusi yang Menggunakan LKS... 34

G. Hasil Belajar ... 35

H. Prestasi Belajar ... 37

I. Bilangan Bulat ... 39

J. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ... 44

K. Kerangka Berpikir ... 67

L. Hipotesis ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 69

A. Metode Penelitian ... 69

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 70

D. Treatmen Penelitian ... 70

E. Variabel Penelitian ... 71


(14)

xiv

G. Validitas Penelitian ... 75

H. Teknik Analisis Data ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 77

A. Data ... ... 77

B. Analisis Data ... 81

C. Kelemahan Penelitian... 87

BAB V. PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

Daftar Pustaka ... 91

Daftar Reverensi dari Internet ... 93


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.0 Garis Bilangan ... 39

Gambar 2.1 Urutan Bilangan Bulat yang Ditunjukkan dengan Garis Bilangan ... 40

Gambar 2.2 Dua Potong Mistar Sederhana ... 44

Gambar 2.3 Dua Potong Mistar Sederhana yang Disatukan ... 45

Gambar 2.4 Mistar Sederhana pada Penjumlahan 2 + 1 ... 45

Gambar 2.5 Mistar Sederhana pada Penjumlahan -2 + (-1) ... 46

Gambar 2.6 Mistar Sederhana pada Penjumlahan 2 + (-1) ... 46

Gambar 2.7 Mistar Sederhana pada Penjumlahan -2 + 1 ... 46

Gambar 2.8 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan 2 + 1 ... 48

Gambar 2.9 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan -2 + (-1) ... 48

Gambar 2.10 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan 2 + (-1) ... 48

Gambar 2.11 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan -2 + 1 ... 49

Gambar 2.12 Garis Bilangan pada Penjumlahan 2 + 1 ... 50

Gambar 2.13 Garis Bilangan pada Penjumlahan -2 + (-1) ... 50

Gambar 2.14 Garis Bilangan pada Penjumlahan 2 + (-1) ... 51

Gambar 2.15 Garis Bilangan pada Penjumlahan -2 + 1 ... 51

Gambar 2.16 Mistar Sederhana pada Pengurangan 3 - 1 ... 56


(16)

xvi

Gambar 2.18 Mistar Sederhana pada Pengurangan 3 – (-1) ... 57

Gambar 2.19 Mistar Sederhana pada Pengurangan -3 - 1 ... 58

Gambar 2.20 Kancing Bermuatan pada Pengurangan 3 - 1... 59

Gambar 2.21 Kancing Bermuatan pada Pengurangan -3 – (-1)... 59

Gambar 2.22 Kancing Bermuatan pada Pengurangan 3 – (-1) ... 60

Gambar 2.23 Kancing Bermuatan pada Pengurangan -3 - 1 ... 60

Gambar 2.24 Garis Bilangan pada Pengurangan 4 - 3... 61

Gambar 2.25 Garis Bilangan pada Penjumlahan 4 + (-3) ... 61

Gambar 2.26 Garis Bilangan pada Pengurangan -5 – (-2)... 62

Gambar 2.27 Garis Bilangan pada Penjumlahan -5 + 2 ... 62

Gambar 2.28 Garis Bilangan pada Pengurangan 3 - 1... 63

Gambar 2.29 Garis Bilangan pada Pengurangan -3 – (-1)... 64

Gambar 2.30 Garis Bilangan pada Pengurangan 3 – (-1) ... 64


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Kelas VII A ... 77

Tabel 4.2 Jawaban Angket Pertanyaan No. 1 Siswa Kelas VII A ... 78

Tabel 4.3 Jawaban Angket Pertanyaan No. 2 Siswa Kelas VII A ... 79

Tabel 4.4 Jawaban Angket Pertanyaan No. 3 Siswa Kelas VII A ... 80

Tabel 4.5 Nilai dan Pengambilan Keputusan ... 82

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas VII A ... 83


(18)

xviii DAFTAR FOTO

Halaman Foto C.1 Guru Mengajarkan Materi Bilangan Bulat kepada Siswa Kelas

VII A ... 157 Foto C.2 Antusias Siswa Kelas VII A saat Guru Mengajarkan Materi

Bilangan Bulat ... 157 Foto C.3 Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis dari Soal yang

Diberikan oleh Guru ... 158 Foto C.4 Observer Mengobservasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas

VII A ... 158 Foto D.1 Guru Mengajarkan Cara Menggunakan Alat Peraga Mistar

Sederhana ... 159 Foto D.2 Siswa Berkelompok Mempraktekkan Alat Peraga Mistar

Sederhana untuk Menyelesaikan Soal-soal Latihan pada LKS 159 Foto D.3 Siswa Berkelompok Mempraktekkan Alat Peraga Kancing

Bermuatan untuk Menyelesaikan Soal-soal Latihan pada LKS 160 Foto D.4 Guru Mengajarkan Cara Mengoperasikan Bilangan Bulat

Menggunakan Garis Bilangan... 160 Foto D.5 Siswa Menggambar Garis Bilangan untuk Menyelesaikan


(19)

xix

Foto D.6 Siswa Menggambarkan Garis Bilangan di Papan Tulis dari Soal Latihan pada LKS ... 161 Foto D.7 Guru Mengajarkan Cara Mengoperasikan Bilangan Bulat

Tanpa Menggunakan Alat Peraga ... 162 Foto D.8 Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis dari Soal-soal Latihan

pada LKS ... 162 Foto D.9 Siswa Kelas VII A Mengerjakan Soal Tes Materi Operasi

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ... 163 Foto D.10 Siswa Menuliskan Jawaban ke Lembar Jawab dan Menuliskan

Langkah-langkahnya di Kertas Buram ... 163 Foto D.11 Siswa Mengisi Angket secara Pribadi sebagai Evaluasi


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (INSTRUMEN PENELITIAN) Halaman

Lampiran A.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 a ... 94

Lampiran A.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 b ... 102

Lampiran A.3 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 a ... 107

Lampiran A.4 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 b ... 113

Lampiran A.5 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 a ... 119

Lampiran A.6 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 b ... 128

Lampiran A.7 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 a ... 132

Lampiran A.8 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 b ... 141

Lampiran A.9 Soal Tes Hasil Belajar ... 144

Lampiran A.10 Angket Evaluasi Pembelajaran ... 146

Lampiran A.11 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 147

LAMPIRAN B (HASIL OBSERVASI DI KELAS VII A) Lampiran B.1 Hasil Observasi Observer I ... 150

Lampiran B.2 Hasil Observasi Observer II ... 153

LAMPIRAN C (FOTO-FOTO OBSERVASI DI KELAS VII A) Lampiran C Foto-foto Observasi di Kelas VII A ... 157

LAMPIRAN D (FOTO-FOTO PENELITIAN DI KELAS VII A) Lampiran D Foto-foto Penelitian di Kelas VII A ... 159


(21)

xxi

LAMPIRAN E (HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A)

Lampiran E.1 Hasil Belajar Siswa No. Absen 1 ... 165

Lampiran E.2 Hasil Belajar Siswa No. Absen 14 ... 167

Lampiran E.3 Hasil Belajar Siswa No. Absen 15 ... 169

Lampiran E.4 Hasil Belajar Siswa No. Absen 16 ... 171

Lampiran E.5 Hasil Belajar Siswa No. Absen 2 ... 174

Lampiran E.6 Hasil Belajar Siswa No. Absen 12 ... 176

LAMPIRAN F (HASIL ANGKET SISWA KELAS VII A) Lampiran F.1 Hasil Angket Siswa No. Absen 1 ... 178

