Latar Belakang Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK

1. Melakukan tugas koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. 2. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; instansi yang berwenang adalah termasuk Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, inspektorat pada Departemen atau lembaga Pemerintah Non- Departemen. 3. Dalam melaksanakan tugas supervisi terhadap instansi yang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, komisi pemberantasan Korupsi berwenang: 4. Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melakasanakan pelayanan public dan mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan. 5. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi 6. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. 7. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah negara. Kewenangan-kewenangan yang dimiliki Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana diamanatkan di dalam Pasal 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, pendukung pelaksana tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK berwenang : 1. Dalam melaksanakan tugas koordinasi yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dalam Pasal 7 berwenang : a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait d. Melakukan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi e. Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi 2. Wewenang lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 12, 13 dan 14 undang-undang nomor 30 tahun 2002 a. Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dan diatur dalam Pasal 8, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik. b. Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, komisi pemberantasan korupsi berwenang mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian. c. Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil alih penyidikan dan penuntutan, kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 hari kerja, terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan komisi pemberantasan korupsi. Dijelaskan dalam penjelasan Pasal 8 ayat 3 bahwa : 3. Ketentuan ini bukan diartikan penyerahan fisik melainkan penyerahan wewenang, sehingga jika tersangka telah ditahan oleh kepolisian atau kejaksaan maka tersangka tersebut tetap dapat ditempatkan dalam tahanan kepolisian atau kejaksaan maka tersangka tersebut tetap dapat ditempatkan dalam tahanan kepolisian atau tahanan kejakasaan atau komisi pemberantasan korupsi meminta bantuan kepada kepala rumah tahanan Negara untuk menempatkan di rumah tahanan tersebut. a. Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilakukan dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan sehingga