Analisis kontribusi, efektivitas penerimaan dan tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi tempat rekreasi dan olahraga pada pendapatan asli daerah

(1)

ANALISIS KONTRIBUSI, EFEKTIVITAS PENERIMAAN DAN TINGKAT KETERCAPAIAN PENGELUARAN ANGGARAN RETRIBUSI

TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH

(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yohanes Rexa Agastya Pradana NIM: 122114148

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS KONTRIBUSI, EFEKTIVITAS PENERIMAAN DAN TINGKAT KETERCAPAIAN PENGELUARAN ANGGARAN RETRIBUSI

TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH

(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yohanes Rexa Agastya Pradana NIM: 122114148

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani” Anonymous

“Jika kau menungguku untuk menyerah, kau akan menungguku selamanya” Uzumaki Naruto

“I have not failed. I have just found 1.000 ways that won’t work” Thomas Alva Edison

“Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value” Albert Einstein

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”

Ir. Soekarno

Karya ini dipersembahkan untuk:

o Tuhan Yesus Kristus o Papa dan Mama

o Dafa o Alm. Reva Adisti o Mbah Kakung dan Mbah Putri o Saudara dan Keluarga o Sahabat dan teman-teman o Semua orang luar biasa yang selalu ada


(6)

(7)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melipahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Akt., QIA., CA. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. A. Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA. selaku dosen pembimbing akademik yang


(9)

viii

6. Seluruh bapak ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang

sudah memberikan bimbingan dan ilmu selama masa perkuliahan sampai selesai baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Kepada kedua orangtua, Dafa, mbah kakung dan mbah putri, serta saudara-saudaraku. Terimakasih atas doa, dukungan, semangat, cinta dan perhatian yang diberikan sampai saat ini.

8. Semua staf di kantor pemerintah baik Provinsi DIY maupun Kabupaten kulon Progo yang telah membantu penulis dalam hal perizinan penelitian.

9. Kepada Kepala Dinas, Kepala Bagian Akuntansi dan seluruh Staf Bagian Akuntansi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah serta Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Kulon Progo yang telah membantu penulis dalam memberikan data-data yang dibutuhkan. 10.Sahabat-sahabat kontrakan, Bosco, Leo, Adit, Arsyad, Ery, Rico, Indra, Amal,

Alangga, Syahri, Ican. Terimakasih atas doa, dukungan, semangat, canda tawa, keluh kesah selama berada di Jogja.

11.Sahabat-sahabat kampus Ando, Tomo, Miko, Lauren, Adit, Yosef, Lintang, Wawan, Cindy, Herry serta teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala doa, dukungan, keceriaan, dan semangat yang selalu diberikan selama masa perkuliahan serta membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

12.Seluruh teman-teman akuntansi kelas C dan teman-teman angkatan 2012. Terimakasih atas segala semangat dan kebersamaannya selama berada di kampus.


(10)

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ...vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Otonomi Daerah ... 10

B. Pendapatan Daerah ... 10

1. Pendapatan Asli Daerah ... 11

a. Pajak Daerah ... 11

1) Jenis Pajak Provinsi ... 11

2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota... 12

b. Retribusi Daerah ... 12

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ... 12

d. Pendapatan Asli Daerah Lain-Lain yang Sah ... 13

2. Dana Perimbangan ... 13

a. Dana Bagi Hasil ... 14

b. Dana Alokasi Umum ... 14

c. Dana Alokasi Khusus ... 14

3. Pendapatan Lain-Lain ... 14

C. Retribusi ... 16

1. Objek Retribusi Jasa Umum ... 16

2. Objek Retribusi Jasa Usaha... 21

3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu ... 25

D. Pariwisata dan Kepariwisataan ... 28

1. Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan ... 28

2. Jenis Pariwisata ... 30

3. Bentuk-Bentuk Pariwisata... 33


(12)

xi

5. Tanggung Jawab dan Wewenang Pemerintah dan Pemerintah

Daerah ... 34

E. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ... 36

F. Kontribusi, Efektivitas dan Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran ... 37

1. Kontribusi ... 37

2. Efektivitas ... 38

3. Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran ... 39

G. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Data yang Diperlukan ... 47

F. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI ... 50

A. Letak Geografis ... 50

B. Topografi ... 50

C. Wilayah ... 53

D. Prasarana ... 53

E. Tempat Pariwisata Kabupaten Kulon Progo ... 53

F. Pariwisata ... 53

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Data ... 61

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 61

1. Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga pada Pendapatan Asli Daerah ... 61

2. Kontribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga pada Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Secara... 65

3. Efektivitas Penerimaan retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ... 80

4. Tingkat Ketercapaian Pengeluaran Anggaran Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ... 84

BAB VI PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan Masalah ... 94

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Kontribusi Retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2015 ... 63 Tabel 5.2 Kontribusi Komponen Retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap

Total Retribusi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 ... 67 Tabel 5.3 Kontribusi Komponen Retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap

Total Retribusi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 ... 70 Tabel 5.4 Kontribusi Komponen Retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap

Total Retribusi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013 ... 72 Tabel 5.5 Kontribusi Komponen Retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap

Total Retribusi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 ... 75 Tabel 5.6 Kontribusi Komponen Retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap

Total Retribusi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 ... 77 Tabel 5.7 Efektivitas Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga

Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2015 ... 81 Tabel 5.8 Tingkat Ketercapaian Pengeluaran Anggaran retribusi tempat rekreasi


(14)

xiii ABSTRAK

ANALISIS KONTRIBUSI, EFEKTIVITAS PENERIMAAN DAN TINGKAT KETERCAPAIAN PENGELUARAN ANGGARAN RETRIBUSI

TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH

(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2015)

