61
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi prosedur pengembangan buku guru dan buku siswa,
kualitas buku dan dampak dari penggunaan produk.
4.1.1 Proses dan Kualitas Pengembangan Produk
4.1.1.1 Proses Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Kelas I Sekolah
Dasar dengan Pendekatan PMRI.
Proses pengembangan buku guru dan buku siswa kelas I dengan mengunakan pendekatan PMRI dimulai dengan menganalisis kebutuhan di
sekolah. Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara terhadap guru dan siswa di empat sekolah dasar wilayah Sleman Barat. Analisis kebutuhan
dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran di kelas khususnya pada pelajaran matematika. Selain itu juga analisis kebutuhan berguna untuk
mengetahui kebutuhan atau permasalahan para guru dan siswa sehingga peneliti dapat mencari solusi yang tepat.
a. Situasi Pembelajaran Matematika di Kelas
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran di sekolah yang menjadi subjek penelitian. Terkait dengan
situasi pembelajaran maka peneliti dapat menemukan permasalahan serta kebutuhan-kebutuhan di sekolah dasar.
62 1.
Potensi Masalah Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan atau dapat
dikatakan sebagai suatu kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang didambakan dengan kenyataan yang tengah dijalani. Sedangkan Potensi itu sendiri
adalah suatu kemampuan atau suatu kekuatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa potensi masalah merupakan kekuatan dari suatu kesenjangan yang ditimbulkan.
Penelitian pengembangan diawali dengan melakukan analisis kebutuhan di empat SD wilayah Sleman Barat. Sekolah yang dipilih oleh peneliti adalah SDN Plaosan
1, SDN Plaosan 2, SDN Susukan, dan SDK Jetis Depok yang dianggap masih berada di daerah pedesaan yang jauh dari fasilitas yang modern. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur, peneliti melakukan wawancara hanya menggunakan poin-poin pertanyaan yang dapat
dikembangkan lebih luas oleh peneliti sesuai kebutuhannya. Hasil dari analisis tersebut peneliti mencari solusi mengenai produk apa yang akan dikembangkan
guna memenuhi kebutuhan yang menjadi masalah di sekolah dasar. Peneliti telah melakukan observasi pembelajaran di tempat PPL yaitu SDN
Plaosan 1 sekaligus sebagai tempat uji coba produk saat guru melakukan proses pembelajaran. Peneliti menemukan berbagai permasalahan guru saat melakukan
kegiatan belajar-mengajar. Mulai dari guru kesulitan mengkondisikan siswa saat melakukan kegiatan karena siswanya terlalu ramai, ada juga anak yang susah
memahami materi pembelajaran, ditemukan juga anak-anak yang mudah bosan ketika pembelajaran berlangsung tanpa menggunakan media atau alat peraga. 5
diantara 30 siswa sibuk sendiri dengan kegiatannya, 3 diantaranya lari-larian tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63 bisa duduk, 4 orang sibuk dengan bercerita di luar konteks pembelajaan. Selain itu
peneliti juga telah melakukan wawancara terhadap guru kelas 1 dan siswa kelas 1 di empat sekolah dasar wilayah Sleman barat yang meliputi SDN Plaosan 1, SDN
Plaosan 2, SDN Susukan dan SDK Jetis Depok. Berikut ini adalah rekapan hasil wawancara peneliti dengan guru terkait
analisis kebutuhan di sekolah dasar. Peneliti bertanya mengenai pembelajaran matematika di kelas dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para guru ketika
mengajarkan materi yang dianggap sulit oleh siswa. Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Wawancara Guru
No. Nama
Sekolah Hasil Wawancara
Pembelajaran Matematika Kesulitan Materi
1 SDN
Plaosan 1 Guru
mengajarkan materi
matematika sesuai dengan silabus, buku pegangan yang digunakan
adalah BSE dan LKS. “Saya mengajar ya sesuai dengan SK
KD pada silabus mbak, materinya dari buku BSE, tetapi tidak selalu
menjadi pegangan utama saya juga harus mencari sumber lain, kalau
LKS saya
hanya menggunakan
sebagai bahan latihan siswa di rumah kalau di sekolah anak-anak
kurang efektif kalau hanya membaca dan mengerjakan soal-soal saja
”. Materi yang dianggap sulit dalam
mengajarkan untuk siswa adalah pengurangan, bilangan loncat, dan
bangun ruang. “Ya kalau yang paling sulit itu kalau
mengajarkan pengurangan, bilangan
loncat sama bangun ruang, karena materi
tersebut kalau
hanya diajarkan
secara abstrak
atau ngawang-awang
anak bingung
karena belum hafal”. “Apalagi bangun ruang kalau hanya disuruh
membayangkan lalu menggambarkan anak-
anak biasane bingung.” 2
SDN Plaosan 2
Mengajarkan materi
itu lebih
menyenangkan daripada mengajar pelajaran lain.