Lampiran F.2 Hasil Angket Siswa No. Absen 2 ... 179

Lampiran F.3 Hasil Angket Siswa No. Absen 3 ... 180

Lampiran F.4 Hasil Angket Siswa No. Absen 4 ... 181

Lampiran F.5 Hasil Angket Siswa No. Absen 5 ... 182

Lampiran F.6 Hasil Angket Siswa No. Absen 6 ... 183

Lampiran F.7 Hasil Angket Siswa No. Absen 7 ... 184

Lampiran F.8 Hasil Angket Siswa No. Absen 8 ... 185

Lampiran F.9 Hasil Angket Siswa No. Absen 9 ... 186

Lampiran F.10 Hasil Angket Siswa No. Absen 10 ... 187

Lampiran F.11 Hasil Angket Siswa No. Absen 11 ... 188

Lampiran F.12 Hasil Angket Siswa No. Absen 12 ... 189

Lampiran F.13 Hasil Angket Siswa No. Absen 13 ... 190


(22)

xxii

Lampiran F.15 Hasil Angket Siswa No. Absen 15 ... 192 Lampiran F.16 Hasil Angket Siswa No. Absen 16 ... 193 Lampiran F.17 Hasil Angket Siswa No. Absen 17 ... 194 Lampiran F.18 Hasil Angket Siswa No. Absen 18 ... 195 Lampiran F.19 Hasil Angket Siswa No. Absen 19 ... 196 Lampiran F.20 Hasil Angket Siswa No. Absen 20 ... 197 LAMPIRAN G (SURAT-SURAT PENELITIAN)

Lampiran G.1 Surat Ijin Penelitian ... 198 Lampiran G.2 Surat Keterangan Penelitian ... 199


(23)

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta berada di jalan Sultan Agung No. 4, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta. Sekolah ini dekat dengan pusat keramaian kota Yoyakarta yang dikenal dengan pusat perbelanjaan Malioboro. Sekolah ini juga tepat berada di pojok perempatan jalan berambu lalu lintas. Walaupun keberadaan sekolah ini dekat dengan keramaian kota, proses pembelajaran di dalam sekolah tetap berjalan dengan lancar. Suasana sekolah yang teduh karena banyak pepohonan di sekitarnya, juga memberikan kenyamanan dalam belajar-mengajar di sekolah ini.

Suasana sekolah yang nyaman, teduh dan aman tentu akan menumbuhkan kegairahan belajar di dalam diri para guru dan siswa-siswi di sekolah ini. Sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar-mengajar yang efektif. Oleh karena itu, para guru dan siswa-siswi di sekolah ini dituntut agar mereka dapat menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik, menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa suasana belajar-mengajar yang dibangun antara guru dan siswa di sekolah ini dapat memotivasi para siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah dan turut menentukan keberhasilan para siswa.


(25)

di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta. Pengalaman PPL (Program Pengalaman Lapangan) di sekolah SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta memberikan pengalaman berharga bagi penulis. Waktu itu, penulis mengajar mata pelajaran matematika untuk pertama kalinya di sebuah ruangan kelas. Pengalaman mengajar ini merupakan salah satu pengalaman yang paling menakutkan sekaligus menggembirakan bagi penulis. Penulis takut karena hal ini adalah pengalaman baru, namun penulis juga gembira karena mendapatkan banyak hal baru di dalam pengalaman mengajar itu. Pengalaman PPL itu membuat penulis memiliki pengalaman mengajar yang dapat membantu penulis mempersiapkan diri menjadi pengajar yang baik.

Belajar dari pengalaman PPL, penulis menyadari bahwa merencanakan proses mengajar merupakan persiapan yang penting. Perencanaan proses pembelajaran ini bertujuan membuat ‘tahap-tahap’ utama yang akan penulis jalankan dalam suatu proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tersebut sebaiknya dilandasi oleh pengetehuan-pengetahuan tertentu seperti kecocokan materi pelajaran dengan silabus secara umum dan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh sebagian besar siswa mengenai materi yang akan diberikan. Perencanaan proses pembelajaran ini penting dibuat sebelum memulai memberikan materi untuk para siswa. Dengan demikian, pengajar perlu mengetahui sasaran dan tujuan yang akan dicapai dari perencanaan pembelajaaran tersebut dengan memaksimalkan waktu yang ada.


(26)

BOPKRI 2 Yogyakarta menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) sebagai syarat kenaikan kelas khususnya untuk kelas VII dan VIII. Kurikulum ini menuntut supaya siswa memahami betul-betul materi yang diberikan oleh pengajar. Oleh karena itu, buku pelajaran merupakan salah satu rujukan bahan ajar pembelajaran siswa di kelas dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap suatu materi. Buku pelajaran ini juga memberikan informasi tentang pokok bahasan tertentu secara lebih luas dan mendalam. Buku tersebut tidak wajib digunakan oleh siswa dan guru dalam proses belajar dan pembelajaran, tetapi berguna bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami pokok bahasan tertentu.

Berdasarkan observasi di kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, penulis menyimpulkan bahwa hanya guru yang menggunakan buku pelajaran sedangkan siswa belum mempergunakan buku pelajaran itu secara maksimal sebagai buku pegangan belajar siswa. Buku pelajaran tersebut digunakan guru sebagai bahan ajar untuk menjelaskan suatu materi. Guru menjelaskan isi buku pelajaran itu dengan metode ceramah sehingga membuat siswa merasa bosan dan bingung ketika dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka sampai pada pemahaman ‘benar atau salah’. Misalnya, pada pembelajaran pokok bahasan mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Dari pengamatan ini, penulis berpendapat bahwa selain merancang proses pembelajaran, seorang guru juga harus merancang suatu alat peraga


(27)

yang akan digunakan untuk memvisualisasikan materi yang akan diberikan kepada para siswa. Hal ini penting karena pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih membuat siswa termotivasi untuk memahami dan menguasai materi. Oleh karena itu, seorang guru mesti mempersiapkan suatu perangkat pembelajaran yang disusun sedemikian-rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien sesuai dengan bahan yang telah disiapkan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mencakup juga bagaimana guru menggunakan lembar kerja siswa (LKS) terstruktur. Lembar kerja siswa (LKS) terstruktur merupakan bahan ajar yang diberikan kepada siswa untuk dipelajari dan dibahas selama proses pembelajaran di kelas. LKS terstruktur ini disusun sedemikian rupa sehingga siswa secara sadar merasa membutuhkan instrumen tersebut. Siswa merasa tertarik dan penasaran mempelajarinya. LKS terstruktur ini dapat menjembatani dan meningkatkan penguasaan kemampuan siswa jika disusun dengan seksama dan memperhatikan dengan cermat perkembangan kognitif siswa serta cara penyampaian yang sesuai dengan pembelajarannya.

Oleh karena itu, Penilaian terhadap hasil belajar merupakan bagian penting dari kegiatan belajar mengajar yang efektif. Penilaian muncul selama pelajaran dan merupakan bagian alami dari banyak interaksi yang terjadi antara siswa dan guru. Penilaian menginformasikan siswa tentang prestasinya. Penilaian membantu guru memutuskan tingkat dukungan yang


(28)

dibutuhkan siswa pada titik yang berbeda dalam suatu pelajaran. Penilaian ini membantu siswa untuk dapat memutuskan tindakan selajutnya dalam memecahkan suatu soal dan tugas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi di lapangan tersebut, penulis mengetahui berbagai permasalahan yang ada di lapangan. Oleh karena itu penulis hendak mengemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain sebagai hasil penelitian yang penulis jumpai di lapangan :

1. Pembaharuan sistem pendidikan terutama pada pembaharuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membuat SMP BOPKRI 2 Yogyakarta menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) sebagai syarat kenaikan kelas khususnya untuk kelas VII dan VIII. Adanya kurikulum ini menuntut siswa memahami suatu materi secara utuh.