Yohanes Rexa Agastya Pradana NIM : 122114148

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, (2) kontribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, (3) tingkat efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, (4) tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah serta Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa (1) kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2011 sebesar 2,21%; tahun 2012 sebesar 1,74%; tahun 2013 sebesar 1,63%; tahun 2014 sebesar 1,16%; tahun 2015 sebesar 1,33%. (2) kontribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang paling mendominasi setiap tahunnya adalah tempat wisata Pantai Glagah, dengan rincian di tahun 2011 sebesar 79,33%; tahun 2012 sebesar 77,04%; tahun 2013 sebesar 74,33%; tahun 2014 sebesar 71,93%; tahun 2015 sebesar 68,03%. (3) tingkat efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga pada tahun 2011 dan tahun 2012 dapat dikatakan tidak efektif dengan persentase sebesar 89,40% dan 94,01%. Sedangkan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dikatakan efektif dengan persentase sebesar 108,55%; 110,16% dan 117,94%. (4) tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi tempat rekreasi dan olahraga dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dikatakan underspending, dengan rincian tahun 2011 sebesar 91,18%; tahun 2012 sebesar 93,53%; pada tahun 2013 sebesar 99,11%; pada tahun 2014 sebesar 99,13%; pada tahun 2015 sebesar 99,93%.


(15)

xiv ABSTRACT

CONTRIBUTION, REVENUE EFFECTIVENESS AND THE

ACHIEVEMENT LEVEL OF BUDGET EXPENDITURES ANALYSIS OF RECREATION AND SPORT PLACES RETRIBUTION TO REGIONAL

OWN SOURCE REVENUE

(A Case Study in the District of Kulon Progo from year 2011 up to 2015)

Yohanes Rexa Agastya Pradana NIM : 122114148

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

The purpose of this research is to determine (1) the contribution of recreation and sport places retribution to regional own source revenue in the district of Kulon Progo from 2011 up to 2015, (2) the contribution of recreation and sport places to the total revenue of recreation and sport places retribution itself in the district of Kulon Progo from 2011 up to 2015, (3) the effectiveness of collection from recreation and sport places retribution in the district of Kulon Progo from 2011 up to 2015, (4) the achievement level of budget expenditures from recreation and sport places retribution in the district of Kulon Progo from 2011 up to 2015.

The type of this research is a case study, conducted in the Department of Revenue, Finance and Asset Management and the Department of Tourism, Youth and Sports Kulon Progo District. The data collecting techniques was documentation method.

The result of research shows that (1) the contribution of recreation and sport places retribution to regional own source revenue in year 2011 amounted to 2,21%; in year 2012 amounted to 1,74%; in year 2013 amounted to 1,63%; in year 2014 amounted to 1,16%; in year 2015 amounted to 1,33%. (2) the contribution of recreation and sport places to the total revenue of recreation and sport places retribution itself was dominated by Glagah beach in every year, which amounted to 79,33% in year 2011; 77,04% in year 2012; 74,33% in year 2013; 71,93% in year 2014 and 68,03% in year 2015. (3) the effectiveness of collection from recreation and sport places retribution in 2011 and 2012 can not be said to be effective with a percentage of 89,40% and 94,01%. While in the year 2013 to 2015 can be said to be effective with a percentage of 108,55%; 110,16% and 117.94%. (4) the achievement level of budget expenditures from recreation and sport places retribution from 2011 to 2015 can be said to be underspending, which amounted to 91,18% in year 2011; 93,53% in year 2012; 99,11% in year 2013; 99,13% in year 2014 and 99,93% in year 2015.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dengan menggunakan sistem desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang yang lebih besar dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya secara mandiri. Dalam melaksanakan berbagai macam pembangunan sarana dan prasarana serta pelaksanaan fungsi pemerintahan yang semuanya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat daerahnya, pemerintah daerah memerlukan dana yang cukup untuk melaksanakan semua kebijakan. Tanpa dana yang mencukupi, akan sangat sulit bagi suatu daerah untuk mengembangkan daerahnya sendiri karena pemerintah daerah tidak dapat melaksanakan sepenuhnya kebijakan yang sudah dibuat. Masalah seperti ini akan berdampak pada rencana yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan. Jika keadaan ini terjadi, masyarakat akan menjadi kecewa terhadap kinerja pemerintah daerah karena kurangnya kesejahteraan yang dirasakan.

Potensi daerah yang ada pada suatu daerah tidak dapat dipisahkan dengan pendapatan daerah tersebut. Potensi daerah yang ada dapat berwujud sebuah daerah rekreasi, pusat berbagai macam kuliner, daerah kerajinan, hasil tambang baik berupa minyak, batu bara, logam mulia, dan berbagai jenis hasil tambang lainnya; dan berbagai macam potensi daerah lainnya. Semakin beragam potensi


(17)

2

yang ada pada daerah tersebut, maka semakin tinggi pula seharusnya pendapatan yang dimiliki daerah tersebut. Pendapatan yang tinggi ini akan menjadi penunjang yang penting bagi daerah untuk semakin mengembangkan potensi daerah yang belum terlaksana secara optimal, meningkatkan pendapatan daerah, dan melaksanakan pembangunan daerah bagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam menggali potensi yang ada dalam sebuah daerah, pemerintah daerah harus bekerjasama dengan masyarakat agar potensi tersebut dapat digali secara optimal dan masyarakatpun juga akan merasa ikut terlibat dalam pengembangan potensi dalam daerah yang mereka tinggali. Peran masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap kinerja pemerintah dalam menggali potensi daerah, berperan dalam menyetujui dan membantu melaksanakan kebijakan pemerintah. Dengan adanya bantuan dari masyarakat, pemerintah akan dapat melaksanakan kebijakan yang sudah dibuat dengan lebih mudah dan sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat. Penggalian potensi yang optimal yang dilakukan bersama oleh pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan dapat menunjang pendapatan yang berguna untuk mengembangkan daerah tersebut.

Salah satu sumber pendapatan yang dimiliki oleh suatu daerah adalah pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah bersumber dari berbagai macam pendapatan yang dimiliki oleh daerah tersebut, diantaranya: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan-kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah. Pendapatan asli daerah ini


(18)

didapat dari daerah itu sendiri dan diharapkan dapat menunjang segala pembiayaan yang akan digunakan untuk merealisasikan segala kebijakan yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah.

