Buku Ajar METODE PENELITIAN KUALITATIF

(1)

Jember University Press Jl. Kalimantan 37 Jember 68121 Telp. 0331-330224, psw. 319, 320 E-mail: upt-penerbitan@unej.ac.id

Anggota IKAPI No. 127/JTI/2011 Anggota APPTI No. 036/KTA/APPTI/X/2012

Membangun Generasi Menuju Insan Berprestasi N

U IVE

R R

E S

B IT

M Y

EJ

METODE

Penelitian

Kualitatif

Dewi Rokhmah

Iken Nafikadini

Erdi Istiaji

9 7 8 6 0 2 9 0 3 0 6 4 8 ISBN 602903064-7


(2)

Buku Ajar

METODE

PENELITIAN KUALITATIF

Oleh:

Dewi Rokhmah, S.KM., M.Kes.

Iken Nafikadini, S.KM., M.Kes.

Erdi Istiaji, S.Psi., M.Psi., Psikolog


(3)

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Diterbitkan oleh UPT Penerbitan UNEJ

Jl. Kalimantan 37 Jember 68121

Telp. 0331-330224, Voip. 0319, Fax. 0331-339029

E-mail: upt-penerbitan@unej.ac.id

Hak Cipta @ 2014

Cover: Noerkoentjoro W.D. Layout: Happy Febriyanti

Perpustakaan Nasional RI – Katalog Dalam Terbitan 001.42

D Dewi Rokhmah, dkk

m Metode Penelitian Kualitatif/oleh Dewi Rokhmah, dkk.--Jember: Jember University Press, 2014

viii, 124 hlm. ; 23 cm. ISBN: 978-602-9030-64-8 1. METODE PENELITIAN I. Judul

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak tanpa ijin tertulis dari penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, maupun microfilm.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Buku Ajar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam bahasa Indonesia belum banyak ditulis oleh para pakar penelitian, akan tetapi realisasi dalam bentuk praktik lapangan sudah banyak dilaksanakan oleh kalangan peneliti, mahasiswa maupun praktisi yang lain. Kehadiran buku ringkas dan padat ini paling tidak akan memenuhi kehausan informasi tentang metode penelitian kualitatif bagi kalangan mahasiswa dan praktisi penelitian. Menjelaskan tentang penelitian kualitatif sebenarnya tidak mudah, karena dalam praktiknya sangat beragam. Para peneliti yang menganut paradigma berbeda, akan memberikan rincian maupun varian penelitian kualitatif yang berbeda pula. Hampir setiap pakar memiliki persepsi dan penjelasan yang berbeda tentang ragam penelitian kualitatif. Pengalaman lapangan masing – masing peneliti ketika melaksanakan penelitian, akan memperkaya pengetahuan tentang penelitian serta akan memudahkan menjelaskan berbagai jenis penelitian kualitatif yang pernah dilakukannya. Semakin banyak pengalaman dan semakin sering melakukan jenis penelitian kualitatif tertentu, akan semakin rinci cara menjelaskannya.

Untuk menambah wawasan tentang berbagai jenis penelitian kualitatif, maka mahasiswa sebaiknya perlu terus melakukan penelusuran literatur yang lain. Banyak buku-buku teks tentang Metode Penelitian Kualitatif yang ditulis dalam bahasa asing, bisa dijadikan rujukan untuk memahami lebih dalam tentang jenis penelitian ini. Memang tidak mudah untuk memahami penelitian kualitatif hanya dengan pendalaman literatur yang ada secara abstrak. Setiap peneliti yang memiliki komitmen melaksanakan penelitian kualitatif, sudah seharusnya mampu mengembangkan berfikir secara abstrak. Melalui kemampuan abstraksi itulah seorang peneliti kualitatif akan mampu membangun narasi-narasi hasil penelitian. Oleh karena itu, wawasan pengalaman di lapangan juga perlu dicoba, untuk mempraktikkan berbagai ragam penelitian kualitatif tersebut. Dalam iklim akademik yang bebas dan semakin kompetitif sekarang ini perbedaan pandangan serta kemampuan menjelaskan temuan penelitian adalah kekuatan bagi kemunculan variasi ilmu.

Semoga kehadiran buku ini dapat membantu para mahasiswa dan praktisi penelitian untuk memahami dan memperluas wawasan tentang penelitian kualitatif.

Jember, 5 Januari 2015


(5)

iv

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. karena atas izin-Nya buku ajar mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif dapat diselesaikan. Mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif adalah mata kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa peminatan dan menjadi bahan rujukan untuk pembuatan skripsi. Oleh karena itu hadirnya buku ajar mata kuliah ini memang sangat dibutuhkan. Buku ajar ini memenuhi kepentingan mahasiswa dalam mempelajari metodologi penelitian yang bersifat kualitatif.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ajar ini. Harapan kami semoga buku ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat. Tentu saja kami tetap menerima saran dan kritik terhadap isi buku ajar ini demi perbaikannya kedepan.

Jember, 22 September 2014 Tim Penyusun


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB 1 KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF ... 1

1.1 Pengertian Penelitian Kualitatif ... 1

1.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif ... 2

1.3 Rangkuman ... 3

1.4 Latihan/Tugas ... 4

1.5 Pengayaan Bacaan ... 4

BAB 2 PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF ... 5

2.1 Macam-macam Pendekatan Penelitian Kualitatif ... 5

2.2 Rangkuman ... 15

2.3 Latihan/Tugas ... 15

2.4 Pengayaan Bacaan ... 15

BAB 3 TEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF ... 17

3.1 Tujuan dan Manfaat dalam Penelitian Kualitatif ... 17

3.2 Rumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif ... 18

3.3 Rangkuman ... 19

3.4 Latihan/Tugas ... 20

3.5 Pengayaan Bacaan ... 20

BAB 4 METODE PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KUALITATIF ... 21

4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.2 Rangkuman ... 33

4.3 Latihan/Tugas ... 34

4.4 Pengayaan Bacaan ... 34

BAB 5 ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF ... 35

5.1 Teknik Analisis Data ... 35


(7)

vi

5.4 Pengayaan Bacaan ... 44

BAB 6 VERIFIKASI DATA PENELITIAN KUALITATIF ... 45

6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 45

6.2 Rangkuman ... 52

6.3 Latihan/Tugas ... 53

6.4 Pengayaan Bacaan ... 53

BAB 7 PENGGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF ... 55

7.1 Teori Interaksionisme Simbolik ... 55

7.2 Teori HBM ... 64

7.3 Kerangka Teori Bloom ... 67

7.4 Teori Belajar Sosial ... 70

7.5 Rangkuman ... 79

7.6 Latihan/Tugas ... 79

7.7 Pengayaan Bacaan ... 80

BAB 8 PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF ... 81

8.1 Komponen dan Sistematika Penyusunan Proposal .... 81

8.2 Rangkuman ... 83

8.3 Latihan/Tugas ... 83

8.4 Pengayaan Bacaan ... 83

BAB 9 PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN KUALITATIF ... 85

9.1 Komponen dan Sistematika Penyusunan Laporan .... 85

9.2 Rangkuman ... 88

9.3 Latihan/Tugas ... 88

9.4 Pengayaan Bacaan ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

INDEKS ... 91


(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data ... 22

Gambar 5.1 Analisis Konten pada Penelitian Kualitatif ... 36

Gambar 5.2 Model Interaktif Komponen Analisis ... 44

Gambar 6.1 Bagan Uji Keabsahan Data ... 46

Gambar 7.1 Kerangka Teori Interaksionisme Simbolik ... 60

Gambar 7.2 Example of Turning Point in a Developing Relationship ... 61

Gambar 7.3 Bagan Teori HBM menurut Rosenstok ... 65

Gambar 7.4 Bagan Teori HBM menurut Safarino ... 67

Gambar 7.5 Pribadi, Lingkungan dan Tingkah Laku Saling Mempengaruhi ... 71


(9)

viii

Halaman Tabel 6.1 Perbandingan Standar Kuantitatif Dan Kualitatif ... 52 Tabel 7.1 Strategi Pengubahan Sumber Ekspekstasi Efikasi ... 75


(10)

BAB 1

KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF

Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu melakukan penyusunan penelitian kualitatif.

Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat memahami konsep dasar penelitian kualitatif.

Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi adalah bahwa konsep dasar penelitian kualitatifadalah bagian dari dasar metode penelitian kualitatif. Kompetensi dasar pada bagian bab ini merupakan bagian dari standar kompetensi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.

Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian definisi penelitian kualitatif dan karakteristik penelitian kualitatif.

Uraian:

1.1 Pengertian Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010).

Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2007).

Selanjutnya Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa metode kualitatif dapat disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya dan disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.


(11)

Tidak jauh berbeda dengan Sugiyono, Kahija (2006) mengartikan penelitian kualitatif sebagai proses mendeskripsikan dan memahami dunia pengalaman subyek/partisipan dengan berpangkal pada tradisi-tradisi dan rancangan-rancangan penelitian kualitatif tertentu.Kahija yang menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses deskriptif didukung oleh Mukhtar (2013) yang mengartikan penelitian kualitatif deskriptif sebagai suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subyek penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif selain mendiskusikan berbagai kasus yang sifatnya umum tentang berbagai fenomena sosial yang ditemukan, juga harus mendeskripsikan hal-hal yang bersifat spesifik yang dicermati dari sudut kemengapaan dan kebagaimanaan, terhadap suatu realitas yang terjadi baik perilaku yang ditemukan dipermukaan lapisan sosial, juga yang tersembunyi di balik sebuah peilaku yang ditunjukkan.