“Matematika itu mudah mbak diajarkan
daripada Bahasa
Indonesia atau
Bahasa Jawa,
bukunya juga lebih sederhana, cuma ya kadang kalau anak-anak bingung
materinya ya jadi menegangkan trus pada diam semua di kelas kalau
gabisa menghitung atau menjawab soal. Nilai anak-anak juga bisa
dibilang tidak terlalu anjlok”. Kesulitan terletak pada bangun ruang
dan pengurangan. “Dibilang sulit itu tidak, tapi banyak
anak yang masih pada bingung yaitu
materi bangun ruang soalnya kubus sama balok itu hampir sama kata
anak-anak, lalu
kerucut sama
segitiga itu
di gambar
sama bentuknya padahal itu bangun ruang
dan bangun
datar. Ada
lagi pengurangan, kalau tidak pakai
benda ya lama ngitungnya”.
64
3 SDN
Susukan Matematika itu paling disenangi oleh
anak-anak yang pandai berhitung dan paling ditakuti oleh anak yang malas
menghitung. “Saya sudah puluhan tahun mengajar
matematika dengan berbagai macam
kurikulum berbagai macam metode beserta anak-anak yang berbeda
namun materinya ya sama saja, apalagi
kesulitannya..anak yang
pandai berhitung ya mudah lha yang gak bisa ya seperti hal yang
menakutkan. Kurikulum 2013 ini
saya baru sekali mengajar ya tahun ini, bukunya pakai buku guru dan
siswa, tetapi hanya dipakai ketika di sekolah, gak boleh dibawa pulang.”
Kesulitannya menjelaskan kepada anak yang pemahamannya lambat.
“Anak yang pemahamannya kurang mau dijelaskan beberapa kali pun
masih susah mbak nek gak pakai alat bantu penjelasan misalnya kalau
bangun ruang ya benda nyata, penjumlahan ya lidi, kerikil, ha ning
nek setiap saat harus pakai ya saya repot ngurusi anak saja sudah butuh
waktu lama. Jadi harus pakai alat peraga yang sederhana dan mudah
didapatkan”. Saya butuh referensi alat peraga, media atau apa yang
memudahkan siwa belajar secara nyata
jadi mereka
bener-bener ngrasain
gitu lho
dengan pembelajarannya”.
4 SDK
Jetis Depok
Matematika salah satu pelajaran wajib di sekolah yang harus benar-
benar dikuasai oleh siswa. “Biasanya
matematika itu
menakutkan ya mbak? Tetapi ini adalah mata pelajaran wajib yang
harus dikuasai oleh siswa ka lau gak ya akan kesulitan karena ini ilmu
dasar. Saya
jarang sekali
menggunakan media, paling cuma pakai lidi, kerikil atau tak suruh
belajar di luar kelas repot mbak kalau harus bawa barang-barang.
Buku yang saya gunakan ya buku guru dan buku siswa itu, tapi
penilaiannya masih
membingungkan”. Kesulitan terletak pada materi bangun
ruang. “Saya paling bingung caranya
menjelaskan balok dengan kubus
angel tenan mbak, sudah berkali-kali dijelaskan lha kok masih salah nek
jawab soal, opo meneh disuruh gambar
kubus sama
balok, gambaranne balok kabeh”. Di buku
juga hanya begitu saja gambarnya gak
bisa dimengerti
oleh siswa,seolah pelajaran itu menjadi
abstrak dan siswanya pasif kalau saya hanya terpaku pada buku, lha
wong anak-anak punya buku saja tidak
mau membaca
soalnya tulisannya panjang”.