Penerimaan retribusi daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang layak untuk dikembangkan. Salah satu jenis retribusi yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah adalah retribusi tempat rekreasi dan olahraga. Bagi daerah yang memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang rekreasi dan olahraga, retribusi ini sangat penting, karena akan menjadi salah satu pemasukkan yang luar biasa pada pendapatan daerah. Daerah rekreasi sendiri tidak hanya berupa daerah rekreasi alam saja, namun banyak daerah rekreasi yang berupa daerah rekreasi non-alam. Salah satu contoh daerah rekreasi non-alam adalah daerah rekreasi kerajinan batik. Di beberapa daerah, kerajinan batik merupakan sebuah ciri khas tersendiri bagi daerahnya. Banyak sekali daerah yang sudah memproduksi batik, namun setiap daerah memiliki corak batik yang berbeda-beda.

Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Kulon Progo, ada beberapa kabupaten lain yang juga termasuk di dalam wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Kulon Progo sedang banyak disorot oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, hal dikarenakan Kulon Progo sedang dalam proses pembangunan secara besar-besaran. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat mendongkrak pendapatan bagi Yogyakarta dan


(19)

4

bagi Kulon Progo sendiri. Pembangunan yang rencananya akan menjadi pembangunan besar adalah pembangunan bandara yang rencananya akan menggantikan peran dari bandara Adi Sucipto sebagai bandara bagi masyarakat umum. Jika pembangunan ini dapat terwujud, maka Kulon Progo akan menjadi daerah yang semakin berkembang.

Tidak hanya pembangunan bandara saja yang terkenal di Kulon Progo, tapi juga terdapat makanan tradisional yang terkenal. Ada dua makanan tradisional yang terkenal di Kulon Progo, yaitu geblek dan growol. Bahkan pemerintah memantapkan keterkenalan makanan geblek ini menjadi sebuah corak pakaian batik yang terkenal juga di Kulon Progo. Corak batik yang asli berasal dari Kulon Progo ini dinamakan corak batik “Geblek Renteng”. Tidak hanya makanan tradisional dan kerajinan batik, Kulon Progo memiliki potensi lain yang tidak kalah saingnya, yaitu tempat rekreasi.

Kulon Progo menjadi salah satu kabupaten yang terkenal akhir-akhir ini terutama di kalangan pelajar, baik siswa maupun mahasiswa. Tidak hanya di Kota Yogyakarta saja, banyak pelajar yang datang dari berbagai macam kota untuk menikmati tempat rekreasi yang ada di Kulon Progo. Beberapa tempat rekreasi unggulan Kulon Progo yang sedang ramai didatangi oleh masyarakat adalah tempat rekreasi alam Waduk Sermo, Kalibiru, Kedung Pedut dan Pantai Glagah. Tempat rekreasi ini sangat ramai didatangi oleh masyarakat dari berbagai macam kota karena keindahan pemandangannya. Bahkan ketika musim liburan tiba, tempat rekreasi alam di Kulon Progo sangat ramai pengunjung. Keadaan ramai yang terjadi pada tempat rekreasi alam di


(20)

Kabupaten Kulon Progo memaksa pengunjung rela macet untuk sampai ke tempat rekreasi di Kulon Progo.

Sudah menjadi tugas pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjaga dan semakin mengembangkan tempat rekreasi yang ada di Kulon Progo agar tetap asri dan semakin menarik minat masyarakat untuk mengunjungi tempat rekreasi di Kulon Progo. Semakin banyaknya masyarakat yang berkunjung ke tempat di Kulon Progo saat ini diharapkan dapat meningkatkan retribusi dari tempat rekreasi di daerah Kulon Progo. Retribusi yang berasal dari tempat rekreasi yang didapatkan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kulon Progo. Pendapatan asli daerah yang meningkat akan mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan dan pengembangan potensi lain yang belum ditemukan. Pembangunan yang tercapai secara maksimal akan membuat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut semakin terjamin.

Kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah di Kulon Progo perlu diteliti karena semakin ramainya pengunjung yang datang untuk berkunjung ke Kulon Progo saat ini akan membuat pendapatan asli daerah juga seharusnya semakin meningkat. Kontribusi yang berasal dari retribusi tempat rekreasi dan olahraga akan ditinjau apakah menjadi salah satu kontributor yang tinggi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Jika memang retribusi tempat rekreasi dan olahraga memang menjadi salah satu kontributor yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah, maka diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo membuat kebijakan


(21)

6

agar tempat rekreasi dan olahraga di Kulon Progo semakin berkembang dan tentunya menggunakan cara yang tepat dalam mengembangkannya. Salah satu komponen retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang paling berkontribusi dalam retribusi tempat rekreasi dan olahraga juga perlu diteliti agar pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo dapat melakukan pengembangan pada tempat rekreasi dan olahraga secara lebih intensif ke komponen retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang paling berkontribusi.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk merencanakan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa mendatang terutama dalam masalah pengembangan tempat rekreasi dan olahraga yang ada di Kulon Progo.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa besar kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015?

2. Tempat rekreasi dan olahraga manakah yang memiliki kontribusi terbesar terhadap retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015?

3. Bagaimana tingkat efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 sampai dengan tahun 2015?


(22)

4. Bagaimana tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 sampai dengan tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

2. Mengetahui tempat rekreasi dan olahraga yang memiliki kontribusi terbesar terhadap retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

3. Mengetahui tingkat efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

4. Mengetahui tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam menulis karya ilmiah, menambah ilmu dalam hal akuntansi sektor publik, sarana


(23)

8

pengaplikasian teori yang diterima selama kuliah dan masalah-masalah dalam praktik akuntansi sektor publik serta bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

2. Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk mahasiswa Universitas Sanata Dharma, khususnya dalam pembelajaran mengenai akuntansi sektor publik dan sebagai acuan serta referensi.

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo

Sebagai informasi bagi Pemerintah Daerah, acuan dalam mengevaluasi realisasi pendapatan yang diterima selama tahun yang diteliti, dan sebagai pedoman dalam menentukan kebijakan yang akan dilakukan mendatang untuk lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya yang berasal dari retribusi tempat rekreasi dan olahraga.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang relevan dan menjadi dasar dalam penelitian ini.