Dalam bukunya yang berjudul Aplikasi Penelitian Kualitatif Dalam Pemantauan dan Evaluasi Program Kesehatan, Kresno et al (1999) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai sejenis penelitian formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Penelitian ini memungkinkan kita mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight) mengenai sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku target populasi.

1.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif

Menurut Miles dan Haberman (1995) serta Zetline (1998) yang dikutip oleh Fatchan (2011) menerangkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertitik tolak dari realitas sosial dengan asumsi pokok bahwa tingkah laku atau tindakan (actions) manusia mempunyai makna bagi pelakunya dalam konteks tertentu yaitu :

a. Pada dasarnya manusia selalu bertindak sesuai dengan makna terhadap semua yang ditemui dan dialami di dunia ini;

b. Makna yang ditemui dan dialami timbul dari interaksi antar individu; c. Manusia selalu menafsirkan makna yang ditemui dan dialami sebelum

ia bertindak, tindakan yang dijalankan sejalan dengan makna terhadap berbagai barang yang digunakan

Kirk dan Miller (1986) dalam Fatchan (2011) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif bermula dari suatu pengamatan yang bersifat kualitatif yang mencatat segala gejala yang terjadi dalam alam dan kehidupan manusia secara alamiah. Dicatat dengan menggunakan uraian kata-kata dalam suatu kalimat tertentu. Tidak menggunakan gradasi atau


(12)

K o n s e p D a s a r P e n e l i t i a n | 3

tingkatan angka (misal persentase, rerata, kai kuadrat, korelasi, path analisis atau berbagai jenis statistik lainnya).

Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah (Soegiyono, 2010).

Berdasarkan beberapa definisi di atas Fatchan (2011) menyimpulkan bahwa rambu-rambu penelitian kulitatif antara lain : a. Penelitian yang berlatar alamiah

b. Berbagai gejala yang dijumpai di lapangan oleh peneliti tidak boleh dimanipulasi, tetapi direkam seperti apa adanya

c. Perolehan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi atau pengamatan berperanserta (paarticipant observation), wawanccara mendalam, studi dokumentasi, dan sejenisnya dengan instrumen utamanya adalah peneliti sendiri

d. Pengamatan dan wawanccara terhadap subyek penelitian bersifat mendalam dan holistik (secara utuh-menyeluruh)

e. Data yang diperoleh berupa deskripsi kata-kata atau kalimat yang tertulis yang mengarah pada tujuan penelitian (fokus penelitian) yang telah ditetapkan semula. Walaupun demikian tidak diharamkan menggunakan angka-angka jika memang hal itu sangat diperlukan f. Deskripsi yang diperoleh bersifat kontekstual sesuai dengan karakter

kawasan atau subyek penelitiannya serta tradisi teoritik yang mendasarinya (pisau analisis teori yang digunakan)

g. Interpretasi data dan konsep teoritik / proposisi dibangun dari bawah

(grounded theory), yakni dari perolehan data di lapangan (hasil

deskripsi dari temuan lapangan), bukan dari konsep atau teori si peneliti. Walaupun demikian, jika kita gunakan atau berangkat dengan konsep yang kosong (tanpa ada kajian pustaka) dalam suatu penelitian kualitatif adalah naif. Itu artinya, kajian teoritik (kajian pustaka) atau temuan penelitian terdahulu dalam suatu rancangan penelitian kualitatif tetap diperlukan.

1.3 Rangkuman

1. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi , analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.


(13)

2. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertitik tolak dari realitas sosial dengan asumsi pokok bahwa tingkah laku atau tindakan manusia mempunyai makna bagi pelakunya dalam konteks tertentu yaitu :

a. Pada dasarnya manusia selalu bertindak sesuai dengan makna terhadap semua yang ditemui dan dialami di dunia ini;

b. Makna yang ditemui dan dialami timbul dari interaksi antar individu;

c. Manusia selalu menafsirkan makna yang ditemui dan dialami sebelum ia bertindak, tindakan yang dijalankan sejalan dengan makna terhadap berbagai barang yang digunakan

1.4 Latihan/Tugas:

1. Jelaskan pengertian dari penelitian kualitatif!

2. Jelaskan mengapa metode kualitatif disebut juga sebagai metode

etnographi?

3. Sebutkan dan jelaskan rambu-rambu penelitian kualitatif!

1.5 Pengayaan Bacaan

Babbie, Earl. 1986. The Practice of Social Research. Fourth Edition. Eadsworth Publishing Co.: Belmont, California. A Division of Wadsworth, Inc.


(14)

BAB 2

PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF

Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu melakukan penyusunan penelitian kualitatif.

Kompetensi Dasar:Mahasiswa dapat memahami pendekatan penelitian kualitatif.

Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi adalah bahwa pendekatan penelitian kualitatifadalah bagian dari dasar metode penelitian kualitatif. Kompetensi dasar pada bagian bab ini merupakan bagian dari standar kompetensi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian macam-macam pendekatan penelitian kualitatif.

Uraian

2.1 Macam-macam Pendekatan Penelitian Kualitatif

Banyak pakar yang sudah mencoba menguraikan

macam-macam/jenis pendekatan penelitian kualitatif. Masing-masing

menjabarkan tergantung dari sudut pandang dan faham penelitian yang dianutnya.

Menurut Mukhtar (2013) penelitian deskriptif yang pada umumnya bertolak pada penelitian sosial, model (jenis) apapun yang dipilih atau analisa data yang bagaimanapun yang digunakan, pada prinsipnya dapat saja dilakukan sepanjang peneliti tetap dalam paradigma penelitian kualitatif deskriptif. Mukhtar (2013) membagi jenis-jenis

penelitian deskriptif kualitatif dalam 6 kelompok, yakni Analisis

Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi, Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik. Sedangkan menurut Fatchan (2011) dalam

bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif” membagi

pendekatan penelitian kualitatif dalam 9 macam, yaitu Fenomenologi,

Konstruksionistik, Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik, Historis dan Inquiri Filosofi. Lain halnya dengan Kahija (2006) yang membagi pendekatan penelitian kualitatif

menjadi 5 macam, yaitu Biografis, Fenomenologis, Studi Kasus,

Etnografis dan Grounded Theory. Murti (2010) membagi pendekatan


(15)

penelitian ini dalam 3 komponen dimana salah satu komponen justru merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan menurut Murti (2010) ini

adalah pendekatan dengan paradigma Positivistik (lebih mengarah pada

metode kuantitatif), Fenomenologi, dan Hermeneutik (dua pendekatan

terakhir ini lebih mengarah pada metode kualitatif).

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing jenis penelitian : A.Analisis Dokumen (Document Analysis)

Penelitian analisis deskriptif sering juga dipahami dengan analisis

informasi (information analysis) dan kadang-kadang sulit dipisahkan

dengan atau dianggap sama dengan model penelitian analisis isi (content

analysis). Selain itu penelitian ini juga sering dikaitkan dengan penelitian

sejcarah (historis research), padahal keduanya memiliki perbedaan dari segi data yang cukup signifikan. Dalam analisis dokumen menggunakan data/informasi yang relatif baru atau belum terlalu lama, sehingga memiliki aktualitas yang cukup tinggi (Mukhtar, 2013).

Menurut Mukhtar (2013), dalam penelitian jenis ini data yang digunakan cenderung berupa benda-benda tertulis, walaupun tidak mustahil dalam bentuk film, foto, peta dan sebagainya. Data-data yang digunakan dapat berupa dokumen yang telah berlalu atau yang masih dipergunakan. Data dapat diperoleh dari sumber-sumber perpustakaan atau di tempat-tempat dimana dokumen tersebut berada. Selain itu dikenal pula dokumen personel / pribadi, yakni dokumen yang sumber datanya diperoleh dari informan atau orang (personel).

B. Penelitian Historis (Historis Studies)

Menurut Mukhtar (2013) penelitian historis adalah penelitian yang dilakukan dengan penelaah dokumen serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilakukan secara sistematis. Penelitian historis identik dengan penelitian dokumen, perbedaannya terletak dari sudut data. Dalam penelitian sejcarah, data yang digunakan jauh lebih lama, diantcaranya telah berabad-abad atau yang sudah layak bernilai sejcarah seperti perang salib, perang dunia kedua, revolusi kemerdekaan RI, dan sebagainya (Mukhtar, 2013).

Fatchan (2011) mendeskripsikan penelitian historis sebagai salah satu jenis penelitian yang hendak mengkonstruksi kondisi masa lalu secara sistematis, obyektif dan akurat yang mana dalam penelitian ini bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya dengan bukti-bukti itu dirumuskanlah suatu kesimpulannya. Kadangkala penelitian jenis ini digunakan untuk membuktikan hipotesis tertentu (Fatchan, 2011).


(16)

P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 7

Data penelitian historis diperoleh melalui deskripsi berbagai catatan, artefak, atau berbagai jenis laporan verbal lainnya. Hasil penelitiannya biasanya berupa ncaratif deskriptif (ncarativedescription), atau analisis terhadap berbagai peristiwa pada masa lampau(Fatchan, 2011). Data-data penelitian historis pada umumnya dititikberatkan pada upaya menelaah dokumen hasil hasil rekaman pcara ahli dari berbagai bidang, misalnya ahli jurnalistik, ahli hukum, kedokteran, penulis harian, fotografi dan lainnya. Analisis data dengan jenis penelitian histori, kekuatannya tergantung dari keauntetikan data / akurasi data dan interpretasi data yang dilakukan oleh si peneliti.