2. Penggunaan buku pelajaran merupakan salah satu rujukan bahan ajar pembelajaran siswa di kelas dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap suatu materi. Hasil observasi di kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta menunjukkan bahwa hanya guru yang menggunakan buku pelajaran sedangkan siswa belum menggunakan buku pelajaran sebagai buku pegangan belajar siswa.

3. Guru menjelaskan dengan metode ceramah sehingga membuat siswa merasa bosan dan bingung ketika dihadapkan suatu masalah yang menuntut mereka pada pemahaman ‘benar atau salah’. Misalnya, pada


(29)

pembelajaran pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, maka selain merancang pembelajaran seorang guru juga merancang suatu alat peraga. Penggunaan alat peraga dapat memotivasi siswa untuk belajar.

4. Persiapan seorang guru mempersiapkan suatu perangkat pembelajaran yang disusun sedemikianrupa sehingga proses pembelajaran berjalan efektif sesuai yang telah disiapkan dan tujuan pembelajaran tercapai. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri pembelajaran guru menggunakan lembar kerja siswa (LKS) terstruktur. 5. Penilaian terhadap hasil belajar merupakan bagian penting dari kegiatan

belajar mengajar yang efektif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, penulis memberi pembatasan masalah yaitu:

1. Efektifitas pembelajaran dengan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat terhadap hasil belajar siswa kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. 2. Tanggapan siswa kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran

2012/2013 terhadap pembelajaran dengan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah ini, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah:

1. Apakah pembelajaran menggunakan LKS terstruktur dapat memberikan pembelajaran yang efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VII A pada pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulatdi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahunajaran 2012/2013?

2. Bagaimana tanggapan siswa kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap pembelajaran dengan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang digunakan. Adapaun penjelasan mengenai istilah-istilah dalam penelitian ini antara lain: 1. Efektifitas

Efektifitas dalam proses pembelajaran didefinisikan sebagai suatu ukuran keberhasilan penggunaan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur


(31)

(asli/duplikat) yang dirancang dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk membimbing siswa dalam mempelajari suatu topik materi pelajaran dan dilengkapi dengan media alat peraga.

4. Pokok Bahasan

Pokok bahasan adalah materi tema yang dibahas. 5. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan

Operasi Penjumlahan dan Pengurangan adalah tindakan atau prosedur untuk menghasilkan suatu hasil penjumlahan dan pengurangan. 6. Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah himpunan bilangan bulat yang terdiri bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif (bilangan asli).

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perolehan nilai/skor dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.

8. Siswa Kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

Siswa Kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta adalah pelajar pada tingkat VII A di Sekolah Menengah Pertama (SMP) milik sekolah swasta Kristen Indonesia yang berada di jalan Sultan Agung No. 4, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta.

9. Tahun Ajaran 2012/2013

Tahun ajaran 2012/2013 adalah masa belajar dalam tahun 2012/2013.


(32)

Bahasan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat terhadap Hasil Belajar Siswa kelasVII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 adalah ukuran suatu keberhasilan dalam proses interaksi peserta didik dan pendidik menggunakan sarana lembar kerja tertruktur dilengkapi dengan media alat peraga pada pembahasan tindakan yang menghasilkan suatu penjumlahan dan pengurangan himpunan bilangan bulat terhadap perolehan nilai/skor belajar siswa kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada masa belajar dalam tahun 2012/2013.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk LKS terstruktur dapat memberikan pembelajaran yang efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VII A pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Tanggapan siswa kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap pembelajaran dengan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa :


(33)

dikemas dalam bentuk LKS terstruktur.

b. Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

c. Dapat memberikan pengalaman belajar yang lain yaitu pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.

2. Manfaat bagi guru dan calon guru :

a. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, tidak monoton, bervariasi, yang membuat proses pembelajaran menjadi terasa menarik sehingga dapat memudahkan proses belajar.

b. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi, mengemukakan pendapatnya.

c. Dapat mempermudah guru dalam melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.

3. Manfaat bagi sekolah :

a. Dengan meningkatkan prestasi siswa, maka dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

b. Penggunaan pembelajaran dengan LKS terstruktur yang menunjang pembelajaran siswa di kelas akan lebih bervariasi.

c. Dengan adanya penelitian ini, maka pihak sekolah lebih mudah untuk mendorong guru untuk meningkatkan pembelajaran, sehingga kegiatan belajar tidak monoton.


(34)

4. Manfaat bagi peneliti :

a. Memberi tambahan wawasan terhadap peneliti sehingga lebih mantap dalam menjalankan tugas.

b. Dapat meningkatkan profesionalisme dan dedikasi sebagai guru sekaligus pendidik di sekolah untuk lebih mengembangkan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

c. Memberikan sumbangan pikiran dalam rangka penanaman ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi matematika.


(35)

(36)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:17).

Dimyati dan Mudjiono (2006:20) menjabarkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran menurut Muhaimin (dalam Riyanto, 2009:131) adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.

Menurut beberapa pengertian di atas pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang diberikan pendidik agar


(37)

dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Ciri-ciri Pembelajaran

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran ialah:

1. Rencana

Rencana ialah penataan ketenangan, amterial, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2. Kesalingtergantungan

Kesalingtergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3. Tujuan

Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia memiliki tujuan. Sistem alami (natural) memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai


(38)

dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara lebih efisien dan efektif. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran.

Unsur-unsur Pembelajaran

Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa/ peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Unsur Dinamis Pembelajaran pada Diri Guru 1. Motivasi membelajarkan siswa

Guru harus memiliki motovasi untuk membelajarkan siswa. Motivasi itu sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik. Jadi, guru


(39)

memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu.

2. Kondisi guru siap membelajarkan siswa

Guru perlu memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran, disamping kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan profesional. Guru perlu berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiassa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan siswa.

Unsur Pembelajaran Konkruen dengan Unsur Belajar

1. Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.

Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka memotivasi siswa agar belajar ialah:

a. Prinsip kebermakmuran, siswa temotivasi untuk mempelajari hal-hal yang bermakana baginya.

b. Prasyarat, siswa lebih suka mempelajari sesuatu yang baru jika dia memiliki pengalaman prasyarat.

c. Model, siswa lebih suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu model perilaku yang dapat diamati dan ditiru.


(40)

d. Komunikasi terbuka, siswa lebih suka belajar bila penyajian ditata agar supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pendapat siswa. e. Daya tarik, siswa lebih suka belajar bila perhatiannya tertarik oleh

penyajian yang menyenangkan/ menarik.

f. Aktif dalam latihan, siswa lebih senang belajar bila dia dapat berperan aktif dalam latihan/ praktik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

g. Latihan yang terbagi, siswa lebih suka belajar bila latihan-latihan dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek.

h. Tekanan instruksional, siswa lebih suka belajar bila tekanan/ kewajiban dalam pengajaran dimulai dari yang kuat tetapi lambat laun semakin melemah.

i. Keadaan yang menyenangkan, siswa lebih suka belajar terus bila kondisi-kondisi pembelajaran menyenagkan baginya.

2. Sumber-sumber yang digunakan sebagai belajar terdapat pada: a. Buku pelajaran

Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan dengan mata ajaran tertentu. Bahan-bahan tersebut dapat berupa sumber pokok. Pemilihan buku-buku sumber telah ditetapkan dalam pedoman kurikulum dan berdasarkan pertimbangan tertentu.