(24)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, data penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis data berdasarkan teknik yang digunakan, beberapa pembahasan, dan hasil penelitian. BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran yang sekiranya mampu membangun penelitian lebih baik.


(25)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.

B. Pendapatan Daerah

Pengertian pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sedangkan pengertian pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam


(26)

periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain.

1. Pendapatan Asli Daerah

Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan asli daerah berasal dari:

a. Pajak Daerah

Pengertian Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah terdiri atas:

1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a) Pajak Kendaraan Bermotor;

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d) Pajak Air Permukaan; dan


(27)

12

e) Pajak Rokok.

2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a) Pajak Hotel;

b) Pajak Restoran; c) Pajak Hiburan; d) Pajak Reklame;

e) Pajak Penerangan Jalan;

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g) Pajak Parkir;

h) Pajak Air Tanah;

i) Pajak Sarang Burung Walet;

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Retribusi Daerah

Pengertian Retribusi Daerah menurut Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Undang-undang nomor 33 tahun 2004


(28)

mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat.

d. Pendapatan Asli Daerah Lain-Lain yang Sah

Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, meliputi:

1) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; 2) Jasa giro;

3) Pendapatan bunga;

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan 5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah. 2. Dana Perimbangan

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah. Dana perimbangan terdiri atas:


(29)

14

a. Dana Bagi Hasil

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

b. Dana Alokasi Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. c. Dana Alokasi Khusus

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

3. Pendapatan Lain-Lain

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, pendapatan lain-lain bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendpatan seperti pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan


(30)

pinjaman daerah. Pendapatan lain-lain terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Penjelasan tentang hibah antara lain:

a. Pendapatan hibah sebagaimana dimaksud di atas merupakan bantuan yang tidak meningkat.

b. Hibah kepada daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah.

c. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah.

d. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf (c).

Sedangkan penjelasan tentang dana darurat antara lain:

a. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD.

b. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh presiden.

c. Pemerintah dapat mengalokasikan dana darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas.

d. Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas sebagaimana dimaksud pada huruf (c) berdasarkan evaluasi pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(31)

16

e. Krisis solvabilitas sebagaimana dimaksud pada huruf (c) ditetapkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

C. Retribusi

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Ada beberapa jenis objek retribusi, di antaranya:

1. Objek Retribusi Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

Objek retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf a dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.


(32)

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Objek retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf b dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:

1) Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;

2) Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan 3) Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil

Objek retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf c dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan:

1) Kartu tanda penduduk;

2) Kartu keterangan bertempat tinggal; 3) Kartu identitas kerja;

4) Kartu penduduk sementara; 5) Kartu identitas musiman; 6) Kartu keluarga; dan


(33)

18

7) Akta catatan sipil yang meliputi akta akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

Objek retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf d dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi:

1) Pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat; dan

2) Sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Objek retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf e dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Retribusi Pelayanan Pasar

Objek retribusi pelayanan pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf f dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


(34)

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Objek retribusi pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf g dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Objek retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf h dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemedam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Objek retribusi penggantian biaya cetak peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf i dalam Undang-Undang Nomor 28


(35)

20

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

Objek retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf j dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

Objek retribusi pengolahan limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf k dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair. l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

Objek retribusi pelayanan tera/tera ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf l dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

1) Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan

2) Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.


(36)

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

Objek retribusi pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf m dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Objek retribusi pengendalian menara telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf n dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum. 2. Objek Retribusi Jasa Usaha

Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi: a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Objek retribusi pemakaian kekayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf a dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


(37)

22

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pemakaian kekayaan daerah.

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

Objek retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf b dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakan, yang disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

c. Retribusi Tempat Pelelangan

Objek retribusi tempat pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf c dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.

d. Retribusi Terminal

Objek retribusi terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf d dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan


(38)

usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir

Objek retribusi tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf e dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

Objek retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf f dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

g. Retribusi Rumah Potong Hewan

Objek retribusi rumah potong hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf g dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.


(39)

24

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Objek retribusi pelayanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf h dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Objek retribusi tempat rekreasi dan olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf i dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

j. Retribusi Penyeberangan di Air

Objek retribusi penyebrangan di air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf j dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan penyebrangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Objek retribusi penjualan produksi usaha daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf k dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah.


(40)

3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Objek retribusi izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf a dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

Objek retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf b dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


(41)

26

adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

c. Retribusi Izin Gangguan

Objek retribusi izin gangguan sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf c dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Retribusi Izin Trayek

Objek retribusi izin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf d dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan

Objek retribusi izin usaha perikanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf e dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pemberian izin kepada orang


(42)

pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

Beberapa jenis retribusi yang tidak disebutkan di atas dapat digolongkan ke dalam tiga jenis retribusi di atas sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Retribusi Jasa Umum:

a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d. Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu;

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;

f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan

g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.


(43)

28

2. Retribusi Jasa Usaha

a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;

b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum;

c. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

D. Pariwisata dan Kepariwisataan

1. Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan

a. Pengertian pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, turisme.

b. Pengertian pariwisata dalam Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2014 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas


(44)

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

c. Pengertian pariwisata dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

d. Pengertian Kepariwisataan dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.

e. Menurut Spillane (1987: 21), “Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan


(45)

30

perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.”

f. Menurut Lundberg, Stavenga, Krishnamoorthy (1997: 6), “Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengeluaran oleh atau untuk wisatawan/pengunjung dalam perjalanannya.”

g. Menurut I Gede Ardika dalam I Wayan Ardika (2003: 5), “Pariwisata adalah suatu bentuk kegiatan manusia, yaitu yang berkaitan dengan penggunaan waktu luang secara tepat dan benar.”

h. Menurut para ahli bahasa dalam Kodhyat (1996: 9), “Pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah di suatu atau di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula.”