C. Analisis Isi (Content Analysis)

Mukhtar (2013) mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru

(replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis

ini mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah. Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanaannya.

Menurut Krippendorf (1993) yang dikutip oleh Mukhtar (2013) dikatakan secara tegas bahwa sebagai alat ilmu pengetahuan ia harus

handal (reliable), utamanya ketika peneliti lain, dalam waktu yang

bcarangkali berbeda, menerapkan teknik yang samaterhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama.

Penelitian ini banyak dilakukan pada berbagai penerbitan media cetak seperti buku-buku, majalah dan koran. Selain itu, penelitian ini dapat dilakukan untuk menganalisis Undang-Undang, peraturan pemerintah, surat keputusan presiden, keputusan menteri, laporan-laporan dan juga naskah-naskah(Mukhtar, 2013).

D. Studi Kasus (Case Studies)

Kahija (2006) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu penelitian satu/beberapa kasus dengan menggali informasi dari beberapa sumber. Dalam bukunya Mukhtar (2013) mengungkapkan bahwa metode penelitian ini sangat cocok digunakan saat seorang peneliti ingin

mengungkap sesuatu dengan bertolak pada pertanyaan “How” atau

Why”. Dilihat dari sudut kegunaannya, studi kasus dapat dipakai untuk

penelitian kebijakan, ilmu politik, dan administrasi umum, pendidikan, psikologi, dan sosiologi, studi organisasi dan manajemen, lingkungan dan agama, dan sebagainya (Mukhtar, 2013).

Menurut Mukhtar (2013) penelitian jenis ini dibedakan menjadi 3


(17)

Studi Kasus Deskriptif. Studi kasus eksplanatoris sangat baik untuk melihat penjelasan-penjelasan atau suatu peristiwa yang sama atau berbeda, dan menunjukkan rangkaian kasus seperti itu dapat berlaku atau

diaplikasikan pada situasi atau peristiwa yang lain. Sedangkan studi kasus

eksplorotaris dapat dipergunakan untuk mengungkapkan suatu kejadian

atau peristiwa, dimana berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat

berkelanjutan (continue) antcara peristiwa yang satu dengan peristiwa

yang berikutnya. Untuk studi kasus deskriptif sangat baik dipergunakan

untuk melacak suatu peristiwa atau hubungan antar pribadi,

menggambarkan subbudaya yang sudah jcarang menjadi topic penelitian

dan menemukan fenomena kunci seperti kemajuan karir, prestasi dan berbagai realitas yang muncul dalam masyarakat.

E. Penelitian Etnografis (Etnografis Studies)

Menurut Fatchan (2011) penelitian kualitatif dengan

menggunakan kajian etnografis berakar dari disiplin ilmu antropologi,

yang lebih memusatkan pada permasalahan pokok : Apakah yang

dimaksud dengan kebudayaan dalam kelompok masyarakat

tertentu?Artinya bahwa etnografi adalah suatu upaya untuk memeriksa

kebudayaan dengan segi-segi yang mendasarinya.

Muhadjir (1990) yang dikutip oleh Mukhtar (2013) juga menjelaskan bahwa penelitian dengan model etnografis bertolak dari

landasan dasar filsafat phenomenologi dari Weber yang dikenal juga

dengan “verstehen”. Penelitian deskriptif model etnografi merupakan suatu deskripsi tentang suatu ccara berfikir, hidup berperilaku individu atau sekelompok masyarakat.

Pendapat Mukhtar (2013) ini sejalan dengan pendapat ahli Kahija

(2006) bahwa etnografis cenderung mendeskripsikan dan

menginterpretasikan kelompok sosial atau budaya tertentu. Dalam

bukunya Kahija menulis :Inti dari etnografi adalah “Alami langsung

dengan MELAKUKANNYA!

Di dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti belajar untuk terjun langsung dan tinggal di lapangan. Peneliti perlu mengobservasi dan berpartisipasi langsung dalam kehidupan subjek-subjek penelitian. Dengan begitu, peneliti bisa mendeskripsikan secara detail dan teliti. Perlu di catat bahwa dalam pendekatan ini, peneliti

tidak dianjurkan untuk menjelaskan, tetapi mendeskripsikan. Oleh

karena itulah etnografi mengajarkan peneliti untuk menjadi seorang peneliti yang penuh perhatian, sehingga dalam hal ini kemampuan observasi sangat diperlukan (Kahija, 2006).


(18)

P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 9

Kajian ini dapat menggambarkan secara mendalam tentang suatu kebudayaan berdasarkan atas keberadaan individu dan kelompoknya, yang berkaitan dengan apa yang dilakukan, apa yang diketahui, serta berbagai jenis peralatan dan barang yang dibuat dan dipergunakannya (Fatchan, 2011).

Lebih lanjut Fatchan menjelaskan tentang kebudayaan. Menurutnya, kebudayaan diartikan sebagai perolehan pengetahuan yang digunakan orang untuk menafsirkan penglaman dan membuahkan tingkah laku. Kebudayaan merangkum tentang apa yang dilakukan manusia, apa yang diketahuinya, dan barang-barang apa yang dibuat serta dipergunakannya (Fatchan, 2011).

Dalam suatu penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi ini mengarah pada upaya untuk menjelaskan tindakan atau tingkah laku manusia, yang kemudian mendeskripsikannya secara lengkap tentang apa yang diketahuinya, hingga menjadikan mereka bertingkah laku atau bertindak sesuai dengan nuraninya (akal sehatnya) dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tujuan utama penelitian dengan pendekatan ini adalah untuk mengungkap berbagai makna yang oleh peserta atau pelaku kebudayaan dianggap sebagai hal yang sudah sewajarnya atau semestinya, lalu berupaya menjelaskan pemahaman baru yang didapat di dalamnya.

Penelitian model etnografi menganjurkan agar mengkonstruksi

konsepnya berdasarkan proses induktif atas empiric yang dikonstruksikan

atas sesuatu berdasarkan cara pandang atau pola perilaku masyarakat sebagai subyek penelitian. Dalam istilah lain dikenal dengan pemahaman

dari sudut emik (Mukhtar, 2013).

F. Penelitian Naturalistik (Naturalistic Inquiry)

Penelitian jenis ini dikembangkan oleh Lincoln dan Guba. Mukhtar (2013) mendefinisikan penelitian naturalistik sebagai penelitian deskriptif yang mengungkap realitas secara alamiah apa adanya, sekalipun demikian penelitian ini tetap memberikan makna di balik peristiwa alamiah yang ditunjukkan subyek. Penelitian ini sangat banyak digunakan dalam penelitian sosial kemasyarakatan, karena prinsip penelitian ini lebih menekankankepada perilaku sosialdan makna di balik tindakan sosial (Mukhtar, 2013).

G.Fenomenologi

Fatchan (2011) mengartikan pendekatan fenomenologi sebagai studi tentang cara memahami dan mengungkap berbagai fenomena (gejala-gejala yang muncul atas kesadaran masing-masing manusia) yang


(19)

ada dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam memahami apa yang

ada di balik gejala yang tampak itu (noumena) digunakanlah panca indra.

Lebih lanjut Fatchan (2011) menjelaskan bahwa tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan ini adalah pemahaman respon atas keberadaan individu manusia/kelompok/masyarakat, serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi. Penelitian ini bersifat induktif dengan mengandalkan atau memahami makna yang ada dibalik fenomena

(noumena) yang dideskripsikan secara rinci.

Penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan

fenomenologi bersumber atas dasar kajian ilmu filsafat dimana kajian ini bertujuan untuk memahami makna kejadian, gejala yang timbul, dan atau interaksi bagi individu dalam kondisi dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari di suatu masyarakat tertentu (Fatchan, 2011).

Fatchan sependapat dengan beberapa ahli (Water, 1994:31 ; Sparringa, 2000:1457 ; Dimyati, 2000:67 ; Collin, 1997:217) bahwa Fenomenologi mengkaji masuk ke dalam dunia makna yang terkonsep / terkonstruksi dalam diri individu yang kemudian digejalakan dalam bentuk fenomena. Dengan kata lain, ia menerobos ke dalam untuk mengungkap makna apa yang ada dibalik fenomena yang ditampilkan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari. Asumsi dari pendekatan fenomenologi adalah bahwa bagi individu melakukan interaksi dengan sesamanya ada banyak cara penafsiran pengalaman, makna dari pengalaman itulah yang sebenarnya membentuk realitas tindakan yang ditampakkan atau digejalakan (Fatchan, 2011).

Kahija (2006) mengartikan fenomenologis sebagai penelitian pada makna pengalaman hidup beberapa orang tentang fenomena/konsep

tertentu. Kahija dalam bukunya yang berjudul “Pengenalan dan

Penyusunan Proposal/Skripsi Penelitian Fenomenologis, menjelaskan

bahwa manfaat fenomenologi adalah menunjukkan bahwa dalam

melakukan penelitian kualitatif peneliti perlu mengurung rasa sok tahu

dan sok ngerti. Tindakan mengurung ini oleh Edmund Husserl disebut

dengan bracketing. Peneliti yang menggunakan pendekatan fenomenologi

harus menjadi pendengar yang baik sehingga subjek penelitian merasa ingin menceritakan seluruh pengalamannya.