(41)

b. Pribadi guru

Pribadi guru sendiri pada dasarnya merupakan sumber tak tertulis dan sangat penting serta sangat kaya dan luas, yang perlu dimanfaatkan secara maksimal. Itu sebabnya, guru-guru senantiassa diminta agar terus belajar untuk memperkaya dan memperluas serta mendalami ilmu pengetahuan, sehingga pada waktunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan belajar yang berdayaguna bagi kepentingan proses belajar siswa.

c. Sumber masyarakat

Sumber masyarakat juga merupakan sumber yang paling kaya bagi bahan belajar siswa. Hal-hal yang tidak tertulis dalam buku dan belum terkuasai oleh guru, ternyata ada dalam masyarakat berupa obyek, kejadian dan peninggalan sejarah. Hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan belajar. Untuk itu guru perlu menyiapkan program pembelajaran dalam upaya memanfaatkan masyarakat sebagai sumber bahan belajar bagi siswanya.

3. Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru

Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan bantuan orang tua. Namun, harus dipertimbangkan kesesuaian siswa sendiri, bahan yang dipelajari, dan ketersediannya di sekolah. Prinsip kesesuaian ini perlu diperhatikan karena sering terjadi pemilihan dan penggunaan suatu alat bantu belajar ternyata tidak cocok


(42)

untuk kegiatan belajar itu sendiri, dan ternyata tidak banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa. Prosedur yang dapat ditempuh adalah:

a. Memilih dan menggunakan alat bantuan yang tersedia di sekolah sesuai dengan rencana pembelajaran.

b. Siswa memilih dan membuat sendiri alat bantuan yang diperlukannya, berdasarkan petunjuk dan bantuan guru.

c. Membeli di pasaran bebas seandainya alat-alat yang perlukan itu ada di pasaran dan cocok untuk kegiatan belajar yang akan dilakukan. 4. Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif

Untuk Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya, sebagai berikut: a. Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas.

Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas diharapkan bersikap menunjang, membantu, adil, dan terbuka dalam kelas. Sikap-sikap tersebut pada gilirannya akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan menggairahkan serta menciptakan antusias terhadap pelajaran yang sedang diberikan.

b. Kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas.

Suasana yang disiplin ini juga ditentukan oleh perilaku guru, kemampuan guru memberikan pengajaran, serta suasana dalam diri siswa sendiri.


(43)

c. Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan.

Rasa tenggang rasa dan tanggung jawab untuk kepentingan bersama ternyata lebih efektif dibandingkan dengan suasana dengan persaingan, berusaha untuk kepentingan sendiri, dan pergaulan guru siswa yang renggang dan kaku.

5. Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan.

Pembinaan kesehatan, penyesuaian bahan belajar dengan tingkat kecerdasan siswa, memperhatikan tingkat kesiapan belajar yang tepat waktunya, penyesuaian bahan belajar dengan kemampuan dan bakatnya, dan memberikan pengalaman-pengalaman prasyarat, semua kondisi itu perlu terus dikontrol oleh guru. Sediakan waktu yang khusus untuk mengenal dan mengetahui dengan seksama semua kondisi subjek belajar. Bila diketahui terdapat ketidakseimbangan dan gangguan pada kondisi mereka, maka guru perlu segera melakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah sebagai penyampaian pesan dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (Trianto, 2009:234). Media pembelajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana. Media pembelajaran tidak


(44)

hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga bentuk sederhana.

a. Media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain:

1. Media grafis atau media dua dimensi, seperti gambar, foto, grafik atau diagram.

2. Media model solid atau media dimensi tiga, seperti diorama, dan sebagainya.

3. Media proyeksi, seperti film, filmstrip, OHP. 4. Media informasi, seperti komputer, internet. 5. Lingkungan.

b. Manfaat media pembelajaran, antara lain:

1. Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa dan tidak bersifat verbalistik.

2. Metode pembelajaran lebih bervariasi.

3. Siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas. 4. Pembelajaran lebih menarik.

5. Mengatasi keterbatasan ruang.

c. Keuntungan dari media pembelajaran, antara lain: 1. Gairah belajar meningkat.

2. Siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya. 3. Interaksi langsung dengan lingkungannya.


(45)

d. Media pembelajaran menggunakan alat peraga

Alat peraga adalah media pembelajaran yang berbentuk solid atau media dimensi tiga. Alat peraga termasuk jenis peraga langsung yaitu alat yang dapat diperlihatkan secara langsung sehingga cara kerja dapat dipraktekkan secara langsung (Sriyono, 1992:82).

1. Kegunaan alat peraga menurut Ruseffendi (1979:384), antara lain: a) Supaya anak-anak lebih besar minatnya.

b) Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih mengerti dan lebih besar.

c) Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat.

2. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat peraga menurut Sriyono (1992:82-83), antara lain:

a) Semua sarana yang digunakan untuk menerangkan bahan pelajaran hendaknya jelas dan dapat menarik perhatian.

b) Bagian-bagian yang ingin diterangkan harus jelas. Demikian juga yang akan diperbandingkan, dicari persamaan dan perbedaannya juga sehingga anak tidak salah dan dapat mengerti dengan baik. c) Hendaknya guru mengetahui seberapa jauh pengertian-pengertian

anak terhadap pelajaran. Dengan demikian guru dapat mempersiapkan alat-alat peraga yang diperlukan sebelumnya.


(46)

d) Guru harus lebih banyak mengguanakan alat peraga pada waktu mengajar anak-anak kecil. Sebab anak butuh akan sesuatu yang kongkrit dan dapat diamat-amati.

e) Alat peraga yang digunakan harus dapat menumbuhkan dan membangkitkan rasa senang meneliti dan menelaah pada diri anak-anak.

f) Alat peraga yang digunakan harus dapat dillihat dengan jelas oleh setiap siswa. Bila wujudnya terlalu kecil maka guru dapat memperlihatkannya secara bergilir, satu persatu tanpa mengabaikan waktu/jam pelajaran yang tersedia.

g) Apa yang diperlihatkan harus disertai keterangan secara tertulis ataupun lisan. Sesuatu yang diperlihatkan tanpa disertai keterangan akan menimbulkan keruwetan. Dan sesuatu yang diterangkan tanpa diperlihatkan wujudnya akan menimbulkan kebingungan, terutama bagi anak-anak kecil.

3. Efektifitas

Efektifitas dalam proses pembelajaran didefinisikan sebagai suatu ukuran keberhasilan penggunaan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Indikator dapat dilihat dari ketepatan penggunaan strategi pembelajaran, alat peraga, keterlibatan siswa, waktu dan hasil yang dicapai siswa (Yansen Marpaung, 1995:22).


(47)

Keefektifan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat (Nana Sudjana, 1990:50). Efektifitas proses pembelajaran merupakan pencerminan untuk mencapai tujuan yang tepat pada sasarannya sesusi dengan tujuan yang telah ditepakan, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu jalan, upaya, teknik, dan strategi yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Keefektifan suatu proses pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga untuk dapat mencapai tujuan secara optimal dan tepat diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan sebaik-baiknya. Guru harus merancang proses belajar mengajar yang memberi kesemapatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya untuk menjelaskan situasi baru. Siswa harus dapat mengembangkan pemikiran atau keterampilan yang digunakan dalam suatu situasi tertentu yang dapat diterapkan didalam kehidupan sehari-hari. Dalam merancang pembelajaran guru harus memperhatikan faktor tujuan, situasi, fasilitas, peserta didik dan guru itu sendiri.

Pembelajaran yang efektif adalah aktif dan berpusat pada siswa. Aktif berarti bahwa:

1. Siswa tidak menanggapi perintah guru secara pasif tetapi sebaliknya mereka menyadari maksud pekerjaan yang mereka sedang lakukan.