2. Jenis Pariwisata

Di bawah ini merupakan jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (1987: 28-31):

a. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin-tahunya, untuk


(46)

mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan. b. Pariwisata Untuk Rekreasi

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

c. Pariwisata Untuk Kebudayaan

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat negara lain; untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan; atau juga untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

d. Pariwisata Untuk Olah Raga

Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori:

1) Big Sports Events,yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti


(47)

32

lain-lain yang menarik perhatian tidak hanya pada olah ragawannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

2) Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olah raga

bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, olah raga naik kuda, berburu, memancing, dan lain-lain.

e. Pariwisata Untuk Urusan Usaha Dagang

Dalam istilah business tourism tersirat tidak hanya professional trips

yang dilakukan kaum pengusaha atau industrialis, tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-orang di luar profesi ini. Juga harus diperhatikan pula bahwa kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat sebagai konsumen, tetapi dalam waktu-waktu bebasnya, sering berbuat sebagai wisatawan biasa dalam pengertian sosiologis karena mengambil dan memanfaatkan keuntungan dari atraksi yang terdapat di negara lain tersebut.

f. Pariwisata Untuk Berkonvensi

Banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata konferensi ini sehingga mereka saling berusaha untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang khusus diperlengkapi untuk tujuan ini atau membangun “pusat-pusat konferensi” lengkap dengan fasilitas mutakhir yang diperlukan untuk menjamin efisiensi operasi konferensi.


(48)

3. Bentuk- bentuk pariwisata

a. Pariwisata individu dan kolektif

Pariwisata individu meliputi seseorang atau kelompok orang (teman-teman atau keluarga) yang mengadakan perjalanan wisata dengan melakukan sendiri pilihan daerah tujuan wisata maupun pembuatan programnya, sehingga bebas pula mengadakan perubahan-perubahan setiap waktu yang dikehendaki. Sedangkan pariwisata kolektif meliputi sebuah biro perjalanan yang menjual suatu perjalanan menurut program dan jadwal waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk keseluruhan anggota kelompok yang dimaksudkan di atas. b. Pariwisata jangka panjang, pariwisata jangka pendek dan

pariwisata ekskursi

Pariwisata jangka panjang dimaksudkan sebagai suatu perjalanan yang berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan bagi wisatawan sendiri. Pariwisata jangka pendek atau short term tourism mencakup

perjalanan yang berlangsung antara satu minggu sampai sepuluh hari. Sedangkan pariwisata ekskursi atau excursionist tourism adalah suatu

perjalanan wisata yang tidak lebih dari 24 jam dan tidak menggunakan fasilitas akomodasi.

c. Pariwisata dengan alat angkutan

Merupakan bentuk pariwisata dengan alat angkutan yang dipakai misalnya, kereta api, kapal laut, kapal terbang, bus, dan kendaraan umum lain.


(49)

34

d. Pariwisata aktif dan pasif

Kedatangan wisatawan asing yang membawa devisa untuk suatu negara merupakan bentuk pariwisata yang sering disebut active tourism.

Sedangkan penduduk suatu negara yang pergi ke luar negeri dan membawa uang ke luar negeri dan yang mempunyai pengaruh negative terhadap neraca pembayaran merupakan passive tourism.

4. Bidang-bidang dalam pariwisata a. Tour dan Travel,

b. Hotel dan Restoran, c. Transportasi,

d. Pusat Wisata dan Sovenir, dan

e. Bidang Kependidikan Kepariwisataan.

5. Tanggung Jawab dan Wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:

a. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan;

b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum;

c. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan


(50)

d. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas.

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pemerintah kabupaten/kota berwenang:

a. Menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

b. Menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota; c. Menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota;

d. Melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata;

e. Mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya;

f. Memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya;

g. Memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru;

h. Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup kabupaten/kota;

i. Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di wilayahnya;

j. Menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan k. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan.


(51)

36

E. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

1. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2016 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, tempat rekreasi adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

2. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2016 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, fasilitas/sarana olahraga adalah fasilitas/sarana olahraga milik Pemerintah Daerah yang terdapat di dalam tempat rekreasi.

3. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2016 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, dermaga wisata adalah dermaga yang dipergunakan untuk kepentingan pariwisata. 4. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun

2016 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

5. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2016 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan tempat rekreasi dan/atau olahraga.


(52)

6. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2016 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, obyek retribusi adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

F. Kontribusi, Efektivitas dan Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran

1. Kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan kontribusi adalah sumbangan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kontribusi adalah sumbangan yang diberikan dari penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga pada pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo dan sumbangan yang diberikan dari pendapatan per komponen retribusi tempat rekreasi dan olahraga pada penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga secara total. “Sedangkan pengertian kontribusi sektor adalah sumbangan atau peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap PAD” (Widodo, 1990: 20-21). Indikator kontribusi sektor ini dipergunakan untuk menganalisis sektor mana yang paling besar menyumbang atau berperanan terhadap PAD.

2. Efektivitas

a. “Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan


(53)

38

efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely)” (Mahsun, 2006: 182).

b. “Efektivitas adalah hubungan antara output pusat pertanggungjawaban dan tujuannya. Makin besar kontribusi output

terhadap tujuan maka makin efektiflah suatu unit tersebut” (Halim, Tjahjono & Husein, 2000: 72).

c. “Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen, sehingga apabila rasio efektivitasnya semakin tinggi, menggambarkan kemampuan daerah semakin baik” (Halim, 2004: 135).

3. Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran

“Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter” (Mahsun, 2006: 145). Analisis selisih anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisional yang membandingkan antara anggaran dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Pengukuran kinerja ditekankan pada input, yaitu terjadinya

overspending atau underspending. Pengukuran kinerja berbasis


(54)

realisasinya. Teknik tersebut lebih dikenal dengan istilah analisis selisih anggaran. Analisis selisih anggaran adalah teknik pengukuran kinerja organisasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diketahui apakah terjadi selisih underspending atau overspending. Selisih underspending adalah

selisih yang terjadi jika pengeluaran aktual lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran. Sebaliknya, selisih

overspending adalah selisih yang terjadi jika pengeluaran aktual lebih

besar daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran. Salah satu formulasi yang akan digunakan dalam analisis anggaran dalam penelitian ini adalah persentase tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran.