Murti (2010) menekankan fenomenologi kepada konstruksi (bangunan) yang dibuat masing-masing individu tentang kehidupan dunia. Kehidupan dunia masing-masing individu berbeda satu dengan yang lainnya dan perilaku individu hanya dapat dipahami dengan cara menempatkannya dalam konteks kehidupan individu yang bersangkutan. Murti (2010) mengutip dari Rice dan Ezzy (2000) bahwa fenomenologi mencatat semua perilaku yang berhubungan dengan perilaku sebelumnya


(20)

P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 11

(cues) dalam memahami responden. Itulah sebabnya fenomenologi kerap

menggunakan teknik wawancara mendalam. H.Konstruksionistik

Kajian dengan menggunakan pendekatan ini bersumber atas dasar kajian ilmu historik. Menurut Fatchan (2011) kajian dengan menggunakan pendekatan ini bertujuan untuk memahami makna yang dikonstruksi oleh individu yang difenomenakan dalam suatu kejadian, gejala yang timbul, dan atau interaksi bagi individu dalam kondisi dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat tertentu. Pendekatan ini sama halnya dengan pendekatan fenomenologi dimana pendekatan ini berusaha masuk ke dalam dunia makna yang terkonsep (terkonstruksi) dalam diri individu yang kemudian digejalakan dalam bentuk fenomena.

Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada permasalahan menyangkut esensi dan struktur pengalaman dari tindakan yang digejalakan dalam kehidupan masyarakat. Secara lebih jelas Fatchan (2011) menjelaskan bahwa pendekatan ini mengandung apa yang tampak pada suatu tindakan itu mengandung banyak makna. Makna yang ada berbeda pada masing-masing individu pelaku, karenanya diperlukan

pemahaman secara interpretatif (interpretative understanding) untuk

dapat mengungkap berbagai makna yang ada dibalik fenomena yang ada. Titik bidiknya mengarah pada berbagai makna yang dikonstruksi oleh masing-masing individu yang digejalakan dalam bentuk berbagai

tindakan (actions) (Fatchan, 2011).

Dalam memahami tindakan dari individu peneliti dapat menggunakan pendekatan konstruksionistik. Dalam hal ini peneliti hendaknya berasumsi bahwa individu adalah pembangun bagi suatu masyarakat. Begitu juga sebaliknya, masyarakat juga sebagai pembangun individu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Berger dan Luckman (1996) yang dikutip oleh Fatchan (2011), dijelaskan bahwa berbagai tindakan manusia tidak terlepas dari proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi merupakan proses dimana berbagai tindakan individu memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Internalisasi merupakan proses dimana berbagai tindakan dari individu dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Sedangkan objektivasi merupakan proses dimana tindakan individu dilakukan secara objektif sejalan dengan keberadaan individu tersebut dan kondisi masyarakatnya. Tindakan objektif individu muncul setelah mengalami proses internalisasi dan eksternalisasi.


(21)

I. Etnometodologi

Menurut Fatchan (2011) dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” kajian pendekatan etnometodologi memusatkan perhatiannya pada : “Bagaimanakah orang-orang memahami aktivitas kehidupannya sehari-hari, sebagaimana mereka

menerimanya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itulah

Fatchan (2011) menyebut etnometodolgi sebagai suatu studi tentang orang-orang guna menciptakan keteraturan sosial. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh beberapa ahli (Ritzer, 1992:373; Waters, 1994:36; Sparringa, 2000:588; Dimyati, 2000:131) yang dikutip oleh Fatchan (2011) bahwa kajian etnometodologi berakar dari disiplin ilmu sosiologi, arah kajian memfokus pada pertanyaan bagaimana individu

memahami berbagai aktivitas kehidupannya di setiap hari (everyday life)

dalam suatu kelompok masyarakatnya. Kajian ini mengarah pada kelompok, institusi, atau organisasi sosial sebagai suatu yang dibangun dari pengalaman yang beda dari berbagai individu yang berbeda-beda pula. Jika fenomenologi lebih menitikberatkan pada kajian tindakan

individu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka

etnometodologi lebih mengarah pada tindakan suatu kelompok atau organisasi tertentu.

Seperti halnya fenomenologi, etnometodologi melihat suatu organisasi sosial sebagai suatu yang harus dibangun diluar berbagai pengalaman yang berbeda-beda dari berbagai individu yang berbeda pula. Pendekatan ini lebih ditujukan kepada pengamatan terhadap suatu tingkah laku atau tindakan manusia dalam kelompoknya. Penelitian mengarah pada pemahaman terhadap tingkah laku atau tindakan suatu kelompok masyarakat tertentu (Fatchan, 2011).

J. Interaksi Simbolik

Kajian dengan pendekatan ini terpusat pada pertanyaan :

Bagaimanakah seperangkat simbol dan dipahaminya secara bersama terhadap makna simbol yang menampakkan diri dalam kehidupan

anggota masyarakat dan kelompoknya?. Adapun teori yang mendasari

kajian ini adalah disiplin ilmu sosiologi dan psikologi sosial. Asumsi teoritiknya adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat itu senantiasa berbentuk interaksi simbolik yang terbentuk melalui interaksi dan komunikasi, baik antar individu, individu dengan kelompok, dan atau antar kelompok, dengan menggunakan seperangkat simbol yang dipahami

maknanya melalui proses belajar (Fatchan, 2011).

Proses belajar yang dimaksud adalah pemahaman pada simbol-simbol dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol-simbol-simbol tersebut.


(22)

P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 13

Walaupun demikian menurut Fatchan (2011), norma, nilai sosial, serta manka dari simbol-simbol memberikan pembatasan terhadap tindakan manusia. Meski demikian, manusia dengan akal pikirnya mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga dengan demikian, masing-masing individu mempunyai interpretasi sendiri terhadap berbagai simbol yang menjadi ajang dalam interaksi yang dilakukannya.

Pada penerapan model ini, studi yang dilakukan memusatkan

perhatiannya pada bagaimanakah seperangkat lambang dan

pemahamannya terhadap lambang tersebut berkembang di masyarakat (dengan memberikan makna dalam interaksi antar anggota masyarakat dalam kelompok). Pendekatan ini lebih berorientasi pada pengamatan terhadap suatu tingkah laku atau tindakan manusia secara individu da dalam lingkungan kehidupan kesehariannya, baik manusia ayau alam sekitarnya, terhadap berbagai simbol yang ada di sekitarnya (Fatchan, 2011).

K.Heuristik

Pendekatan ini dilandasi oleh ilmu psikologi humanistik, dimana fokus kajian dari pendekatan heuristik ini adalah pada permasalahan

utama tentang Bagaimanakah pengalaman setiap person dalam berbagai

fenomena, dan berupaya mengungkapkan secara intensif tentang halyang

berkaitan dengan bagaimana esensi pengalaman orang lain (yang

berpenglaman sama) dalam fenomena yang sama. Inti dari pendekatan

ini adalah lebih ditujukan kepada pengamatan terhadap tindakan manusia secara orang perorang dalam suatu kehidupan masyarakat(Fatchan, 2011).

L. Hermeneutik

Murti (2010) dalam bukunya menjelaskan asal muasal kata hermenutik. Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani “hermeneuein” yang artinya “interpretasi” (penafsiran). Menurut Rice dan Ezzy (2000) seperti dikutip oleh Murti (2010), hermenutik adalah “critical theory of

interpretation”, memfokuskan kepada makna dan interpretasi

(penafsiran). Artinya, epistemologi hermeneutik menekankan peran pemahaman subjektif dalam membentuk pengetahuan (Murti, 2010).

Kajian pendekatan hermeneutik didasarkan atas kajian dari teologi, filsafat ilmu, dan sastra kritis. Kajian ini lebih mengarah pada permasalahan suatu kondisi tertentu yang menyebabkan manusia bertindak untuk menghasilkan sesuatu dan menginterpretasikan makna dari tindakannya itu. Asumsinya bahwa pemahaman terhadap orang lain


(23)

akan mungkin tercapai jika dapat memahami terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan pcara ahli (Sparringa, 2000; Miles and Huberman, 1994:11) bahwa suatu pemahaman berarti menciptakan hubungan di antara keduanya, hubungan itu akan semakin erat jika dilakukan oleh orang yang hendak memahami, dimana orang tersebut melakukan pemahaman terlebih dahulu terhadap dirinya (Fatchan, 2011).

Menurut Fatchan (2011) studi permasalahan pada pendekatan ini

dipusatkan pada permasalahan : Dibawah kondisi apakah tindakan

manusia mengambil tempat atau menghasilkan sesuatu? Dan bagaimana hasil tindakan manusia tersebut dimungkinkan untuk diinterpretasikan

maknanya?Pemahaman hermenuistik ini selalu merupakan pemahaman

terhadap pra-pengertian. Pemahaman situasi orang lain hanya mungkin tercapai melalui pemahaman atas situasi diri sendiri terlebih dahulu. Pemahaman berarti menciptakan komunikasi antar kedua situasi tersebut. Komunikasi tersebut akan semakin intensif apabila situasi yang hendak difahami, oleh fihak yang hendak memahami diaplikasikannya pada dirinya sendiri.

M.Inquiri Filosofi (Philosophycal Inquiry)

Suatu penelitian yang menggunakan analisis intelektual guna

memperjelas makna, membikin nilai-nilai menjadi nyata,

mengidentifikasi etika, bahkan juga studi tentang hakikat ilmu. Penelitian

filosofis berdasarkan atas isu dan ide (issue or idea) dari semua perspektif

literatur. Ia menguji atau menelaah secara mendalam mengenai makna suatu konsep. Ia berupaya merumuskan dalam bentuk pertanyaan atau memikirkan jawabannya. Selanjutnya ia menyarankan implikasi atas berbagai jawaban tersebut (Fatchan, 2011).