(48)

2. Siswa termotivasi untuk belajar. Mereka mengerti ‘apa’, ‘bagaimana’, dan ‘mengapa’ tentang sesuatu.

3. Siswa mengajukan pertanyaan. Mereka merasa bebas untuk meminta bantuan dan bimbingan serta mengajukan pertanyaan ‘mengapa’.

4. Siswa berinteraksi seorang dengan yang lain dan dengan guru.

Berpusat pada siswa berarti bahwa:

1. Proses pembelajaran dengan cara tertentu berhubungan dengan suatu kelompok, suatu obyek, suatu lembaga, suatu masalah, suatu bagian lingkungan sosial, suatu isu dan seterusnya yang diketahui oleh siswa dan mereka berminat terhadapnya. Ini berarti siswa mampu melihat bahwa apa yang mereka pelajari mempunyai tujuan dan relevansi terhadap beberapa aspek kehidupannya.

2. Perbedaan-perbedaan individual antara siswa seperti kebutuhan, kemampuan, latar belakang sosial dan pendidikan serta pemahaman terdahulu atas konsep-konsep yang dipelajari harus dipertimbangkan, dan proses pembelajaran direncanakan sesuai dengan keadaan mereka. 3. Pada waktu proses pembelajaran yang direncanakan, maka harus


(49)

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2009:222). LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

b. Jenis-jenis LKS

Lembar Kerja Siswa ada 2 macam yaitu: 1. Lembar Kerja Tak Berstruktur

Lembar kerta tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk menunjang materi pelajaran, sebaggi alat bantu kegiatan belajar siswa yang dipakai guru untuk menyampaikan pelajaran. Lembar kerja tak berstruktur berupa lembaran yang diberikan kepada siswa dalam usaha mengefesienkan kegiatan belajar mengajar.

2. Lembar Kerja Berstruktur

Lembar kerja berstruktur dirancang dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk membimbing siswa dalam mempelajari suatu topik materi pelajaran. Oleh karena itu komponen lembar kerja berstruktur mencakup:


(50)

a) Judul

Judul lembar kerja berstruktur terdiri dari identitas siswa (invidual/ kelompok dalam kelas), bidang studi, topik atau pokok bahasan yang dipelajari, kelas, tanggal mengerjakan lembar kerja dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dalam lembar kerja (perkiraan secara umum).

b) Tujuan Pengajaran

Karena lembar kerja merupakan saran bagi siswa dalam mempelajari suatu topik maka siswa perlu mengetahui apa yang akan dipelajari dan apa yang akan diperoleh dari proses belajar dengan menggunakan lembar kerja yang siswa lakukan. Tujuan pengajaran hendaknya dinyatakan dalam bahasa siswa.

c) Panduan/ Petunjuk Belajar

Panduan belajar hendaknya menggunakan kalimat yang singkat jelas dan operasional yaitu mudah dipahami dan dilaksanakan oleh siswa serta tidak menimbulkan berbagai macam tafsiran. Hal ini penting karena belajar menggunakan lembar kerja berarti interaksi guru berkurang. Siswa belajar dengan petunjuk dan bimbingan yang tertulis dalam lembar kerja. Guru berperan sebagi pengontrol di kelas, pemberi semangat agar siswa mampu menyelesaikan kegiatan yang tertuang dalam lembar kerja dan sesekali memberi bimbingan khususnya kepada siswa yang lambar belajarnya dibanding teman lainnya.


(51)

d) Isi atau Uraian Kegiatan

Uraian kegiatan dalam lembar kerja berupa sajian yang ditata secara urut sehingga mewujudkan proses belajar mengajar yang terbimbing sampai akhirnya dicapai tujuanyng diharapkan. e) Evaluasi Proses Belajar

Lembar kerja memuat alat evaluasi proses belajar yaitu ditunjukkan dengan adanya soal, pertanyaan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa dengan bimbingan. Oleh karena itu seberapa jauh keberhasilan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja dapat menjadi masukan bagi pelaksanaan proses belajar mengajar.

c. Manfaat LKS

Dalam proses belajar mengajar, lembar kerja dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) dan tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena lembar kerja dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik.

1. Pemanfaatan Lembar Kerja pada Tahap Penanaman Konsep

Pemanfaatan lembar kerja pada tahap penanaman konsep berarti lembar kerja diberikan kepada siswa dalam rangka mempelajari topik/ meteri baru yang menjadi dasar dalam mempelajari topik berikutnya yang bersesuaian. Untuk itu perlu dipertimbangkan pemanfaatan media lain, misalnya alat peraga.


(52)

Banyak topik matematika (terlebih lagi untuk kelas rendah) akan sangat bermakna bagi siswa jika dipelajari melalui peragaan konkretnya, sehingga penggunaan lembar kerja untuk mempelajari topik itu harus setelah mempelajari dengan peragaan konkret. Dengan demikian pemanfaatan lembar kerja dalam penanaman konsep hendaknya setelah kita yakin bahwa siswa sudah mampu mempelajari suatu topik secara abstrak/ semi abstrak (berbentuk gambar, bilangan, simbol-simbol dan lain-lain).

2. Pemanfaatan Lembar Kerja pada Tahap Pemahaman Konsep

Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti lembar kerja dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep.

d. Kelebihan dan Kelemahan LKS Ada beberapa kelebihan LKS, yaitu:

1. Guru dapat menggunakan lembar kerja siswa sebagai media pembelajaran mandiri bagi peserta didik.

2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

3. Materi di dalam LKS lebih ringkas dan sudah mencakup keseluruhan materi.

4. Dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesama teman. 5. Kegiatan pembelajaran menjadi beragam dengan LKS.


(53)

6. Sebagai pengganti media lain ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan dengan listrik maka kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS.

Sedangkan beberapa kelemahan LKS, yaitu:

1. Adanya kekhawatiran karena guru hanya mengandalkan media LKS tersebut serta memnfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS kemudian guru meninggalkan siswa dan kembali untuk membahas LKS itu.

2. Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat.

3. Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada pelajaran yang bersifat kognitif, jarang menekankan pada emosi dan sikap.

4. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain.

Cara mengatasi kelemahan penggunaan LKS, yaitu:

1. Peningkatan kualitas professional guru perlu dan juga peningkatan kesadaran seorang guru sebagai pendidik.

2. Untuk menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru mempunyai buku pegangan selain LKS dan di dalam


(54)

LKS tidak hanya soal-soal yang wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk peserta didik juga perlu. 3. Guru bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang

menunjang, misalnya audio-visual kalau ada.

4. Menambah kagiatan – kegiatan yang menstimulus siswa untuk aktif baik bertanya kepada guru maupun menjawab pertanyaan guru. 5. Untuk menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media

satu dengan yang lain. Ataupun menambah sebuah kegiatan diluar kegiatan yang ada pada LKS tersebut.

5. Metode Diskusi a. Metode Diskusi

Metode diskusi ini merupakan bentuk belajar mengajar dimana terjadi interaksi utama antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat (Trianto, 2009:123). Dalam diskusi siswa dituntut untuk selalu aktif berpartisipasi. Siswa dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat dengan tepat, berpikir secara obyektif dan menghargai pendapat orang lain (Ruseffendi, 1988:303).