G. Penelitian Terdahulu

Wibawanto (2010) melakukan penelitian mengenai Analisis Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2005 kontribusi yang diberikan sebesar 0,31%; pada tahun 2006 sebesar 0,57%; pada tahun 2007 sebesar 0,25%; tahun 2008 sebesar 0,27% dan tahun 2009 kontribusi yang diberikan sebesar 0,78%.

Wandansari (2011) melakukan penelitian mengenai Kontribusi Retribusi Objek Wisata Pantai dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah


(55)

40

yang dilakukan di Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2005 sampai tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi retribusi objek wisata pantai dalam menunjang pendapatan asli daerah pada tahun 2005 sebesar 3,28%; tahun 2006 sebesar 1,88%; tahun 2007 sebesar 3,24%; tahun 2008 sebesar 3,90% dan tahun 2009 sebesar 4,15%.

Hastuti (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan di Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2005 sampai tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan retribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2005 sebesar 3,51%; tahun 2006 sebesar 2,14%; tahun 2007 sebesar 3,39%; tahun 2008 sebesar 4,03% dan tahun 2009 sebesar 4,25%. Efektivitas pemungutan retribusi sektor pariwisata yang dilakukan pada tahun 2005 sebesar 106,04%; tahun 2006 sebesar 85,05%; tahun 2007 sebesar 108,96%; tahun 2008 sebesar 129,32% dan tahun 2009 sebesar 125,99%.

Novia (2014) melakukan penelitian mengenai Kontribusi Retribusi Parkir Tepi Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan di Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan retribusi parkir tepi jalan terhadap pendapatan retribusi daerah pada tahun 2010 sebesar 0,275%; tahun 2011 sebesar 0,249%; dan tahun 2012 sebesar 0,215%.


(56)

Putra, Atmanto dan Nuzula (2014) melakukan penelitian mengenai Analisis Efektivitas Penerimaan dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan di Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kota Blitar dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pendapatan asli daerah Kota Blitar tahun 2008 sebesar 102,76%; tahun 2009 sebesar 119,20%; tahun 2010 sebesar 101,78%; tahun 2011 sebesar 97,37%; dan tahun 2012 sebesar 113,68%. Efektivitas penerimaan retribusi jasa umum Kota Blitar tahun 2008 sebesar 99,95%; tahun 2009 sebesar 114,16%; tahun 2010 sebesar 96,52%; tahun 2011 sebesar 96,00%; dan tahun 2012 sebesar 91,37%. Efektivitas penerimaan retribusi jasa usaha Kota Blitar tahun 2008 sebesar 94,33%; tahun 2009 sebesar 94,57%; tahun 2010 sebesar 87,42%; tahun 2011 sebesar 91,24%; dan tahun 2012 sebesar 84,58%. Efektivitas penerimaan retribusi perizinan tertentu Kota Blitar pada tahun 2008 sebesar 115,12%; tahun 2009 sebesar 137,34%; tahun 2010 sebesar 168,91%; tahun 2011 sebesar 159,45%; dan tahun 2012 sebesar 217,28%. Kontribusi retribusi jasa umum terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2008 sebesar 42,32%; tahun 2009 sebesar 51,44%; tahun 2010 sebesar 6,33%; tahun 2011 sebesar 5,48%; dan tahun 2012 sebesar 5,01%. Kontribusi retribusi jasa usaha terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2008 sebesar 7,57%; tahun 2009 sebesar 8,67%; tahun 2010 sebesar 6,99%; tahun 2011 sebesar 6,66%; dan tahun 2012 sebesar 5,36%. Kontribusi retribusi perizinan tertentu terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2008 sebesar


(57)

42

0,50%; tahun 2009 sebesar 0,69%; tahun 2010 sebesar 0,62%; tahun 2011 sebesar 0,57%; dan tahun 2012 sebesar 0,47%.

Putri (2016) melakukan penelitian mengenai Analisis Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan di Daerah Kabupaten Malang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Malang pada tahun 2010 sebesar 0,60%; tahun 2011 sebesar 0,64%; tahun 2012 sebesar 0,76%; tahun 2013 sebesar 0,61%; dan tahun 2014 sebesar 0,43%. Tingkat efektivitas penerimaan retribusi parkir Kabupaten Malang pada tahun 2010 sebesar 101%; tahun 2011 sebesar 92,7%; tahun 2012 sebesar 100,2%; tahun 2013 sebesar 100,8%; dan tahun 2014 sebesar 100,1%.

Govokali dan Bahar (2006) melakukan penelitian tentang kontribusi pariwisata pada terhadap pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan data panel yang dilakukan pada negara Mediteranian dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2002. Berdasarkan pengalaman pada Negara Mediteranian, investigasi secara empiris tentang kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode 1987-2002 mengindikasikan bahwa faktor tradisional (modal dan tenaga kerja) sebagai faktor hubungan pariwisata berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Lebih spesifik, diterimanya hipotesis yang berhubungan positif dan diterimanya pertumbuhan pariwisata memiliki implikasi dalam merencanakan pariwisata berdasarkan kebijakan perkembangan. Selama pertumbuhan


(58)

jangka panjang dan berkelanjutan tetap terjaga, tambahan investasi dalam faktor tradisional, investasi pada pariwisata dan perencanaan yang baik pada operasi pariwisata sangat penting untuk memaksimalkan pendapatan pariwisata.

Honga dan Ilat (2014) melakukan penelitian tentang analisis realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah pemerintah Kota Bitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja pemerintah Kota Bitung bisa dikatakan relatif baik. Realisasi belanja pemerintah Kota Bitung tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan atau yang direncanakan. Berdasarkan hasil penelitian dari penulis bahwa realisasi anggaran belanja tahun 2013 melalui perhitungan varians anggaran belanja tidak melebihi anggaran yang direncanakan dengan persentase sebesar 93,01%.