Berdasarkan penjelasan Salladien yang dikutip oleh Fatchan (2011), beberapa kategori atau jenis penelitian inkuiri filosofis yang sering digunakan antara lain :

1. Studi fondasional (fondational study) melibatkan analisis atas

fenomena tertentu yang dianut bersama

2. Studi analisis filosofis (philosophycal analysis) suatu upaya menguji makna dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui analisis konsep ataupun analisis linguistik

3. Analisis etik (ethical analysis) menerapkan analisis intelektual atas masalah etik apabila dikaitkan dengan konsep hak, tugas, kesadcaran, keadilan, pilihan, dan tanggung jawab. Analisis etik sesungguhnya

sebagai alat penggiring bagi munculnya final rational tatkala dimensi


(24)

P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 15

4. Teori kritik sosial, merupakan metoda kualitatif yang tergolong unik. Diawali dari konsep kritik sosial (social critical concept). Peneliti menggali pemahaman mengenai ccara seseorang berkomunikasi dan bagaimana ia mengembangkan makna simbolik suatu konsep di masyarakat. Penelitian ini sering diterapkan di dunia politik, sering dijumpai pada suatu kawasan dimana pemerintahannya bersifat otoriter.

N. Biografis

Kahija (2006) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif biografis meneliti satu individu dan pengalaman-pengalaman hidupnya secara mendalam.

O.Grounded Theory

Kahija (2006) mendefinisikan Grounded Theory sebagai

penelitian fenomena pada beberapa subjek dengan tujuan untuk memunculkan teori.

2.2 Rangkuman

Jenis-jenis penelitian deskriptif kualitatif dibagi dalam 6 kelompok, yakni Analisis Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi, Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik. Sedangkan menurut Fatchan (2011) pendekatan penelitian kualitatif dibagi dalam 9 macam, yaitu Fenomenologi, Konstruksionistik, Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik, Historis dan Inquiri Filosofi. Lain halnya dengan Kahija (2006) yang membagi pendekatan penelitian kualitatif menjadi 5 macam, yaitu Biografis, Fenomenologis, Studi Kasus,

Etnografis dan Grounded Theory.

2.3 Latihan/Tugas

Carilah jurnal ilmiah nasional/internasional terakreditasi sebanyak 5 jurnal dan kategorikan tiap-tiap jurnal tersebut masuk pada kategori yang mana di pendekatan penelitian kualitatif.

2.3 Pengayaan Bacaan

Babbie, Earl. 1986. The Practice of Social Research. Fourth Edition. Eadsworth Publishing Co. : Belmont, California. A Division of Wadsworth, Inc.


(25)

(26)

BAB 3

TEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL

PENELITIAN KUALITATIF

Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu melakukan penyusunan penelitian kualitatif.

Kompetensi Dasar:Mahasiswa dapat memahami teknik penyusunan proposal penelitian kualitatif.

Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi adalah bahwa teknik penyusunan proposal penelitian kualitatifadalah bagian dari dasar penyusunan proposal penelitian kualitatif. Kompetensi dasar pada bagian bab ini merupakan bagian dari standar kompetensi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.

Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tujuan dan manfaat, serta rumusan masalah dalam penelitian kualitatif.

Uraian

3.1 Tujuan dan Manfaat dalam Penelitian Kualitatif

Di dalampenelitian kualitatif tujuan harus dinyatakan dengan jelas, tegas dan eksplisit. Tujuan ini harus mampu memberikan arah akan kemana penelitian ingin dibawa. Di samping itu, tidak jarang tujuan penelitian juga mengandung makna filosofis yang berlandaskan

hermeneutic (Fatchan, 2011).

Tujuan penelitian kualitatif tingkat tinggi adalah ditariknya suatu kesimpulan “untuk memahami” (understanding) seperti di dalam penelitian kuantitatif.Akan tetapi dalam penelitian kualitatif mengarah pada memahami makna dan atau memahami pemahaman individu sebagai subjek penlitian.Kendatipun demikian dalam penelitian kualitatif tingkat rendah (misalnya baru belajar penelitian kualitatif) tidak diharamkan pada tingkat/tataran deskripsi rinci tentang kondisi/keadaan sesungguhnya (naturalistik) terhadap sesuatu hal (Fatchan, 2011).


(27)

3.2 Rumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif

Semua penelitian selalu berangkat dari suatu masalah. Suatu masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. Hal ini karena masalah yang dibawa peneliti masih remang-remang, gelap-kompleks dan dinamis.

Masalah sering disebut sebagai fokus penelitian. Penetapan fokus

ini dapat dipastikan jika peneliti sudah berada di tempat penelitian atau lapangan penelitian. Tujuan penetapan fokus penelitian adalah sebagai penetapan fokus yang mana dapat membatasi wilayah penelitian, jika masalah penelitian berhadapan dengan kontradiksi yang berlainan. Kedua, penetapan fokus bertujuan untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Jadi, dengan penetapan fokus secara jelas dan mantap ini aan membantu peneliti dalam membuat keputusan yang tepat mengenai data yang akan dikumpulkan atau data yang harus dibuang (Muhtar, 2013).

Menurut Fatchan (2011) ada 3 kemungkinan masalah yang dibawa oleh peneliti sebelum dan sesudah peneliti memasuki lapangan penelitian. Yang pertama, masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga dari awal penelitian sampai ahir penelitian masalah tersebut tetap sama. Yang kedua, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian menjadi berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah dipersiapkan. Dan yang ketiga adalah masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga peneliti harus mengganti masalanhya.

Ada perbedaan antara masalah dengan rumusan masalah. Dalam Fatchan (2011) dikemukakan bahwa masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Sedangkan rumusan masalah menurut Fatchan adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dimana data tentang masalah bisa berasal dari dokumentasi hasil penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pernyataan orang-orang yang patut dipercaya.

Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa berdasarkan level of

explanation maka secara umum terdapat 3 bentuk rumusan masalah, yaitu

rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Sedangkan rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.


(28)

T e k n i k P e n y u s u n a n P r o p o s a l | 19

Rumusan masalah asosiatif merupakan rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan maslah asosiatif ini terbagi menjadi 3, yaitu, hubungan simetris (suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga buan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif),

hubungan kausal (bersifat sebab akibat), dan hubungan reciprocal

(hubungan yang saling mempengaruhi). Biasanya dalam suatu penelitian

kualitatif hubungan yang ditemukan adalah hubungan reciprocal atau

interaktif. (Sugiyono, 2008)

Prinsip-prinsip membangun masalah dalam Mukhtar (2013) antara lain:

a) Teori dasar dari situasi sosial

b) Maksud membangun masalah

c) Hubungan faktor

d) Membatasi penelitian

e) Kriteria inklusi-eksklusi

f) Bentuk bangunan atau rumusan masalah

Sedangkan teknik merumuskan masalah penelitian menurut Mukhtar (2013) yakni:

a) Uraikan teori-teori yang terkait dengan variabel atau judul penelitian

b) Uraikan semua peraturan atau regulasi yang terkait dengan judul

penelitian

c) Uraikan atau bentangkan data lapangan studi pendahuluan

d) Analisis data pendahuluan

e) Bangun kalimat kunci berupa statement atau pertanyaan

3.3 Rangkuman

1. Tujuan penelitian kualitatif tingkat tinggi adalah ditariknya suatu

kesimpulan “untuk memahami” (understanding) seperti di dalam penelitian kuantitatif. Akan tetapi dalam penelitian kualitatif mengarah pada memahami makna dan atau memahami pemahaman individu sebagai subjek penlitian.

2. Suatu masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara,

tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. Hal ini karena masalah yang dibawa peneliti masih remang-remang, gelap-kompleks dan dinamis.


(29)

3.4 Latihan/Tugas

Carilah jurnal ilmiah nasional/internasional terakreditasi sebanyak 3 jurnal dan tulis untuk masing-masing jurnal tersebut tujuan, manfaat dan rumusan masalah penelitian.

3.5 Pengayaan Bacaan

Babbie, Earl. 1986. The Practice of Social Research. Fourth Edition. Eadsworth Publishing Co. : Belmont, California. A Division of Wadsworth, Inc.


(30)

BAB 4

METODE PENGUMPULAN DATA

PENELITIAN KUALITATIF

Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu melakukan penyusunan penelitian kualitatif.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat memahami metode pengumpulan data penelitian kualitatif.

Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi adalah bahwa metode pengumpulan data penelitian kualitatifadalah bagian dari dasar penyusunan laporan penelitian kualitatif. Kompetensi dasar pada bagian bab ini merupakan bagian dari standar kompetensi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.

Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang teknik survei, teknik observasi, teknik wawancara, teknik penelaahan catatan lapangan dan memo, teknik elisitasidokumen, teknik penelaahan data pada pengalaman personal, dan teknik partisipasi dalam penelitian aksi.

Uraian

4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010).

Teknik pengumpulan/pengambilan data kualitatif pada dasarnya bersifat tentatif karena penggunaannya ditentukan oleh kontes permasalahan dan gambaran data yang mau diperoleh. Peneliti kualitatif

merupakana kind of prefessional do-it yourself person yang

mengimplikasikan keputusan-keputusan profesional peneliti sesuai dengan kontes permasalahan, fakta sasaran penelitian dan target hasil yang ingin dicapai. (Fatchan, 2011)

Menurut Fatchan (2011) sejumlah teknik pengumpulan data

kualitatif yang umum digunakan adalah survei, partisipasi, observasi,


(31)

pengalaman personal, dan partisipasi dalam kaji tindak. Berbagai teknik pengumpulan data itu sebenarnya merupakan “methodologial trade” yang

bisa dimodifikasi sesuai dengan kepentingan si peneliti.

