Mengapa Harus Ada Teori? Mengapa harus ada teori? Jawabannya, karena

2. Mengapa Harus Ada Teori? Mengapa harus ada teori? Jawabannya, karena sifat penelitian kuantitatif yaitu membuktikan teori. Teori digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk menyusun kerangka berfkir. Kerangka berfkir adalah jawaban peneliti atas pertanyaan yang dikemukakan di perumusan masalah penelitian. Jawaban peneliti dianggap sebagai teori. Teori harus dapat dibuktikan. Tidak ada penelitain tanpa ada pembuktian, dan tidak ada pembuktian tanpa ada teori. Gambar 5. Hubungan Teori dengan Kerangka Berfkir Dalam Penelitian Korelasi Pembuktian terkait dengan syarat kebenaran ilmiah. Ada tiga syarat kebenaran dari kegiatan penelitian, yaitu korespondensi, koherensi, dan pragmatis. Seorang peneliti melakukan kajian pustaka – mencari pendapat para ahli di buku-buku, di jurnal-jurnal – itu dilakukannya dalam rangka mengejar kebenaran korespondensi. Peneliti diminta untuk menjawab pertanyaan penelitian di bagian rumusan masalah. Jawaban peneliti haruslah jawaban yang benar. Jawaban yang benar menurut syarat kebenaran korespondensi adalah jawaban yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya yang telah terbukti benar. Teori adalah kebenaran ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian di bagian rumusan masalah. Jawaban peneliti di bagian kerangka berfkir harus dapat dibuktikan di lapangan. Pembuktikan itu RUMUSAN MASALAH “Apakah tedapat pengaruh positif dan signifkan disiplin belajar terhadap kesuksesan belajar? KERANGKA BERFIKIR Mengungkapkan adanya pengaruh disiplin belajar terhadap kesuksesan belajar Pa g e 1 5 dilakukan melalui analisis data secara statistik – uji statistik. Setelah dilakukan pengujian statistik, akan diperoleh bukti pengujian: benar atau tidaknya jawaban peneliti. Jika bukti statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y, maka peneliti sudah memenuhi syarat kebenaran korespondensi. Kebenaran korespondensi artinya pengetahuan dianggap benar, jika pengetahuan dapat dibuktikan di lapangan. Jika sebuah teori terbukti benar, kemudian diterapkan dalam praktik sehari-hari, maka peneliti sudah memenuhi syarat kebenaran yang ketiga, yaitu kebenaran pragmatis. Kebenaran pragmatis yaitu pengetahuan dikatakan benar, jika bermanfaat dan berguna dalam praktik sehari-hari. 1 Misalnya, jika peneliti meneliti pengaruh disiplin belajar terhadap kesuksesan belajar. Data di lapangan kemudian diuji secara statistik. Hasil pengujian menunjukkan disiplin belajar mempengaruhi kesuksesan belajar. Di dalam teori dikatakan bahwa: “... kedisiplinan belajar dapat dilakukan dengan cara membiasakan diri untuk menyusun jadual kegiatan belajar secara teratur, membangun kontrak perjanjian belajar tentang waktu belajar, 1 pengumpulan tugas dan latihan. Kedisiplinan haruslah didorong dengan pemberian tanggapan positif atas perilaku-perilaku yang telah benar dan menetap.” Teori tersebut mengatakan cara-cara yang dilakukan guru untuk mendisiplinkan peserta didik. Cara-cara itu kemudian dipraktekkan oleh seorang guru PPKn di kelasnya. Kemudian dari pengamatan bahwa peserta didik menunjukkan perilaku-perilaku positif. Perilaku-perilaku tersebut adalah perilaku yang menunjukkan adanya disiplin belajar pada diri peserta didik. Dari praktek dan pengamatan di kelas, terbukti bahwa teori itu benar, berarti kebenaran pragmatis tercapai. Kebenaran pragmatis tercapai, jika teori dapat dipraktekkan dan bukti lapangan telah sesuai dengan teori. 2

D. Penelitian Komparasi