Paat (2013) melakukan penelitian tentang perbandingan kinerja pengelolaan APBD antara Pemerintah Kota Tomohon dengan Pemerintah Kota Manado. Salah satu metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis selisih anggaran. Hasil yang didapat dari penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan APBD pada Kota Tomohon dengan analisis varians pengeluaran anggaran lebih baik dibandingkan dengan Kota Manado. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase Kota Tomohon sebesar 88,90% sedangkan Kota Manado sebesar 95,07%.

Havi dan Enu (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pariwisata pada kinerja ekonomi di Ghana. Penelitian ini mengkaji dampak


(59)

44

kepariwisataan pada kinerja ekonomi di Ghana menggunakan pendekatan kointegrasi Johansen. Ditemukan bahwa semua variabel, GDP per kapita, pariwisata domestik per kapita, dan pariwisata internasional perkapita terintegrasi pada urutan pertama. Hasil dari tes kointegrasi Johansen mengindikasikan bahwa hanya terdapat hubungan jangka pendek di antara semua variabel. Dari penelitian ditemukan bahwa catatan dari pariwisata internasional yang sebelumnya memiliki dampak positif pada GDP per kapita dan dampak ini elastis. Sebagai hasilnya, peningkatan pada pariwisata internasional akan membawa peningkatan pada GDP per kapita. Tes kausalitas Granger juga menunjukkan bahwa terdapat kausalitas unilateral antara pariwisata internasional dan GDP per kapita serta pariwisata domestik dan pariwisata internasional. Maka dari itu, peningkatan pada pariwisata internasional akan meningkatkan GDP per kapita, sementara peningkatan pada pariwisata domestik juga akan meningkatkan pariwisata internasional.


(60)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan tentang suatu subyek tertentu yang sifatnya terbatas, maka kesimpulan yang nantinya didapat hanya berlaku pada subyek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan tidak berlaku bagi pemerintah daerah lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang secara khusus akan dilakukan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Kulon Progo; serta Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan November 2016 sampai dengan Bulan Februari 2017.


(61)

46

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

“Subjek penelitian adalah unit analisis atau unit observasi yang akan diteliti” (Nuryaman & Veronica, 2015: 5). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Kulon Progo; serta Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo.

2. Objek Penelitian

“Objek penelitian adalah karakteristik yang melekat pada subjek penelitian” (Nuryaman & Veronica, 2015: 5). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah target dan realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015, biaya pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015, dan pendapatan pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015.

D. Teknik Pengumpulan Data Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen yang berisi tentang target dan realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015, biaya pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015, dan pendapatan pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015.


(62)

E. Data yang Diperlukan

1. Target dan realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015.

2. Target dan realisasi biaya pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015.

3. Pendapatan pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015.

F. Teknik Analisis Data

1. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data yang sudah diterima dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Kulon Progo; serta Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo.

2. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu menghitung kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo per tahun dari tahun 2011 sampai tahun 2015, maka digunakan data realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai tahun 2015 dan data realisasi pendapatan pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Selanjutnya data tersebut akan dihitung dengan rumus analisis proporsi yaitu dengan membandingkan antara realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga dengan realisasi pendapatan asli daerah, kemudian hasilnya dikalikan dengan


(63)

48

seratus persen. Rumus yang akan digunakan untuk menghitung kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kulon Progo adalah (Widodo, 1990: 21):

3. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu mengetahui tempat rekreasi dan olahraga yang memiliki kontribusi terbesar terhadap retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kulon progo per tahun dari tahun 2011 sampai tahun 2015, maka digunakan data realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Selanjutnya data tersebut akan dihitung dengan rumus analisis proporsi yaitu dengan membandingkan antara realisasi pendapatan tempat rekreasi dan olahraga dengan realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga, kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus persen. Rumus yang akan digunakan untuk menghitung kontribusi tempat rekreasi dan olahraga terhadap realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kulon Progo adalah (Widodo, 1990: 21):

Selanjutnya menentukan komponen retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga secara total.

Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga =

Realisasi Penerimaan retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Realisasi Pendapatan Asli Daerah x 100%

Kontribusi tempat rekreasi dan olahraga = Realisasi pendapatan tempat rekreasi dan olahraga


(64)

4. Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen, sehingga apabila rasio efektivitasnya semakin tinggi, menggambarkan kemampuan daerah semakin baik. Untuk menjawab rumusan masalah yang kelima, yaitu menghitung tingkat efektivitas pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat digunakan rumus (Halim, 2004: 135):

5. Tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran merupakan salah satu formulasi analisis anggaran yang menggambarkan perbandingan antara realisasi pengeluaran dan anggaran yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui apakah terjadi selisih underspending atau overspending. Jika pengeluaran

aktual lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran maka dapat dikatakan underspending. Sebaliknya, jika

pengeluaran aktual lebih besar daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran maka dapat dikatakan overspending (Mahsun,

2006: 151). Untuk menjawab rumusan masalah yang keempat dapat digunakan rumus sebagai berikut (Mahsun, 2006: 152):

Efektivitas= Realisasi Target Penerimaan retribusiPenerimaan retribusi Tempat Rekreasi dan OlahragaTempat Rekreasi dan Olahraga x 100%

Tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi = Realisasi Biaya Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga


(65)

50 BAB IV

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

A. Letak Geografis

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat, dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Barat: Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

2. Timur: Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Utara: Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah 4. Selatan: Samudera Hindia

B. Topografi Batas topografi:

1. Barat: 110 derajat Bujur Timur 1’ 37” 2. Timur: 110 derajat Bujur Timur 16’ 26” 3. Utara: 7 derajat Lintang Selatan 38’ 42” 4. Selatan: 7 derajat Lintang Selatan 59’ 3”

Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0 – 1000 meter di atas permukaan laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi:


(66)

1. Bagian Utara

Merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 – 1.000 meter di atas permukaan laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Kalibawang dan Kecamatan Samigaluh. Penggunaan tanah di wilayah ini diperuntukkna sebagai kawasan budidaya konservasi dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor.