Salah satu aspek diskusi kelas adalah kemampuan untuk mengembangkan pertumbuhan kognitif, sebab pada diskusi para peserta


(55)

itu aktif dan terjadi umpan balik (Ruseffendi, 1988:302). Selain itu diskusi juga dapat meningkatkan pengertian pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah. Diskusi dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Diskusi akan lebih bermanfaat bila setiap kelompok melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas secara keseluruhan. Laporan ini bermanfaat bagi siswa, sebab mereka dapat saling mengetahui hasil setiap kelompok, mungkin hasilnya sama namun cara penyelesaiannya berbeda. Ini berarti pengalaman belajar para siswa bertambah. Setiap siswa dapat memberikan pendapatnya sehingga laporan-laporan itu menjadi lebih baik. Demikian pada guru dapat mengetahui apakah konsep-konsep yang diberikan dapat dipahami oleh para siswanya. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, guru dapat segera meluruskan kesalahpengertian itu. Jadi metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbicangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan/menyusun berbgai alternatif pemecahan suatu masalah (Hasibuan, 1986:20).

Diskusi akan dilaksanakan dengan baik bila:

1. Materi yang dipilih bisa dijadikan bahan diskusi.

2. Masalah yang ada harus mengandung banyak kemungkinan jawaban dan masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya.


(56)

3. Dalam diskusi masalah yang ada harus merangsang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha membandingkan.

4. Ada hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa. Siswa akan memiliki motivasi yang kuat dalam memecahkan masalah soal kalau mereka berminat dan menaruh perhatian dalam masalah itu (Roestiyah, 1982:7).

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi:

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

2. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih ketua diskusi, mengatur temapat duduk, dan menyiapkan sarana yang diperlukan.

3. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap kelompok berpantisipasi aktif dan diskusi berjalan lancar.

4. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, hasil-hasil tersebut ditanggapi semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.


(57)

5. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiuap kelompok (Hasibuan, 1986:23).

b. Kebaikan dan Kelemahan Metode Diskusi Ada beberapa kelebihan metode diskusi, yaitu:

1. Memaksa siswa untuk berbicara dengan bahasa yang baik, belajar mengemukakan pendapat dengan tepat dalam waktu relatif singkat dan belajar menanggapi pendapat orang lain dengan benar.

2. Berlatih memecahkan permasalahan.

3. Lebih efektif dalam mengubah sikap siswa dibandingkan dengan cara ceramah, siswa menjadi lebih aktif, lebih mengerti, kreatif, berpikir kritis dan obyektif (Ruseffendi, 1988:305).

Sedangkan kelemahan metode diskusi, yaitu:

1. Kalau di dalam kelompok itu kemampuan heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.

2. Kalau anggota kelompok itu tidak ada yang pandai, maka tidak akan menghasilkan sesuatu sehingga dengan demikian proses belajar menjadi tidak efektif.


(58)

6. Penggunaan Metode Diskusi yang Menggunakan LKS Terstruktur Metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur adalah metode pembelajaran yang menekankan proses diskusi dengan bahan LKS terstruktur dilengkapi dengan media alat peraga. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur ini, siswa membentuk kelompok diskusi dengan anggota 4-5 orang. Setelah kelompok diskusi kecil terbentuk kemudian setiap siswa dalam kelompok kecil tersebut diberi LKS terstruktur. LKS terstruktur berisi materi, petunjuk penggunaan alat peraga, dan soal-soal latihan yang harus didiskusikan oleh siswa dalam diskusi kecil. Dengan metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur materi yang akan disimpulkan dan tujuan akhir yang akan kita capai sudah jelas.

Beda antara diskusi dengan LKS terstruktur dan diskusi tanpa LKS terstruktur adalah diskusi dengan LKS terstruktur materi yang akan kita diskusikan itu sudah terangkum dalam LKS terstruktur, langkah-langkah apa yang akan didiskusikan sudah ada dalam LKS terstruktur tersebut. Jadi diskusi dengan LKS terstruktur arah yang akan kita capai sudah jelas. Sedangkan diskusi tanpa LKS terstruktur materi yang akan didiskusikan tidak terangkum dalam LKS terstruktur tetapi ada dalam buku paket yang digunakan, langkah-langkah apa yang harus didiskusikan ditentukan sendiri oleh siswa. Jadi diskusi tanpa LKS terstruktur itu belum terarah meskipun siswa tahu apa yang akan dituju.


(59)

Pemakaian metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur akan menimbulkan interaksi guru dengan siswa yang akan memberikan diskusi informasi yaitu siswa tidak hanya mendengar informasi dan menerima konsep dari guru saja tetapi siswa dibimbing memahami konsep dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS terstruktur yang pada akhirnya konsep tersebut dapat diterima secara sadar oleh siswa. Selain interaksi dengan guru, siswa juga berinteraksi dengan sesama siswa dalam satu kelompok yang pada prinsipnya metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur mengutamakan kegiatan kelompok. Melalui kegiatan kelompok akan terjadi diskusi untuk memahami secara bersama-sama konsep matematika kemudian digunakan untuk mengerjakan soal yang ada. Metode diskusi yang menggunakan LKS terstruktur juga memperhatikan 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif ditunjukkan dengan adanya tugas-tugas yang ada dalam LKS terstruktur yang dikerjakan oleh siswa. Aspek afektif ditunjukkan dengan adanya pengamatan langsung selama pembelajaran. Aspek psikomotorik ditunjukkan dengan adanya percobaan-percobaan menggunakan alat peraga yang dilakukan selama mengerjakan tugas yang ada dalam LKS terstruktur.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)


(60)

menunjuk pada pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumya. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar (Purwanto, 2008:44).

Menurut Gagne dalam Purwanto, 2008:42 menenjelaskan hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996:51 dalam Purwanto, 2008:45). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996:244 dalam Purwanto, 2008:45).

Menurut beberapa pengertian di atas maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained). Tujuan pengajaran menjadi hasil


(61)

belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karenanya, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar.

8. Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Presatasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemempuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakiin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberepa fungsi utama, antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan


(62)

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator eksteren dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi


(63)

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cronbach (dalam Azwar, 1987:3) bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain “sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”.

9. Bilangan Bulat (Integers) 1. Pengertian Bilangan Bulat

Bilangan bulat terdiri bilangan bulat negatif, bilangan nol dan bilangan bulat positif (bilangan asli).

Letak bilangan bulat dapat dinyatakan pada garis bilangan, seperti gambar berikut:

Gambar 2.0 Garis Bilangan

 Bilangan-bilangan di sebelah kanan 0, yaitu 1, 2, 3, ... disebut bilangan bulat positif.

0 -1 -2 -3 -4

-5 1 2 3 4 5

Bilangan bulat positif Bilangan bulat negatif


(64)

 Bilangan-bilangan di sebelah kiri 0, yaitu -1, -2, -3, ... disebut bilngan bulat negatif.

2. Urutan Bilangan Bulat

Urutan bilangan bulat dari bilangan 0 ke kanan semakin besar. Ditulis 0 < 1 < 2 < 3.

Urutan bilangan bulat dari bilangan 0 ke kiri semakin kecil. Ditulis (-3) < (-2) < (-1) < 0.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.1 Urutan Bilangan Bulat yang Ditunjukkan dengan Garis Bilangan

3. Operasi dan Sifat-sifat Bilangan Bulat a. Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat

Jika a dan b merupakan bilangan cacah (bilangan yang terdiri dari bilangan nol dan bilangan bulat positif) maka penjumlahan yang melibatkan bilangan-bilangan bulat a, b, -a, dan -b dapat dilakukan sebagai berikut.

