Sifat Penelitian Komparasi Penelitian Komparasi

1. Sifat Penelitian Komparasi

Penelitian komparasi terbagi menjadi dua. Pertama, perbandingan dua kelompok yang memiliki perbedaan secara alamiah non-eksperimen. Misalnya, perbandingan hasil belajar siswa antara siswa status anak bontot dengan siswa status anak tengah. Penelitian komparasi jenis pertama didasari oleh keraguan peneliti atas teori yang ada. Misalnya,: Dalam teori psikologi perkembangan dikatakan bahwa anak tengah adalah anak yang mandiri, cenderung memiliki kebiasaan belajar mandiri. Kemandirian dalam belajar dapat mendorong hasil belajar yang tinggi. Sebaliknya, anak bontot adalah anak yang manja, cenderung malas belajar. Kemalasan belajar dapat mendorong hasil belajar yang rendah. Beranjak dari teori tersebut, peneliti ingin membandingkan hasil belajar kelompok siswa anak sulung dengan hasil belajar kelompok siswa anak bontot. Dalam hal ini, peneliti tidak memberikan perlakuan yang berbeda. Perbedaan itu terjadi secara alamiah – anak sulung dan anak bontot – terbentuk secara alamiah. Tabel 1. Penelitian Komparasi Non-Eksperimen PEMILIHAN SAMPEL KELOMPOK PENGAMBILAN DATA HASIL EKSPERIMEN 120 SISWA 50S Sulung 8,0 Terdapat perbedaan hasil belajar siswa sulung dan siswa bontot 70S Bontot 7,5 Kedua, perbandingan dua kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda eksperimen. Misalnya, perbandingan hasil belajar antara siswa yang diperlakukan dengan metode cooperative jigsaw dengan siswa yang diperlakukan dengan metode cooperative student team achievement division. Penelitian komparasi jenis keua didasari oleh kenyataan bahwa variabel kriteria hasil belajar siswa di lokasi tertentu rendah. Misalnya: Dari Buku Laporan Nilai Mata Pelajaran PPKn, bahwa nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn lebih rendah dari nilai KKM yang ditetapkan. Hal itu terjadi selama dua semester terakhir. Pada semester Ganjil 20142015 1, dari 40 siswa Kelas VII A, 35 di antaranya memperoeh nilai di bawah 75 KKM. Pada semester berikutnya, dari 40 siswa kelas VII A, 38 di antaranya memperoleh nilai di bawah 75 KKM. Hal yang sama terjadi di kelas VII D. Di kelas VII D yang terdiri dari 35 siswa, 30 siswa di antaranya Pa g e 1 8 memperoleh nilai di bawah KKM 75. Pada semester berikutnya 20142015 2, dari 35 siswa, 34 siswa di antaranya memperoleh nilai di bawah KKM 75. Hal itu menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa di kelas VII A dan VII D rendah di bawah nilai KKM. Peneliti eksperimen harus mencari teori – pendapat ahli – variabel apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Misanya diperoleh teori dari buku Ngalim Purwanto yang berjudul Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme, dikemukakan bahwa: Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah siswa belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang paling banyak berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar adalah metode pembelajaran, media pembelajaran, dan lingkungan keluarga. Media pembelajaran adalah alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Jenis media yang digunakan guru akan mempengaruhi kemampuan siswa menangkap informasi. Kemampuan intelektual siswa yang ditunjukkan oleh hasil belajar sangat dipengaruhi oleh media pembelajaran. Media pembelajaran yang mengaktifkan semua jenis memori saluran informasi dapat mendorong kuat penangkapan informasi. Belajar yang baik adalah belajar memproses informasi. Media pembelajaran yang multimedia dapat mendorong kemudahan dalam pemrosesan informasi. Ketika informasi yang ditangkap mudah diproses oleh otak, maka pengetahuan siswa akan lebih banyak. Dari teori Ngalim Purwanto diketahui bahwa media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar. Berdasarkan pada teori itu, peneliti dapat melakukan beberapa penelitian eksperimen sebagai berikut: KELOMPOK SISWA MEDIA PEMBELAJARAN ESKPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 EKSPERIMEN 3 VII A Modul Media Powerpoint CD Interaktif VII D Media Powerpoint CD Interaktif Video Tutorial

2. Kedudukan Variabel X dan Variabel Y