Gambar 4.1 Macam-macam teknik pengumpulan data

Sumber :Modifikasi Fatchan, 2010 dan Sugiyono (2010)

Sedangkan Sugiyono (2010) membagi pengumpulan data dalam

berbagai aspek. Dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian

Kualitatif,disebutkan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam


(32)

M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a | 23

Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting

alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,

di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan

data dapat menggunaan sumber data primer, dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakuan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan/triangulasi. (Sugiyono, 2010)

a. Teknik Survei

Teknik ini biasanya digunakan untuk memahami pendapat dan sikap sekelompok masyarakat tertentu hal ini bertujuan untuk memperoleh kedalaman dan kelengkapan informasi. Menurut Ibrahim dalam Fatchan (2011) langkah kegiatan teknik survei adalah sebagai berikut :

1. Menuliskan masalah yang akan dikaji dan menggambarkan berbagai

kemungkinan rincian dan jaringan butir permasalahan yang terkait dengna permasalahan yang diajukan

2. Memilah-milah satuan “variabel” yang terkait dengan rincian maslaah

yang akan dikaji (sesuai dengan klasifikasi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dsb.)

3. Meninjau ulang dan menilai butir-butir informasi yang ingin diperoleh

dan mengurutkannya sesuai dengan satuan kelompok, sekuensi dan hubungan sistemisnya.

4. Menuliskan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan informasi yang

ingin diperoleh sambil menggambarkan kemungkinan jawabannya.

5. Menentukan kemungkinan bentuk jawaban pertanyaan yang paling

sesuai apabila dibandingkan dengan bentuk informasi yang ingin diperoleh. Bentuk jawaban tersebut mungkin berupa jawaban singkat yang terbuka, atau bahkan berupa skala pilihan, seperti : sangat....,

cukup...., tidak...., atau kemungkinan bentuk skala lain.

6. Menuliskan petunjuk pengisian yang dianggap tepat dan jelas guna

menghindari kemungkinan kesalahan dalam pengisian atau miss

komunikasi.

7. Menilai kemungkinan terdapatnya pertanyaan yang mendua. Arti,

menghindari pilihan kata dan kalimat yang informasinya tidak jelas, dan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa tumpang tindih.


(33)

8. Menyusun kuisioner sesuai dengan petunjuk pengisian dan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Kuisioner yang telah disusun bisa disampaikan melalui pertemuan dalam kelompok, penyampaian secara individual, melalui surat, melalui email, majalah, koran, atau situs di internet. Pemerkayaan informasi selanjutnya selain dapat diperoleh melalui interview, dialog secara kelompok, juga bisa ditempuh melalui kegiatan observasi.

b. Teknik Observasi

Observasi dihubungkan dengan upaya-upaya : merumuskan masalah, membandingkan masalah (yang dirumuskan dengan kenyataan di lapangan), pemahaman secara detail permasalahn (guna menemukan detail pertanyaan) yang akan dituangkan dalam kuisioner, ataupun untuk menemukan strategi pengambilan data dan bentuk perolehan pemahaman yang dianggap paling tepat (Fatchan, 2011).

Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010) observasi dibagi menjadi observasi berpartisipasi, secara terang-terangan dan tersamar, dan yang tidak berstruktur.

1. Observasi partisipatif

Dalam observasi ini peneliti turur serta dan terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamata, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan demikian data yang diperoleh akan lebih lengkap dan tajam serta sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Seperti yang talah digambarkan pada skema di atas, observasi jenis ini digolongkan menjadi empat:

a) Observasi yang pasif

Dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diteliti namun tidak ikut dalam kegiatan yang dilakukan tersebut.

b) Observasi yang moderat

Dalam mengumpulkan data, peneliti ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, namun tidak semuanya. Peneliti menyeimbangkan untuk menjadi “orang dalam” dan ”orang luar”

c) Observasi yang aktif

Dalam hal ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d) Observasi yang lengkap

Dalam hal ini peneliti seperti tidak melakukan penelitian. Peneliti sudah terlibat sepenuhnya pada apa yang dilakukan narasumber


(34)

M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a | 25

sehingga suasan yang tercipta terlihat sangat natural. Untuk melakukan observasi jenis ini dibutuhkan keterlibatan peneliti yang tinggi terhadap akitivitas kehidupan narasumber.

2. Observasi terus terang dan tersamar

Dalam melakukan penelitian jenis ini, peneliti menyatakan terus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Artinya, dalam hal ini aktivitas peneliti sudah diketahui oleh narasumber dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Namun suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melakukan observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan karena dimungkinkan jika disampaikan terus terang maka peneliti tidak diijinkan untuk melakukan observasi.

3. Observasi tak terstruktur

Observasi tak berstruktur merupakan observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ni dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan(Sugiyono, 2010).

Dalam observasi tak terstruktur ini fokus observasi berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Jika masalah sudah jelas seperti penelitian kuantitatif maka observasi bisa dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan pedoman observasi. Misalnya adalah penelitian pada suku terasing yang belum diketahui oleh peneliti.

Obyek dalam observasi menurut Spradley dalam Sugiyono

(2010) disnamakan dengan situasi sosial yang terdiri atas 3

komponen, yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities

(aktivitas). Tiga elemen ini dapat diperluas, sehingga apa yang dapat peneliti amati adalah :

1. Space : ruang dalam aspek fisiknya

2. Actor : semua orang yang terlibat dalam situasi sosial

3. Activity : seperangkat kegiatan yang dilakukan orang

4. Object : benda-benda yang terdapat di tempat itu

5. Act : perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu

6. Event : rangkaian aktivitas yang dilakukan orang-orang

7. Time : urutan kegiatan

8. Goal : tujuan yang ingin dicapai orang-orang


(35)

Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan observasi menurut Spradley dalam Sugiyono (2010) meliputi:

1. Observasi deskriptif

Bila dilihat dari segi analisis maka dalam hal ini peneliti melakukan analisis domain karena mampu mendeskripsikan semua yang ia temui. Observasi deskriptif ini dilakukan peneliti saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang dia teliti, oleh karena itu pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan umum dan menyeluruh, mengamati pada apa semua yang ia dengar, lihat dan dirasakan sehingga dalam tahap ini hasil pengamatan masih belum tertata.

2. Observasi terfokus

Dalam tahap ini peneliti sudah mempersempit dan memfokuskan pada

aspek tertentu (biasanya disebut sebagai mini tour observation).

Dinamakan observasi terfokus karena dalam tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi yang mana bisa menemukan titik fokus. Namun meski sudah memfokuskan pada domain tertentu, hasil pengamatan masih belum terstruktur.

3. Observasi terseleksi

Dalam tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga data yang diperoleh lebih rinci. Menurut Sugiyono (2010) dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus. Maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini peneliti diharapkan telah menemukan pemahaman mendalam atau hipotesis.

Dalam melakukan observasi perlu dilakukan pencatatan-pencatatan, catatan observasi ini menurut Kahija (2006) terbagi atas :

1. Observasi empiris, yaitu observasi yang murni berdasarkan tangkapan

indra peneliti. Indar yang paling banyak bekerja adalah mata dan telinga.

2. Observasi interpretatif, yaitu observasi yang berisi

interpretasi/penafsiran peneliti ketika indra peneliti sedang

mengobservasi.

c. Teknik Interview(Wawancara)

Kahija ( 2006) mendefinisikan wawancara adalah metode pengumpulan data dimana satu orang menanyakan pertanyaan ke orang

lain baik berhadapan langsung face to face, berhadapan lewat layar, atau


(36)

M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a | 27

3 jenis, yakni wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan semi struktur. Namun, Kahija menyarankan agar peneliti menggunakan bentuk semistruktur.

Wawancara baik dilakukan secara face-to-face maupun via

telepon akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu jika akan melakukan wawancara maka peneliti harus memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara yang disesuaikan dengan kesanggupan responden (narasumber). Hal ini disebabkan jika pemilihan waktu dan tempat yang salah maka akan terjadi bias pada data hasil wawancara.

Sejalan dengan yang disampaikan Kahija di atas, Fathan mendefinisikan interviu sebagai salah satu cara pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan tak struktur. (Fatchan, 2011).

Dalam bukunya Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemui permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya.

1. Wawancara terstruktur (structured interview)

Fatchan (2011) mengatakan bahwa interviu (wawancara) yang terstruktur merupakan bentuk interviu yang sudah diarahkan oleh sejumlah pertanyaan secara ketat. Menurut Sugiyono (2010) wawancara jenis ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam hal ini sebelum wawancara dilakukan, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya juga sudah dipersiapkan. Dalam wawancara ini para responden diberi pertanyaan sama dan pengumpul data mencatatnya.

2. Wawancara semi terstruktur (semistructure interview)

Dalam wawancara semi terstruktur meskipun interviu sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan tidak tertutup kemungkinan memunculkan pertanyaan baru yang idenya muncul secara spontan sesuai dengna konteks pembicaraan yang dilakukannya (Fatchan, 2011).


(37)

Menurut Sugiyono (2010) wawancara jenis ini sudah termasuk dalam

kategori in-depth interview dimana pelaksanaannya lebih bebas

dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, karena pihak yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

3. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Interviu tak terstruktur (terbuka) merupakan interviu dimana peneliti hanya hanya berfokus pada pusat-pusat permasalahan tanpa diikat format-format tertentu secara ketat (Fatchan, 2011).