2. Bagian Tengah

Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 500 meter di atas permukaan laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Pengasih dan sebagian Kecamatan Lendah, wilayah dengan lereng antara 2% - 15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan. 3. Bagian Selatan

Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 meter di atas permukaan laut, meliputi Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur dan sebagian Kecamatan Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0% - 2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.

Selama tahun 2011 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan per bulan adalah 161 mm dan hari hujan 10 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Februari 2011 sebesar 343 mm dengan


(67)

52

jumlah hari 18 hh sebulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2011 berada di Kecamatan Kokap sebesar 214 mm dengan jumlah hari hujan 14 hh per bulan.

Sumber air baku di Kabupaten Kulon Progo meliputi 7 (tujuh) buah mata air, Waduk Sermo, dan Sungai Progo. Mata air yang sudah dikelola PDAM meliputi mata air Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas dan Sungai Progo. Di Kecamatan Kokap, mata air dikelola secara swakelola oleh pihak kecamatan dan desa, yang kemudian disalurkan secara gravitasi dengan sistem perpipaan.

Kabupaten Kulon Progo yang terletak antara Bukit Menoreh dan Samudera Hindia dilalui Sungai Progo di sebelah timur, Sungai Glagah di sebelah tengah dan Sungai Bogowonto di sebelah barat. Keberadaan sungai dengan air yang mengalir sepanjang tahun di wilayah Kabupaten Kulon Progo tersebut membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah.

Keberadaan Waduk Sermo di Kecamatan Kokap didukung dengan keberadaan jaringan irigasi yang menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan, menunjukkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan produksi pertanian dan perikanan di wilayah Kabupaten Kulon Progo.


(68)

C. Wilayah

Kabupaten Kulon Progo dengan ibukota Wates memiliki luas wilayah 58.627, 512 ha (586,28 km2), terdiri dari:

1. 12 kecamatan

2. 87 desa dan 1 kelurahan 3. 918 pedukuhan (SLS Tk 3) 4. 1.885 rukun warga (SLS Tk 2) 5. 4.469 rukun tetangga (SLS Tk 1)

D. Prasarana

Kabupaten Kulon Progo dilewati oleh 2 (dua) prasarana perhubungan yang merupakan perlintasan nasional di Pulau Jawa, yaitu Jalan Nasional sepanjang 28,57 km dan Jalur Kereta Api sepanjang kurang lebih 25 km. Hampir sebagian besar wilayah di Kabupaten Kulon Progo dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat.

E. Tempat Pariwisata Kabupaten Kulon Progo 1. Wisata Alam

Wisata Alam di Kabupaten di Kulon Progo terdiri atas: a. Pantai Glagah

b. Pantai Congot c. Pantai Trisik d. Waduk Sermo


(69)

54

e. Puncak Suroloyo f. Goa Kiskendo 2. Desa Wisata

Desa Wisata di Kabupaten Kulon Progo terdiri atas: a. Nglinggo

b. Kalibiru c. Sermo d. Sidorejo e. Jatimulyo 3. Wisata Kuliner

Wisata Kuliner di Kabupaten Kulon Progo terdiri atas: a. Gula Semut

b. Geblek

c. Jenang Madu Sirat 4. Wisata Religi

Wisata Religi di Kabupaten Kulon Progo terdiri atas: a. Sendangsono

b. Makam Nyi Ageng Serang c. Makam Girigondo

5. Wisata Pendidikan

Wisata Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo terdiri atas:

a. Wild Rescue Centre (WRC)


(70)

6. Wisata Minat Khusus

Wisata Minat Khusus di Kabupaten Kulon Progo terdiri atas: a. Arung Jeram/Rafting Progo

b. Towielfiet c. Sport Fishing F. Pariwisata

1. Pantai Glagah

Pantai Glagah merupakan pantai indah dengan hamparan pasir hitam yang luas sekaligus berlaguna. Di pantai ini terdapat kawasan gumuk pasir dengan rumput grinting dan laguna glagah yang sangat laus terhampar untuk aktivitas perahu wisata, olah raga kano, kayak, berenang atau memancing. Selain itu juga ada agrowisata buah naga, melon, semangka dan cabai yang dikelola oleh masyarakat. Kawasan glagah secara rutin juga dipakai untuk acara motocross, festival layang-layang dan pesta kembang api tahun baru. Pantai Glagah menjadi muara Sungai Serang yang sekaligus menjadi pintu masuk ke Pelabuhan Ikan Tanjung Adi Karta. Sisi barat Sungai Serang menjadi Camping Ground dan Dermaga Wisata. Pengunjung yang akan tinggal lama atau ingin mengadakan kegiatan gathering, rapat dan pesta bisa memanfaatkan usaha penginapan atau hotel yang terdapat banyak di sekitar Pantai Glagah. Lokasi Pantai Glagah berada di Kecamatan Temon kira-kira 10 km dari Kota Wates dan kurang lebih 2 km dari jalan raya Jogja – Jakarta. Retribusi Obyek Wisata Pantai Glagah adalah Rp 5.000 per orang.


(1)

133 LAMPIRAN 15

BIAYA PENGELOLAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN 2014


(2)

(3)

135 LAMPIRAN 16

BIAYA PENGELOLAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN 2015


(4)

(5)

137

LAMPIRAN 17

SURAT IZIN PENELITIAN DARI PEMERINTAH DAERAH DIY PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

138

LAMPIRAN 18

SURAT IZIN PENELITIAN DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KULON PROGO


Dokumen yang terkait

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

7 62 21

EVALUASI PENERIMAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

0 6 64

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN DAERAH Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Penerimaan Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten.

0 0 12

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Grobogan Period

0 2 12

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

0 6 15

Analisis kontribusi, efektivitas penerimaan dan tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran retribusi tempat rekreasi dan olahraga pada pendapatan asli daerah (studi kasus pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2015).

0 1 155

Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

0 0 16

KONTRIBUSI PENERIMAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEPARA

0 0 12

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA PALEMBANG -

0 2 26

ANALISIS KONTRIBUSI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENERIMAAN DAERAH

0 0 91