10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Otonomi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan yang dimaksud
dengan daerah otonom dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah penyerahan Urusan
Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
B. Pendapatan Daerah
Pengertian pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sedangkan pengertian pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah
semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain.
1. Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan
kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Pendapatan asli daerah berasal dari: a.
Pajak Daerah Pengertian Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah terdiri atas:
1 Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a Pajak Kendaraan Bermotor;
b Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d Pajak Air Permukaan; dan
e Pajak Rokok.
2 Jenis Pajak kabupatenkota terdiri atas:
a Pajak Hotel;
b Pajak Restoran;
c Pajak Hiburan;
d Pajak Reklame;
e Pajak Penerangan Jalan;
f Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g Pajak Parkir;
h Pajak Air Tanah;
i Pajak Sarang Burung Walet;
j Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
b. Retribusi Daerah
Pengertian Retribusi Daerah menurut Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Undang-undang nomor 33 tahun 2004
mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut menurut objek pendapatan yang mencakup
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik negaraBUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat.
d. Pendapatan Asli Daerah Lain-Lain yang Sah
Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
meliputi: 1
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; 2
Jasa giro; 3
Pendapatan bunga; 4
Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan 5
Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh Daerah.
2. Dana Perimbangan
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan
mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah. Dana perimbangan terdiri atas:
a. Dana Bagi Hasil
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. b.
Dana Alokasi Umum Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana
Perimbangan, Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
c. Dana Alokasi Khusus
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
3. Pendapatan Lain-Lain
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, pendapatan lain-lain bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan
selain pendpatan seperti pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pinjaman daerah. Pendapatan lain-lain terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Penjelasan tentang hibah antara lain:
a. Pendapatan hibah sebagaimana dimaksud di atas merupakan bantuan
yang tidak meningkat. b.
Hibah kepada daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah.
c. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah
daerah dan pemberi hibah. d.
Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf c.
Sedangkan penjelasan tentang dana darurat antara lain: a.
Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional danatau
peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD.
b. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional danatau
peristiwa luar biasa ditetapkan oleh presiden. c.
Pemerintah dapat mengalokasikan dana darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas.
d. Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas sebagaimana
dimaksud pada huruf c berdasarkan evaluasi pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Krisis solvabilitas sebagaimana dimaksud pada huruf c ditetapkan oleh
pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
C. Retribusi