1) Penjumlahan bilangan positif dengan bilangan positif a + b = b + a

contoh: 6 + 10 = 10 + 6 = 16

2) Penjumlahan bilangan negatif dengan bilangan negatif (-a) + (-b) = -(a + b)

contoh: (-8) + (-2) = -(8 + 2) = -10

0 -1 -2 -3 -4


(65)

3) Penjumlahan bilangan positif dengan bilangan negatif a + (-b) = (-b) + a = -(b – a) dengan a < b

contoh: 6 + (-8) = (-8) + 6 = -(8 – 6) = -2 a + (-b) = (-b) + a = 0 dengan a = b contoh: (-7) + 7 = 7 + (-7) = 0

4) Penjumlahan bilangan negatif dengan bilangan positif a + (-b) = (-b) + a = a – b dengan a > b

contoh: 8 + (-2) = (-2) + 8 = 8 – 2 = 6 a + (-b) = (-b) + a = 0 dengan a = b contoh: (-8) + 8 = 8 + (-8) = 0

b. Sifat-sifat Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat 1) Sifat Tertutup

Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga. Hal ini dituliskan sebgai berikut:

Untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a + b = c dengan c juga bilangan bulat.

2) Sifat Komutatif

Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk setiap bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a. 3) Mempunyai Unsur Identitas


(66)

Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya, untuk sembarang bilangan bulat apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk sembarang bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a.

4) Sifat Asosiatif

Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c, berlaku (a + b) + c = a + (b + c).

5) Mempunyai Invers

Invers suatu bilangan artinya lawan dari bilangan tersebut. Suatu bilangan dikatakan mempunyai invers jumlah, apabila hasil penjumlahan bilangan tersebut dengan inversnya (lawannya) merupakan unsur identitas (0 (nol)). Lawan dari a adalah (-a), sedangkan lawan dari (-a) adalah a. Dengan kata lain, untuk setiap bilangan bulat selain nol pasti mempunyai lawan, sedemikian sehingga berlaku a + (-a) = (-a) + a = 0.

c. Operasi Pengurangan Bilangan Bulat

Jika a dan b merupakan bilangan cacah (bilangan yang terdiri dari bilangan nol dan bilangan bulat positif) maka


(67)

pengurangan yang melibatkan bilangan-bilangan bulat a, b, -a, dan -b dapat dilakukan sebagai berikut.

1) Pengurangan bilangan positif dengan bilangan positif a – b = a + (-b)

contoh: 10 – 6 = 10 + (-6) = 4

2) Pengurangan bilangan negatif dengan bilangan negatif -a – (-b) = -a + b

contoh: (-8) – (-2) = -8 + 2 = -6

3) Pengurangan bilangan positif dengan bilangan negatif a – (-b) = a + b

contoh: 6 – (-8) = 6 + 8 = 14

4) Pengurangan bilangan negatif dengan bilangan positif -a – b = -a + (-b) = -(a + b)

Contoh: (-8) – 2 = -8 + (-2) = -(8 + 2) = -10 d. Sifat-sifat Operasi Pengurangan Bilangan Bulat

1) Sifat Tertutup

Pengurangan pada bilangan bulat bersifat tertutup, karena pengurangan dua bilangan bulat pasti mengahasilkan bilangan bulat juga. Jadi, untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a b = c dengan c juga merupakan bilangan bulat.

2) Pengurangan dinyatakan sebagai penjumlahan dengan lawan bilangan pengurang.


(68)

Pada pengurangan bilangan bulat, mengurangi dengan suatu bilangan sama artinya dengan menambah dengan lawan pengurangannya. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: Untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a b = a + (-b).

10. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Penjumlahan dan Sifat-sifatnya

1. Operasi Penjumlahan

Penjumlahan pada himpunan bilangan bulat dapat dilakukan dengan beberapa alat peraga, yaitu dengan mistar sederhana, bola bermuatan, dan garis bilangan.

a. Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Mistar Sederhana Alat :

Penggaris, alat tulis, dan gunting

Bahan :

Kertas biasa/ karton

Cara kerja

1. Buatlah dua potong karton dengan panjang 20 cm. 2. Buatlah garis bilangan dengan skala 1 cm.


(69)

Gambar 2.3 Dua Potong Mistar Sederhana yang Disatukan

Bagaimana menggunakan mistar sederhana ini untuk menjumlah? Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

1. Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Positif Contoh

Berapakah hasil penjumlahan 2 + 1?

Gambar 2.4 Mistar Sederhana pada Penjumlahan 2 + 1

Bagian atas digeser hingga posisi nol sejajar 2. Angka yang sejajar dengan 1 pada bagian bawah (bagian diam) merupakan hasilnya yaitu 3. Jadi hasil penjumlahan 2 + 1 = 3.

2. Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Negatif Contoh


(70)

Gambar 2.5 Mistar Sederhana pada Penjumlahan -2 + (-1)

Bagian atas digeser hingga posisi nol sejajar “-2”. Angka yang sejajar

dengan “-1” pada bagian bawah (bagian diam) merupakan hasilnya

yaitu “-3”.

Jadi hasil penjumlahan -2 + (-1) = -3.

3. Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Negatif Contoh

Berapakah hasil penjumlahan 2 + (-1)?

Gambar 2.6 Mistar Sederhana pada Penjumlahan 2 + (-1)

Bagian atas digeser hingga posisi nol sejajar 2. Angka yang sejajar

dengan minus “-1” pada bagian bawah (bagian diam) merupakan

hasilnya yaitu 1.

Jadi hasil penjumlahan 2 + (-1) = 1.

4. Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Positif Contoh

Berapakah hasil penjumlahan -2 + 1?


(71)

Bagian atas digeser hingga posisi nol sejajar “-2”. Angka yang sejajar dengan 1 pada bagian bawah (bagian diam) merupakan hasilnya yaitu “-1”.

Jadi hasil penjumlahan -2 + 1 = -1.

b. Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Kancing Bermuatan

Bayangkan beberapa partikel kecil berbentuk lingkaran (disimbolkan dengan kancing baju) bermuatan positif (kancing baju dengan 4 lubang) dan bermuatan negatif (kancing baju dengan 2 lubang). Positif merupakan lawan negatif, hal ini berarti satu muatan positif dan satu muatan negatif jika digabungkan akan memperoleh kancing tidak bermuatan atau nol (0).

Bagaimana menjumlahkan bilangan bulat dengan menggunakan kancing bermuatan?

Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

1. Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Positif Contoh

Berapakah hasil penjumlahan 2 + 1? Alat :

Tempat kancing (sebagai wadah kancing)

Bahan :

Kacing baju 4 lubang (muatan +) Kacing baju 2 lubang (muatan -)


(72)

1. Wadah berisi 2 kancing (+). 2. Masukkan 1 kancing (+).

3. Jika terdapat kancing (+) tersebut

digabungkan dengan salah satu kancing (-) akan saling meniadakan.

4. Jumlah kancing ada 3 bermuatan (+). Jadi hasil penjumlahan 2 + 1 = 3.

Gambar 2.8 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan 2 + 1

2. Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Negatif Contoh

Berapa hasil penjumlahan -2 + (-1) = -3?

1. Wadah berisi 2 kancing (-). 2. Masukkan 1 kancing (-).

3. Jika terdapat kancing (+) tersebut digabungkan dengan salah satu kancing (-) akan saling meniadakan.

4. Jumlah kancing ada 3 bermuatan (-). Jadi hasil penjumlahan -2 + (-1) = -3.

Gambar 2.9 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan -2 + (-1)

3. Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Negatif Contoh

Berapa hasil penjumlahan 2 + (-1) = 1?

1. Wadah berisi 2 kancing (+). 2. Masukkan 1 kancing (-).

3. Jika terdapat kancing (+) tersebut

digabungkan dengan salah satu kancing (-) akan saling meniadakan.