Sugiyono (2010) mendefinisikan wawancara tidak terstruktur sebagai jenis wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan diterapkan.

Dalam melakukan wawancara tidak terstruktur, peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden sebab peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh nantinya.Pada teknik jenis ini di awal wawancara peneliti boleh bertanya hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan. Jika sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan maka segera dipertanyakan pada responden.

Fatchan (2011) menjelaskan bahwa pelaksanaan wawancara bisa dilakukan secara individual atau kelompok dimana dalam hal ini peneliti

sebagai interviewer bisa melakukan interviu secara directive atau

nondirective. Dilakukan secara directive bila peneliti selalu berusaha

mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan fokus permasalahn yang

ingin dipecahkan. Interviu dilakukan secara nondirectivebila peneliti

bukannya ingin memfokuskan pembicaraan pada masalah tertentu melainkan ingin mengeksplorasi suatu masalah.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan wawancara yang dipaparkan oleh Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010) adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan

c. Mengawali atau membuka alur wawancara

d. Melangsungkan alur wawancara


(38)

M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a | 29

f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Sedangkan Fatchan dalam bukunya mengemukakan lebih detail tentang langkah-langkah dalam penggunaan teknik wawancara, yakni :

a. Menuliskan butir-butir wawancara yang akan dicari jawabannya

(secara detil/hanya garis besar tergantung dari bentuk interview)

b. Diskusi dengan teman terkait daftar pertanyaan yang sudah dibuat

c. Menentukan tema interviu dan antisipasi kemungkinan informasi yang

ingin diperoleh

d. Memahami partisipan dengan benar

e. Tidak mengarahkan pertanyaan pada pemberian jawaban secara

sugesti

f. Jangan membiarkan partisipan memberikan jawaban secara panjang

lebar yang melampaui batas informasi dari yang seharusnya

g. Tidak menginterupsi jawaban dengan pertanyaan yang berbau

penafsiran, penggalian pendapat secara subjektif ataupun klarifikasi atas suatu kesimpulan yang memancing munculnya opini

h. Menjaga sekuensi pembicaraan sesuai dengan urutan permasalahan

atau sekuensi informasi yang ingin diperoleh

i. Melaksanakan interviu dengan memanfaatkan bahan rekaman,

menciptakan suasana dialogis yang segar, menjauhkan suasana pembicaraan dari suasana emosional.

Jenis-jenis pertanyaan digolongkan menjadi 6 pertanyaan oleh Molleong dalam Sugiyono (2010), secara singkat terdiri atas :

1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman

2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat

3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan

4. Pertanyaan tentang pengetahuan

5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera

6. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

d. Teknik Penelaahan Catatan Lapangan dan Memo

Catatan lapangan dan memo analitik merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan melalui observasi yang digabungkan dengan interaksi dalam bentuk dialog secara partisipatoris. Dengan cara ini peneliti diharapkan bisa memperoleh sejumlah fakta dan informasi atas sebuah fokus permasalahan yang evidensinya diperoleh dari dari berbagai dimensi (Fatchan, 2011).

Fatchan menambahkan bahwa pada teknik ini peneliti perlu

mencatat tanggal, tempat/setting terjadinya peristiwa/munculnya fakta,


(39)

terjadi di lapangan. Apa yang dicatat bukan hanya terkait dengan fakta yang terlihat tetapi juga dengan fakta yang diperoleh dari hasil interaksi atau interview.

e. Teknik ElisitasiDokumen

Penelitian kualitatif tidak hanya merujuk pada kejadian-kejadian sosial yang ada dalam masyarakat tetapi bisa juga merujuk pada dokumen-dokumen (berbagai dokumen bisa dalam bentuk teks misalnya bacaan, rekaman radio maupun audio visual). Biasanya dalam hal ini peneliti sedang melakukan penelitian terhadap naskah, karya sastra, dan seni pertunjukkan. Oleh karena itu Fatchan (2011) mengemukakan bahwa dalam hal ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui elisitasi teks sesuai dengan fokus permasalahan yang dikerjakan dan evidensi yang nantinya akan diajukan.

f. Teknik Penelaahan Data pada Pengalaman Personal

Menurut Clandnn dan Conelly dalam Fatchan (2011) konteks pengalaman atau experience dalam hal ini adalah the stories people live

people berupa buku harian narasi, tuturan pengalaman kesjarahan (secara

lisan), surat maupun jurnal. Factor yang harus diperhatikan dalam teknik

ini adalah interaksi dan kontinuitas.Interaksi yang dimaksud berkaitan

dengn pertalian pengalaman personal secara individual dengan aspek eksistensial maupun relasi sosialnya.Sedangkan kontinyuitas dalam hal ini lebih mengacu pada karakterstik pengalaman yang dikemukakan (ditinjau dalam segi ruang dan waktu).

Teknik pengumpulan datanya selain bersifat inward, outward,

backward, dan forward.Pada tataran inward peneliti melakukan

pengumpulan data yang terfokus pada aspek personalnya. Sementara pada

tataran outward peneliti melakukan kajian eksistensial aau relasi

sosialnya. Peneliti juga perlu memperhatikan pengumpulan data yang terkait dengan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Hal yang

demikian disebut dengan pengumpulan data dengan perspektif backward

dan forward (Fatchan, 2011).

g. Teknik Partisipasi dalam Penelitian Aksi

Teknik jenis ini berbeda dengan sejumlah teknik di atas.Pada beberapa teknik di atas bisa jadi pengambilan data mengacu pada pada data natural sedangkan pada teknik jenis partisispasi dalam penelitian aksi atau yang biasa disebut dengan penelitian kaji tindak pengambilan data yang dilakukan lebih mengacu pada hasil intervensi peneliti sebagai praktisi yang telah dipersiapkan peneliti. Reason dalam Fatchan (2011)


(40)

M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a | 31

mengatakan pengambilan data demikian lazim digunakan dalam

penelitian tindakan/kaji tindak/action research.

Sebelum melakukan oengambilan data peneliti terlebih dahulu menyusun konsepsi yang dijadikan landasan (Fatchan, 2011). Landasan ini sejalan dengan dengan bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam program aksi. Dalam penelitian teknik ini pihak kelompok sasaran harus terlibat.Pihak penelitipun harus ikut terlibat sebagai praktisi atau sebagai

controller.

Data-data ini bisa diambil melalui kegiatan interview, observasi, maupun hasil kegiatan.Sebagai data yang terkait dengan kaji tindak data, pada dasarnya lebih bersifat akumulatif.

Dari penelitian dengan menggunakan teknik ini peneliti diharapkan bisa mendapatkan informasi terkait kondisi awal, permasalahan yang muncul, proses tindakan yang dilakukan, keterlibatan kelompok sasaran dalam aktivitas tindakan, hasil tindakan, dan data ang berkenaan dengan kegiatan tindakan yag dilakukan (Fatchan, 2011). h. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.Bisa dalam

bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain (Sugiyono, 2010).

Hasil penelitian akan semakin dapat dipercaya/kredilitasnya semakin tinggi jika didukung dengan sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobigrafi, didukung dengan foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Namun tidak semua dokumen memiliki kredibiltas yang tinggi, misalnya autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri cenderung subyektif (Sugiyono, 2010).

i. Triangulasi/gabungan

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2010).Dalam hal ini jika peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik ini maka sebenarnya peneliti mencoba untuk melakukan pengumpulan data sekaligus menguji kredibilitas data.


(1)

122 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f

1. Peneliti membuat dan mengatur data yang sudah dikumpulkan

Setelah melakukan wawancara dan observasi, peneliti akan mentranskripsikan hasil wawancara dan observasi. Dalam transkripsi itu, peneliti akan mengatur data dengan rapi sehingga akan memudahkan dalam pembuatan transkrip.

2. Peneliti membaca dengan teliti data yang sudah diatur

Setelah melakukan transkripsi, peneliti akan membaca dan memahami transkrip. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui kecukupan data yang diperoleh supaya relevan dengan fokus penelitian. Proses ini juga disebut dengan coding, lewat proses ini akan didapatkan tema-tema penting dari pernyataan subjek dalam transkrip.

3. Peneliti mendeskripsikan pengalamannya di lapangan

Pada bagian awal analisis, peneliti akan mendeskripsikan pengalaman di lapangan. Disini akan digambarkan situasi penelitian untuk memudahkan dalam memahami pernyataan-pernyataan subjek.

4. Horisonalisasi

Pada tahap ini, transkrip wawancara akan diperiksa lagi untuk mengetahui pernyataan yang relevan dan tidak relevan bagi penelitian ini. Tahap ini bisa dilakukan dengan cara menandai bagian pernyataan yang relevan dan menuliskannya pada kolom yang terpisah.

5. Unit-unit makna

Unit-unit makna akan ditemukan dengan terus melakukan coding dan merevisi hasil coding. Dari keseluruhan transkrip diharapkan peneliti dapat menemukan beberapa unit makna.

6. Deskripsi tekstural

Deskripsi tekstural ini didasarkan pada ucapan asli subjek yang diambil dari hasil horisonalisasi.

7. Deskripsi struktural

Deskripsi ini merupakan interpretasi peneliti terhadap pernyataan asli subjek.