Hasil dari wawancara guru keempat sekolah menunjukkan bahwa ada beberapa materi pelajaran matematika atau ilmu hitung yang dianggap sulit oleh
kelas I yaitu operasi hitung pengurangan, bangun ruang, dan bilangan loncat. Materi-materi tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dan butuh
pengulangan untuk disampaikan kepada siswa agar mereka memahami materi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65 yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap
delapan siswa kelas I di empat sekolah dasar di Sleman Barat untuk mencari tahu apakah materi yang dianggap sulit oleh guru juga dianggap sulit oleh siswa.
Berikut adalah hasil wawancara analisis kebutuhan oleh siswa di empat sekolah. Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Wawancara Siswa
No. Nama Sekolah
Hasil Wawancara 1.
SDN Plaosan 1 Kedua siswa mengatakan bahwa matematika:
- “Matematika itu asik, tapi kadang bingungi, aku kalo
itungan bisa tapi kalo suruh gambar bangun ruang males soalnya gabisa bedain balok sama kubus.”
- “Matematika itu susah, apalagi kalau disuruh ngitung aku
gak bisa ngitung cepet” 2.
SDN Plaosan 2 -
“ Aku males pelajaran matematika mbak, soalnya aku gak hafal hitung mundur, nanti takut dimarahi guru kalau gak
bisa. Bu guru jarang pakai apa itu namanya, alat bantu atau apa itu padahal kalau di rumah diajarin ibuk pakai
benda gitu kalau ngerjain PR kan enak bisas buat mainan juga:.
- “Matematika itu enak kok aku bisa semua materinya, tapi
nilaiku gak pern ah dapet seratus”.
3. SDN Susukan
Perbedaan pendapat mengenai kesulitan memahami materi namun sama-sama kesulitannya di satu materi yaitu bangun
ruang. -
Itu lho mbak matematika itu susah dii bangun apa itu, bangun ruang ya? aku gak bisa bedain gambar kerucut
sama segitiga kalau di buku, terus bola sama bulat susah itu”.
- Kalau aku susahnya bangun ruang itu gambar balok sma
kubus pasti kata bu guru aku gambar balok semua gak ada kubusnya, terus kalau suruh nyebutin contoh benda
berbentuk bangun ruang aku cu ma tau sedikit”.
4. SDK Jetis Depok
Kedua siswa mengatakan hal yang sama mengenai pembelajaran yang susah kalau harus dibayangkan.
- Matematika itu soal hitung ya bu? Aku suka tapi kalau
suruh mikir gitu bayangin sesuatu ak gak bisa.” -
Bu guru kalau ngajar selalu pakai buku, kita disuruh memperhatika, membaca trus mengerjakan, pelajaran asik
itu kalau waktu bu guru bawa benda ke kelas trus kita mainan aku semangat belajar”.
Dari hasil wawancara delapan siswa, ada yang berpendapat bahwa matematika itu bukan pelajaran yang paling sulit, hanya saja mereka kadang
66 bingung dengan soal cerita yang berhubungan dengan pengurangan karena susah
dimengerti. Materi bangun ruang juga sulit dipahami jika hanya melihat gambar tanpa melihat benda nyata, terutama saat membedakan kubus dengan balok dan
juga bingung ketika melihat gambar nampaknya segitiga bangun datar padahal kerucut. Selain itu siswa juga menyebutkan bahwa bangun ruang sedikit
membingungkan, ketika belajar bangun ruang hanya dengan gambar tanpa benda nyata, anak-anak kesulitan membedakan apakah benda itu bangun ruang atau
bangun datar. Beberapa materi yang dianggap sulit oleh guru dan siswa tersebut peneliti kemudian tertarik untuk mencari solusi pada materi bangun ruang karena
materi tersebut banyak mengecoh anak-anak sehingga anak merasa kebingungan saat belajar tanpa alat peraga.
b. Pengembangan Produk