4. Jumlah kancing ada 1 bermuatan (+). Jadi hasil penjumlahan 2 + (-1) = 1.


(73)

4. Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Positif Contoh

Berapa hasil penjumlahan -2 + 1 = -1?

1. Wadah berisi 2 kancing (-). 2. Masukkan 1 kancing (+).

3. Jika terdapat kancing (+) tersebut digabungkan dengan salah satu kancing (-) akan saling meniadakan.

4. Jumlah kancing ada 1 bermuatan (-). Jadi hasil penjumlahan -2 + 1 = -1.

Gambar 2.11 Kancing Bermuatan pada Penjumlahan -2 + 1

c. Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Garis Bilangan

Penjumlahan bilangan bulat dapat pula dilakukan dengan alat peraga garis bilangan. Aturan yang harus dipenuhi dalam penjumlahan dengan garis bilangan adalah sebagai berikut.

Bilangan bulat positif sebagai pergeseran ke kanan.

Bilangan bulat negatif sebagai pergeseran ke kiri.

Bagaimana menjumlahkan bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan?

Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

1. Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Positif Contoh


(74)

Gambar 2.12 Garis Bilangan pada Penjumlahan 2 + 1

Untuk menghitung 2 + 1, langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Gambarlah anak panah dari angka 0 sejauh 2 satuan ke kanan sampai angka 2.

b. Gambarlah anak panah tadi dari angka 2 sejauh 1 satuan ke kanan. c. Hasil penjumlahan 2 + 1 = 3.

2. Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Negatif Contoh

Berapa hasil penjumlahan -2 + (-1)?

Gambar 2.13 Garis Bilangan pada Penjumlahan -2 + (-1)

Untuk menghitung -2 + (-1), langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Gambarlah anak panah dari angka 0 sejauh 2 satuan ke kiri sampai angka -2.

b. Gambarlah anak panah tadi dari angka -2 sejauh 1 satuan ke kiri. c. Hasil penjumlahan -2 + (-1) = -3.

3. Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Negatif Contoh


(75)

Berapa hasil penjumlahan 2 + (-1)?

Gambar 2.14 Garis Bilangan pada Penjumlahan 2 + (-1)

Untuk menghitung 2 + (-1), langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Gambarlah anak panah dari angka 0 sejauh 2 satuan ke kanan sampai angka 2.

b. Gambarlah anak panah tadi dari angka 2 sejauh 1 satuan ke kiri. c. Hasil penjumlahan 2 + (-1) = 1.

4. Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Positif Contoh

Berapa hasil penjumlahan -2 + 1?

Gambar 2.15 Garis Bilangan pada Penjumlahan -2 + 1

Untuk menghitung -2 + 1, langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Gambarlah anak panah dari angka 0 sejauh 2 satuan ke kiri sampai angka -2.

b. Gambarlah anak panah tadi dari angka -2 sejauh 1 satuan ke kanan. c. Hasil penjumlahan -2 + 1 = -1.


(76)

d. Penjumlahan Bilangan Bulat Tanpa Alat Bantu

Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang bernilai besar, hal itu tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, penjumlahan bilangan bulat harus dapat dijumlahkan tanpa alat bantu.

1. Kedua Bilangan Bertanda Sama

Jika kedua bilangan bertanda sama (keduanya bilangan positif atau keduanya negatif), jumlahkan kedua bilangan tersebut. Hasilnya berilah tanda sama dengan tanda kedua bilangan.

a) Penjumlahan Bilangan Positif dengan Bilangan Positif Contoh

125 + 234 = 359

b) Penjumlahan Bilangan Negatif dengan Bilangan Negatif Contoh

-58 + (-72) = - (58 + 72) = -130 2. Kedua bilangan berlawanan tanda

Jika kedua bilangan berlawanan tanda (bilangan positif dan bilangan negatif), tanpa memperhatikan tanda pada kedua bilangan kemudian bilangan yang bernilai lebih besar dikurangi dengan bilangan yang bernilai lebih kecil. Hasilnya berilah tanda sesuai bilangan yang bernilai lebih besar.


(1)

196

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

197

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

198

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

199

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

viii

ABSTRAK

Paramita Jati (2013). Efektifitas Pembelajaran Menggunakan LKS Terstruktur Pokok Bahasan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk LKS terstruktur dapat memberikan pembelajaran yang efektif terhadap hasil belajar dan bagaimana anggapan siswa kelas VII A terhadap pembelajaran dengan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2012. Subyek penelitian berjumlah 20 orang siswa. Data hasil belajar dikumpulkan dengan metode tes dan data anggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan dengan metode angket. Teknik analisis data penelitian menggunakan teknik kuantitatif diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mencapai ketuntasan 80% maka pembelajaran menggunakan lembar kerja siswa (LKS) terstruktur pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dinyatakan efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VII A SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Anggapan siswa kelas VII A menunjukkan siswa merasa senang setelah mengikuti pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan lembar kerja siswa (LKS) terstruktur yang dilengkapi alat peraga (mistar sederhana, kancing bermuatan dan garis bilangan) maka menjadi lebih mudah mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga kesulitan siswa dalam memahami materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat diatasi.

Kata kunci: Efektifitas, Pembelajaran, LKS Terstruktur, Hasil Belajar, dan Matematika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix ABSTRACT

Paramita Jati (2013). The Effectiveness of Learning Applied Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur Topic of Addition and Reduction Operation of Integer toward Learning Outcomes of Students of VII A of SMP BOPKRI 2 Yogyakarta 2012/2013 Academic Year. Mathematics and Nature Science Education Study Program, Faculty of Teachers and Training Education, Sanata Dharma University.

The research aims to find out whether or not the learning packed in the form of Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur could be effective toward learning outcomes and to find out supposition students of VII A on the topic of addition and reduction operation of integer of SMP BOPKRI 2 Yogyakarta 2012/2013 Academic Year.

The research was conducted in July-August 2012. The subject of this research was twenty students. The data of learning outcomes were collected by test method and was added by learning evaluation data which were collected by questionnaire. To analyze the research data, descriptive quantitative technique was applied.

The research result showed that learning outcomes reached 80% of mastery, thus, the learning applied Lembar Kerja Siswa (LKS) Terstruktur on the topic of addition and reduction operation of integer was effective toward learning outcomes of students of VIIA of SMP BOPKRI 2 Yogyakarta 2012/2013 Academic Year. The supposition students of VII A showed that the students were excited after joining mathematics learning on addition and reduction operation topic of integer which was applied Lembar Kerja Siswa (LKS)Terstruktur and visual aids (simple ruler, loaded-button, and number line). The learning of addition and reduction operation topic of integer is easier, thus, the students’ difficulty in understanding addition and reduction operation of integer could be overcome.

Keywords: Effectiveness, Learning, LKS Terstruktur, Learning Outcomes, and Mathematics.


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

PENERAPAN PENDEKATAN CTL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PERBAUNGAN T.A 2012/2013.

0 2 23

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, DAN HASIL BELAJAR TENTANG OPERASI BILANGAN BULAT Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan, Pengurangan, dan Hasil Belajar Tentang Operasi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Sodakom Pada Siswa Kelas I

0 1 14

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada tahun ajaran 2015/2016.

0 1 202

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

1 6 193

Efektifitas pebelajaran menggunakan LKS terstruktur pokok bahasan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat terhadap hasil belajar siswa kelas VII A di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013

0 3 222

Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

0 17 11

Eksplorasi pemakaian mistar bilangan bulat pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VII SMP Joannes Bosco, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

0 0 201

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 - USD Repository

2 4 191

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT NEGATIF UNTUK SISWA KELAS VII SMPN 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20112012

0 0 146