8. Makna/esensi

Dari keseluruhan unit makna, deskripsi tekstural, dan deskripsi struktural, peneliti akan mencari esensi dari pengalaman subjek. J. Tahapan Lapangan

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap persiapan dimulai dengan melakukan kegiatan : a. Pengumpulan referensi awal

b. Penyusunan draf proposal c. Persiapan pengambilan data awal d. Survey awal


(2)

L a m p i r a n | 123 e. Seminar proposal penelitian

f. Revisi paska seminar proposal g. Melakukan perijinan penelitian h. Melaksanakan pengumpulan data 2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2009. Dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan LSM Graha Mitra selaku LSM di Propinsi Jawa Tengah, termasuk Kota Semarang yang melakukan pendampingan pada komunitas waria. Sedangakan dalam tahap pelaksanaan indept interview pada responden di Lapangan, peneliti dibantu oleh Direktur, Program Manager dan beberapa orang petugas lapangan dari Graha Mitra yang membantu menentukan responden yang sesuai dengan persyaratan inklusi yang diinginkan oleh peneliti, serta berfungsi sebagai contac person dalam pelaksanaan indepht interview di lapangan.

Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Menemui contact person

b. Membuat jadwal pelaksanaan c. Pelaksanaan pengumpulan data

1) Kegiatan indepth interview (wawancara mendalam) dengan responden inti.

Tabel 3.2 Kegiatan Wawancara Mendalam Dengan Responden Inti

No Kode

Responden Waktu Tempat

Lama Wawancara

1 LOUS Rabu, 22

April 2009 Graha Mitra 2 jam

2 AR Senin, 27

April 2009 Graha Mitra 1,75 jam

3 LL Rabu, 29

April 2009

Salon Dian

Pusponjolo 1,75 jam

4 DN Jumat, 1

Mei 2009

Salon Dian

Pusponjolo 2,25 jam

5 YS Senin , 5

Mei 2009 Graha Mitra 1,75 jam

6 SV Senin, 5

Mei 2009 Rumah SV 2,5 jam

7 EL Selasa 6

Mei 2009

Salon Elsa


(3)

124 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f

8 MR Selasa, 6

Mei 2009

Salon Elsa

Sampangan 2 jam

9 CCL Rabu, 7 Mei

2009

Salon Elsa

Sampangan 2,25 jam

10 JN Kamis, 8

Mei 2009

Salon Oni

Puspogiwang 2,25 jam Sumber : Data Primer

2) Kegiatan indepth interview (wawancara mendalam) dengan informan pendukung (Triangulasi).

Tabel 3.3 Kegiatan Wawancara Mendalam dengan Informan Pendukung

No Kode

Responden Waktu Tempat

Lama Wawancara

1 LD Kamis, 23

April 2009 Graha Mitra 15 menit

2 YN Jumat, 24

April 2009 Graha Mitra 20 menit

3 YM Jumat, 1

Mei 2009

Tanggul

Indah 15 menit

4 LN Senin, 4

Mei 2009

Tanggul

Indah 20 menit

5 MD Selasa, 5

Mei 2009 Rumah SV 20 menit Sumber : Data Primer

3. Tahap Analisa Data

Tahap selanjutnya adalah analisa data secara thematic content analysis yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Mengenal data yang diperoleh dengan membaca berulang-ulang data yang ada.

b. Menghasilkan kode-kode.

Menentukan tiga tema besar, yaitu: Karakteristik Responden, Sosialisasi dan Skrip Seksual yang terbagi dalam tiga sub tema (Skrip Budaya, Skrip Intrapsikis dan Skrip Interpersonal).


(4)

BIOGRAFI PENULIS

Dewi Rokhmah, S.KM, M.Kes. lahir di Malang, Jawa Timur pada 7 Agustus 1978. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah (MIN 1, SMPN 1 dan SMAN 3) di Kota Malang. Selanjutnya ia menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Gelar Magister kesehatan dengan keahlian bidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku dari pascasarjana FKM Universitas Diponegoro Semarang, pada program studi promosi kesehatan yang berkonstrasi pada kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS. Saat ini penulis berprofesi sebagai dosen tetap di Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Jember pada Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP).

Untuk meningkatkan kompetensi penulis, ia aktif melakukan studi dan mengikuti berbagai konferensi baik nasional maupun internasional, diantaranya pada tahun 2014 penulis mendapat beasiswa sebagai oral presentator dalam International Conference on Environmental and Occupation Health (ICEOH 2014) yang diselenggarakan oleh University Putra Malaysia (UPM), artikel dalam event tersebut telah terbit pada International Journal of Current Research and Academic Review (IJCRAR). Selain itu, di tahun yang sama artikel penulis dalam International Conference on Tropical and Coastal Region Eco-Development 2014 (ICTCRED 2014) yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro Semarang, telah terbit dalam Procedia Environmental Sciences 23 ( 2015 ) 99 – 104. Karirnya dimulai sebagai staf pengajar di FKM Universitas Jember pada tahun 2009 di bagian PKIP. Tahun 2012 menjadi sekretaris bagian PKIP FKM Universitas Jember serta sebagai sekretaris redaksi Jurnal IKESMA yang diterbitkan oleh FKM Universitas Jember. Selain itu publikasi pada jurnal juga dilakukan oleh penulis baik jurnal lokal maupun jurnal nasional terakreditasi. Salah satunya pada tahun 2012, penulis melakukan publikasi di jurnal KESMAS (Kesehatan Masyarakat Nasional) yang merupakan jurnal terakreditasi nasional yang diterbitkan oleh FKM Universitas Indonesia.

Kesibukan penulis saat ini adalah aktif sebagai peneliti dan menjadi relawan di kegiatan sosial yang bergerak di bidang penanggulangan HIV dan AIDS, serta sedang melanjutkan studi S3 di Program Studi Ilmu Kesehatan FKM Universitas Airlangga Surabaya.


(5)

Iken Nafikadini, S.KM, M.Kes. lahir di Jember, Jawa Timur pada 13 November 1983. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah dan Perguruan Tinggi di Kota yang sama yaitu Kabupaten Jember. Pendidikan S1 beliau selesaikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Sedangkan gelar Magister Kesehatan dengan keahlian bidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku dari pascasarjana FKM Universitas Diponegoro Semarang, pada program studi promosi kesehatan yang berkonstrasi pada kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS. Saat ini beliau berprofesi sebagai dosen tetap di Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Jember pada Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP).

Untuk meningkatkan kompetensi penulis, ia aktif melakukan penelitian diantaranya adalah Skrip Budaya ‘Kucing’ pada Kelompok Laki-Laki Suka Seks Dengan Laki-Laki (LSL) di Kota Semarang (2009) dan Efek Paparan Pornografi terhadap Peningkatan Aktivitas Seksual Pranikah Mahasiswa Universitas Jember (2014). Karirnya dimulai sebagai staf pengajar di FKM Universitas Jember pada tahun 2011 di bagian PKIP. Sebelumnya beliau memiliki pengalaman pekerjaan sebagai berikut : Bekerja di Rumah Sakit Paru Jember menjadi Kepala Bagian P2K (Penelitian, Pengembangan dan Kerjasama) Tahun 2010-2011, Magang residensi di Yayasan Pelita Ilmu (YPI) Jakarta, ikut dalam pelayanan program Care, Support and Treatment pada mantan pecandu yang telah terinfeksi HIV dan penjangkauan pada para pecandu, serta program PMTCT di daerah Jakarta dan sekitarnya pada November 2008 – Januari 2009, Magang residensi di Komisi Penanggulangan AIDS Nasional di Jakarta, bergabung dengan divisi pengembangan program pada Nopember 2008, Lay Support dan peer educator di Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kabupaten Jember, dengan tugas membawa klien untuk ikut pelayanan VCT di klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soebandi Kabupaten Jember pada tahun 2006-2007. Kesibukan penulis saat ini adalah selain aktif sebagai dosen di Bagian PKIP FKM Universitas Jember, juga menjadi tim Badan Penjaminan Mutu Universitas Jember dari Tahun 2012 sampai sekarang.


(6)

Erdi Istiaji, S.Psi.,M.Psi., Psikolog lahir di Surabaya,13 Juni 1976. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah di berbagai kota di Indonesia karena mengikuti dinas sang ayah. Pada jenjang S1 diselesaikan di Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang lulus tahun 2002. Sedangkan gelar Magister Profesi Psikologi dengan keahlian Mayoring Psikologi Pendidikan, Minoring Psikologi Klinis yang diselesaikan pada program pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya lulus tahun 2007. Saat ini beliau berprofesi sebagai dosen tetap di Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Jember pada Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP). Saat ini beliau berdomisili di Jember tepatnya di Jl. Semeru XIV/R.9 Kab.Jember

Karirnya sebagai pendidik dimulai sebagai staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember, kemudian di FKM Universitas Jember pada tahun 2009 di Bagian PKIP. Untuk meningkatkan kompetensi sebagai dosen dan penulis, beliau aktif dalam berbagai kegiatan yang sangat mendukung profesi beliau sebagai psikolog, yaitu: Dosen Tetap & Kepala Departemen. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Dosen LB di MKU, FKG, FK, PG PAUD FKIP Universitas Jember, Fakultas Psikologi dan FIKES Universitas Muhammadiyah Jember, AKBID Bina Husada, dll, Owner n’Consultant at Heals Capable ‘Pusat

Studi Kesehatan, Kebijakan Publik,Peningkatan Kapasitas’ Jember, Owner n’ Psycholog at i-deAs Psychologycal Services Jember, HRD Consultant & Psikolog di beberapa Perusahaan, Bank, Institusi Kesehatan, Lembaga Pendidikan di wilayah ex Karesidenan Besuki, Ketua HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA (HIMPSI) cabang Jember & Se Ex Karesidenan Besuki.